[13]-Insiden

7.2K 368 10
                                    

"Guys, gua capek!" ujar Lara.

"Gua juga capek!" sahut Lena.

Tania, Lara, Syifa dan Lena lelah, kurang lebih setengah jam mereka berjalan diperkebunan teh, bukan tanpa alasan mereka melakukan hal itu. Tetapi karena Pak Jono. Pak Jono menyuruh semua siswa dan siswi untuk mencari bendera yang telah disebarkan di perkebunan.

Tetapi, belum menemukan 1 bendera saja mereka sudah sangat kecapean. Apalagi jika perut mereka hanya diberi susu dan roti sebagai pengganjal perut.

Tania menghela nafas kasar, "kita semua capek, tapi ya mau gimana lagi-- kita harus nemuin bendera. Minimal kita dapet 1." ujar Tania.

"Tapi-- Tan, kita udah setengah jam jalan kaki, tapi enggak nemuin apa-apa." kesal Lara.

"Gua tahu, tapi mau gimana lagi coba?" bingung Tania.

"Mending kita istirahat aja dulu, mau enggak?" ajak Tania.

Lara dan Lena mengangguk setuju, tetapi tidak dengan Syifa Sedari tadi dia menundukkan kepalanya.

Mereka bertiga duduk dibawah pohon.

"Cip, lu kenapa? Lu sakit?" tanya Tania yang melihat wajah Syifa pucat pasi.

Syifa menggeleng menjawab pertanyaan Tania.

Lara mendaratkan telapak tangannya di dahi Syifa

"Panas!" pekik Lara.

Tania, Lara dan Lena menjadi gelisah. Tak tahu harus berbuat apa.

"Cip, lu minum dulu." titah Lena.

Setelah Syifa meminum air yang berada didalam botol, Tania menyodorkan rotinya.

"Makan, buat ngeganjel perut lu. Kayaknya lu masuk angin deh Cip."

"Terus sekarang kita harus gimana?" tanya Lena.

"Kita balik ke tenda. Enggak mungkin kita lanjutin nyari bendera kalau Syifa kayak gini--"

"Rasanya aneh liat lu sakit." ujar Lara sambil terkekeh.

Syifa mencebikkan bibirnya mendengar perkataan Lara.

"Lu masih bisa jalan enggak Cip?" tanya Tania.

"Masih kok." jawab Syifa parau.

"Kita balik ke tenda sekarang yu?" ajak Lena.

"Iya." jawab Tania.

Tania dan Lena menggandeng Syifa, sedangkan Lara membawa tas Syifa

"Maafin gua guys, gua jadi ngerepotin kalian." cicit Syifa.

"Lu kayak ke siapa aja sih Ra, udah lu tenang aja. Kita juga enggak peduli sama tuh bendera!" seru Lara.

Syifa tersenyum mendengarnya.

Mereka berjalan sambil sesekali bercanda untuk mengilangan sedikit keletihannya.

Tiba-tiba saja dijalan mereka melihat ular, segera saja mereka berlari sekencang-kencangnya.

Tania, Lara dan Lena yang terpekik kaget tanpa sadar meninggalkan Syifa dibelakang.

Syifa panik, dia berjalan tertatih-tatih sampai akhirnya tersandung ranting dan tak sadar jika ular yang tadi mereka lihat berada dibelakangnya.

Disisi lain Tania, Lara dan Lena bernafas tersenggal-senggal.

"Kita udah jauh 'kan?" tanya Lara dengan nafas tak teratur.

Tania dan Lena mengangguk setuju.

"Si Syifa dimana?" tanya Tania tersadar jika Syifa tidak ada disekitar mereka.

Langsung saja mereka berlari ke tempat asal mereka saat melihat ular.

"Syifa!" pekik Tania keras saat melihat Syifa sedang berusaha bangkit berdiri.

"Cip, dibelakang lu!" seru Lara keras dan mencoba mendekati Syifa

Tetapi, Lena menghentikan Lara karena takut jika Lara mendekati Lara malah akan membuat ular itu menggigit Lara.

"Tolong ..." teriak mereka bertiga bersamaan, mencoba mencari pertolongan. Semoga saja ada yang mendengar teriakan mereka, pikirnya.

"Cip, lu jangan gerak! Ularnya ada dibelakang lu." titah Tania panik.

"Lu bertahan ya! Jangan ngomong apa-apa!" titah Lara.

"Cip, kita enggak bakal ninggalin lu." ucap Lena, yang kini tengah menahan isakannya.

Lena sudah tidak kuasa menahan tangisnya, melihat Syifa yang wajahnya sudah pucat pasi dan
Ular itu masih berada dibelakang Syifa membuatnya berpikir yang tidak-tidak.

"Maafin gua." ucap Syifa yang saat ini sudah kehabisan tenaga dan akhirnya tak sadarkan diri.

"Syifa!" teriak Tania saat melihat ular itu ada didekat kaki Syifa dan bersiap-siap untuk menggigit kakinya.

Tania, Lena dan Lara terduduk
Sambil tersedu-sedu.

Tetapi, mereka melihat ular yang berada di depan kaki Syifa itu terlempar jauh.

Mereka berdiri dan mengusap air mata mereka.

Didepan mereka. Reno, Arga, Dimas dan Agung berdiri didekat Syifa. Ya! Mereka menyelamatkan Syifa.

"Untung aja, kalau gua enggak lihat tuh ular dia pasti udah digigit." ujar Arga.

"Yoi Bro!" sahut Dimas.

Dengan sigap Arga menggendong Syifa, hal itu membuat ketiga temannya melongo.

"Gas aja Bang!" sahut Dimas terkekeh.

Arga tersenyum, "darurat ini!"
Tampiknya.

"Syifa!" Tania mendekati Syifa yang kini berada di gendongan Arga.

"Kita bawa Syifa ke tenda sekarang." ucap Arga kepada Tania, Lena dan Lara.

Ketiganya mengangguk.

Mereka berjalan beriringan menuju tenda, karena melihat kondisi Syifa yang masih tak sadarkan diri.

Dalam hati Arga berucap, Enggak rugi dia makan banyak, berat begini! Berasa gendong karung beras gua jadinya. Arga tersenyum.

+++

Tbc
Minta dukungannya ya:)

Ketua Osis Killer [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang