Dertzz
Satu pesan masuk dari nomor yang tidak dikenal.
From : 0812********
Gimana kabarnya?Tania mengernyitkan dahi bingung, pasalnya dia tidak mengenali nomor ponsel yang mengirim pesan kepadanya saat ini, dan siapa juga yang bisa-bisanya menyebarkan nomor ponselnya sembarangan!? Kalau Tania tahu siapa orangnya mungkin sudah dia beri pelajaran.
Mungkin salah kirim kali ya, pikir Tania sambil sesekali melihat ke depan saat Pak Evan menjelaskan. Bisa gawat urusaannya jika Tania ketahuan memainkan ponsel saat jam pelajaran berlangsung.
Tania sesekali melihat arloji yang melingkar ditangan kirinya. Sebentar lagi sudah menunjukan pukul 03:15 waktunya bel pulang. Otaknya sudah sangat mumet! Ingin rasanya dia berenang untuk mendinginkan otaknya yang rasanya akan meledak! Sekolah saja sudah pusing apalagi nanti jika bekerja!? Haduh! Tania menepuk jidatnya pusing.
Yang saat ini ada dipikirannya adalah pulang ke rumah, mandi, makan dan tidur! Se-simple itu kan! Itu adalah mimpi seorang Tania dan semua pelajar! Tetapi, nyatanya kita sebagai seorang pelajar juga berperan sebagai anak yang harus menuruti perintah orangtua jika dirumah. Contohnya membantu orangtua dan jangan lupakan tugas sekolah yang menumpuk. Bagaimana kita bisa membagi waktu antara keduanya!? Jika kita berpikir ingin istirahat atau santai-santai dirumah kalau begini!? Tania semakin pusing jika harus memikirkan masalah yang seperti yang nyatanya tak akan pernah usai. Seperti, kisah cintanya!
Kring... Kring.. Kring..
Suara bel pulang menyadarkan Tania dari pemikirannya itu. Dengan secepat kilat setelah Pak Evan keluar semua penghuni kelas XI-MIPA 3 langsung berdoa sebelum pulang dan berhamburan keluar kelas.
"Tan kita bertiga mau ke toilet dulu ya, lu tunggu di luar gerbang aja nanti kita bakal kesana kok." ucap Lara tersenyum sambil menggendong tas ransel biru mudanya.
"Oke." ucap Tania sambil menganggukkan kepalanya pertanda setuju.
Ketiga temannya itu meninggalkan Tania sendiri di ruangan kelas dan melambaikan tangannya.
Tania tergesa-gesa keluar kelas sampai dia tidak tahu kalau ada yang dengan sengaja menjegal kakinya.
Akibat jegalan itu Tania kehilangan keseimbangannya dan langsung jatuh ke lantai. Seseorang yang melihat Tania terjatuh langsung menjulurkan tangannya ke arah Tania.
Tania tanpa ba-bi-bu langsung meraih Tangan seseorang itu, walaupun dia belum melihat wajah seseorang itu, yang pasti dia adalah laki-laki. "Auuu..." ringis Tania saat kakinya tidak bisa digerakkan, untuk sekedar berdirin pun tidak bisa.
"Jangan ceroboh Tan." ucap orang itu, suaranya terdengar lembut.
"Kalau jalan itu hati-hati." ucapnya lagi.
Tania merasakan tenggorokannya tercekat saat dia melihat mata jernih yang selalu dia rindukan.
Kok bisa disini? Tania mengernyitkan dahi bingung.
"Aku sekolah disini Tan." ucap Bintang sambil tersenyum. "Eh maaf, Kakak kelas ya." Tania hanya tersenyum untuk menanggapi perkataan Bintang.
Tania mencoba berdiri sambil dibantu Bintang tetapi, itu malah membuat kakinya semakin sakit.
"Auuu..." Tania meringis kesakitan sambil meniup-niup kakinya yang terkilir.
Enggak pernah berubah ya, Manis! gumam Bintang sambil tersenyum manis.
Bintang mendudukkan Tania di kursi. "Boleh aku lihat mana yang sakitnya." tanya Bintang yang dijawab anggukan oleh Tanua.
Saat ini Tania tidak bisa banyak berbicara, bukan hanya kakinya saja yang luka tetapi hatinya pun saat ini terluka. Mengingat masa lalu sungguh sangat melukai hatinya, tetapi mau diapakan lagi jika sudah terjadi.
Bintang melihat kaki Tania yang terkilir, lalu dengan cekatan dia memijat kaki Tania sampai terasa baikan.
Tania menghela nafas, memasok udara sebanyak-banyaknya jika dia berbicara dengan bintang. Karena sampai saat ini dia masih saja gugup walaupun hanya sekadar bertatap muka.
"Makasih ya Bi." ucap Tania tersenyum, dan lagi-lagi itu senyuman canggung yang terbit di wajah Tania.
Sebenarnya, Bintang juga memiliki perasaan yang sama dengan Tania, hanya saja dia bisa menyembunyikkannya dengan sangat rapat sampai Tania tidak menyadarinya.
Bintang yang sudah bosan dengan suasana canggung ini mencoba mencairkan suasana. "Tan, masih inget enggak waktu kita pulang dari taman, ada anak anjing yang ngejar kita, kebetulan waktu itu kita sama-sama takut sama anjing. Akhirnya kita kejar-kejaran, sampai mau nangis juga kan?" ucap Bintang dengan menaik-turunkan alisnya mencoba menyindir Tania.
Tania tersenyum sampai akhirnya dia tertawa keras saat mengingat kejadian itu. "Iya Bin, aku inget! Dulu aku sampai kamu gendong ya gara-gara anak anjingnya enggak berhenti ngejar kita." ucap Tania masih dengan senyumnya, kali ini bukan senyuman canggung tetapi senyuman tulus yang hadir di wajah Tania.
Rasa hangat menjalar memenuhi tubuhnya, saat dia mendengar tawa yang keluar dari mulut Tania. Bahkan Bintang sampai tak berkedip melihatnya.
"Cantik." ucap Bintang secara tak sadar, Tania yang mendengarnya mengernyitkan dahinya bingung.
"Apa Bi?" tanya Tania, padahal Tania dengan jelas mendengar perkataan Bintang tetapi, dia ingin mendengar lebih jelas sekarang.
"Ah, enggak bukan apa-apa kok." ucap Bintang gelagapan.
Bintang mengalihkan pandangannya dari Tania dan langsung menepuk bibirnya yang sudah secara tak sengaja mengeluarkan kata-kata itu.
Ternyata, masih sama! Batin Tania.
Mereka kembali mengingat kejadian saat mereka bersama dan mereka tidak sadar jika ada seseorang yang melihat kebersamaan mereka dengan tangan terkepal menahan amarahnya. Mungkin, lebih bisa dikatakan cemburu karena kedekatan Tania dan Bintang.
Matanya memerah dan akhirnya dia meninggalkan Tania dan Bintang yang masih bercengkrama dengan perasaan yang bercampur aduk antara kesal, marah, cemburu, dan cinta.
"Gua bakal buktiin, kalau gua lebih baik dari dia!"
+++
Tbc
Minta dukungannya ya:)
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketua Osis Killer [SELESAI]
Teen Fiction[Cover by @kangnield] Memilih. 1 kata yang mendeskripsikan kisah tentang Ketua Osis yang harus memilih antara Dia dan Dia. Dia yang selalu ada disisinya atau dia yang dulu ada dihatinya. Copyright © 2017 by Siti Hafifah [SUDAH di REVISI]