Shit!
Anjir!
Sial!
Umpatan itu terus saja keluar dari mulut Reno Alamsyah. Sungguh! Menurutnya hari ini adalah hari cobaan baginya.
"Sudah jatuh tertimpa tangga" peribahasa ini sedang berlaku kepadanya. Pasalnya, Mamah Reno tidak memperbolehkan Dia membawa motor kesayangannya dengan alasan takut Reno tergelincir lagi dari motor seperti kemarin malam. Padahal, dia hanya mendapat sedikit goresan dilengan dan kakinya akibat terkena aspal. Oleh sebab itu Reno tidak diperbolehkan membawa motor dan dia tidak bisa membantah ucapan wanita kesayanannya.
Hari ini adalah hari senin mewajibkan semua murid mengikuti upacara tetapi apa daya dikarenakan dia harus naik angkot dan sialnya angkot tak kunjung datang Reno jadi geregetan sendiri. Akhirnya, dia mencoba berlari sampai ke sekolah.
Sampai di sekolah cobaan kembali datang, memang dia yang salah sampai di sekolah pukul 08.00 ya walaupun bukan salah dia sepenuhnya. Saat ini dia tidak boleh masuk. Sampai upacara selesai, alhasil Reno menunggu Pak Sidik membukakan pintu gerbang untuknya.
Lelaki paruh baya itu mencoba bertanya kepada Reno, pasalnya dia tidak pernah melihat Reno terlambat seperti ini ya walaupun sering bolos pada saat jam pelajaran berlangsung. "Nak Reno kok bisa telat?"
Reno menghela napasnya sebentar lalu berdiri dan menyender ke gerbang sekolah sambil menghadap kepada Pak Sidik yang sekarang menatapnya seolah-olah meminta penjelasan. "Iya nih Pak, saya enggak dibolehin bawa motor jadi deh, saya jalan kaki. Nunggu angkot enggak muncul-muncul" ucap Reno sambil tertunduk lesu, cairan keringatnya masih berjatuhan di sekitar dahinya.
Pak Sidik mengangguk paham kemudian dia menepuk bahu Reno dari celah-celah gerbang sekolah. Reno tersenyum melihat Pak Sidik.
Kring... Kring... Kring...
Suara bel membuyarkan lamunan Reno, dengan segera Pak Sidik membukakan gerbang untuknya. Seketika Reno langsung tersenyum sambil melangkah girang masuk ke dalam. Tak lupa Reno menyalami Pak Sidik dan berlalu dari hadapannya.
Tetapi, belum lima langkah berjalan Reno mendapatkan wajah seseorang yang sedang menatap ke arahnya dengan tatapan tajam membuat Reno sedikit bergidik ngeri melihatnya.
Suara Pak Jono membuat langkah Reno terhenti. "Dari mana saja kamu?! Nongkrong di warung dulu ya!" ucap Pak Jono mengintimidasi.
Reno menghembuskan nafasnya sejenak. "Lah, jangan souzon dulu Pak, dosa loh! Kata Papah Reno orang yang suka souzon pasti jelek!" ucap Reno dengan mimik wajah polos.
Mendengar tuturan Reno wajah Pak Jono langsung memerah dan hidungnya kembang kempis akibat termakan ucapan Reno. "Dasar kamu murid bandel! Kalau bukan anak orang udah saya unyeng-unyeng kamu!" Reno yang mendengarnya hanya menunduk tetapi di dalam hatinya dia sedang menahan tawanya.
Gadis berambut sebahu yang sedang bersama teman-temannya. Sayup-sayup mendengar ada keributan. Kakinya refleks mengikuti suara ribut itu.
"Ada apa Pak?" tanya Tania lembut kepada Pak Jono.
"Seperti biasa, anak badung ini cari ulah saja bisanya!" seru Pak Jono sambil melirik Reno.
Tania melirik Reno yang sedang tersenyum ke arahnya cepat-cepat Tania mengalihkan pandangannya.
"Tania Bapak ingin kamu mengurus anak ini, terserah kamu mau apakan!"
Tania mengangguk untuk mengiyakan permintaan Pak Jono.
Pak Jono berjalan meninggalkan mereka sambil memijat pelipisnya. Mungkin, Pak Jono sudah pusing dengan kelakuan Reno. Sungguh, wajah dan sifat Reno sangat berbeda walaupun kadang orang yang melihatnya gemas sendiri entah karena apanya.
"Reno, sekarang lu ikut gua" ucap Tania kepada Reno yang sedang mengemut permen kaki, dalam situasi seperti ini bisa-bisanya dia memakan permen.
Reno tidak menanggapi perintah Tania, malah sekarang dia berjalan menuju kursi dan siap-siap mendaratkan bokongnya. Tetapi, naas tangannya malah ditarik paksa oleh Ketua Osis. Siapa lagi kalau bukan Tania Putri Nasution.
Sedangkan ketiga sahabat Tania malah terkekeh geli melihat ekspresi terkejut Reno yang sangat lucu.
Bukannya memberontak Reno malah mengeratkan genggaman tangannya dan Tania tidak menyadari itu. Bahkan untuk menarik tangan Reno pun dia refleks melakukannya.
Di sepanjang koridor sekolah, mereka berdua menjadi pusat perhatian sekarang apalagi saat ini Reno malah senyum-senyum sendiri sambil melihat tangannya yang digenggam Tania.
Tania menghentikan langkahnya saat mereka sudah berada di pinggir lapangan tetapi, dia masih belum melepaskan genggamannya. "Reno sekarang lu lari tiga kali putaran!"
Lagi-lagi Reno menghiraukan perintah Tania, kelakuannya itu membuat Tania geram sendiri.
"Cepat!" bentak Tania.
"Ketos, gimana gua mau lari kalau tangan gua masih lu genggam kayak gini." Reno memasang wajah smirknya sementara Tania langsung melepaskan Tangannya dari tangan Reno dan berusaha mengalihkan pandanggannya agar Reno tidak melihat semburat merah yang kini menjalar memenuhi wajahnya.
Reno tahu jika wajah Tania memerah. "Udah enggak usah ngalihin pandangan lu dari gua, gua tahu lu blushing." ucap Reno sambil menaik-turunkan alisnya.
Tania sudah tidak tahan jika digoda seperti ini. "Jangan banyak omong! Pokoknya sekarang lu lari tiga putaran!" bentak Tania sambil meninjuk ke arah lapangan.
"Gua mau lari asal-"
Reno menghentikan ucapannya membuat Tania bingung dan kesal olehnya."Asal gua lari sama lu." ucap Reno sambil menarik tangan Tania dan mengiringnya berlari.
Lagi-lagi mereka menjadi pusat perhatian bagi siswa dan siswi yang berlalu lalang bahkan ada juga yang sengaja keluar dari kelas untuk melihat adegan lari bersama yang dilakukan Ketua Osis mereka dan Handsome Boy SMAN 48 Bandung.
"Mereka cocok ya."
"Gemesh gue liat mereka."
"Wah.. sweet banget sih gila!"
"Tania sok kecentilan!"
"Reno kok mau-maunya lari bareng nenek sihir!"
"Pake pelet tuh pasti!"
Pujian dan hujatan itu terdengar seperti pengiring bagi Reno dan Tania. Walaupun sudah beberapa kali Tania berontak melepaskan genggaman tangannya dari tangan Reno tetap saja Reno tidak melepasnya. Tania yang sudah lelah berontak akhirnya mengikuti langkah Reno.
Reno tersenyum puas saat Tania tidak melakukan perlawanan lagi, lesung pipinya sangat terlihat saat dia tersenyum bahkan, sampai ada siswi yang memekik kegirangan hanya dengan melihatnya.
Tiga putaran telah selesai, Tania langsung melepaskan tangannya dari tangan Reno tetapi, dengan sigap Reno mencekal tangan Tania.
"Mau lu apa sih?!" bentak Tania lagi.
Reno melepaskan tangan Tania, kemudian dia menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Gua sa-"
Ucapan Reno terhenti melihat langkah kaki Tania yang meninggalkannya sendirian di lapangan.Si Ketos beneran galak! Apa dia lagi pms ya? Masa pms setiap hari sih? Bingung sambil menggelengkan kepalanya.
Tapi kalau marah bikin gemesh deh jadi pengen ke KUA. Batin Reno terkekeh geli memikirkankannya.
Terlintas pikiran jahil di otak tampannya, kemudian senyum manis kembali mengembang di bibir Reno Alamsyah.
+++
Tbc
Minta dukungannya ya:)
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketua Osis Killer [SELESAI]
Teen Fiction[Cover by @kangnield] Memilih. 1 kata yang mendeskripsikan kisah tentang Ketua Osis yang harus memilih antara Dia dan Dia. Dia yang selalu ada disisinya atau dia yang dulu ada dihatinya. Copyright © 2017 by Siti Hafifah [SUDAH di REVISI]