Sunyi, senyap, mencekam, seperti tidak adanya tanda-tanda kehidupan. Itulah yang dirasakan saat memasuki kelas XI-Mipa 3, kelas sang Ketua Osis. Keadaan seperti ini bukan tanpa alasan, tetapi saat ini sedang berlangsungnya mata pelajaran Kimia. Bukan soal pelajarannya yang sulit, tetapi karena gurunya yang uhh... Luar biasa horror melebihi makhluk astral yang disajikan di televisi. Siapa lagi kalau bukan Pak Ivan, sudah galak wajahnya pun tak kalah seram dengan janggut yang menempel di dagunya.
Bahkan, Reno dan teman-temannya pun terlihat serius memperhatikan Pak Ivan yang sedang menjelaskan tentang Termokimia. Walaupun, sebenarnya baik Reno maupun teman-temannya sudah jengah dengan pelajaran ini, tetapi namanya juga sekolah mau tidak mau siswa dan siswi harus menerimanya dengan lapang dada.
Setelah dua jam penantian akhirnya bel pun berbunyi semua siswa langsung menghembuskan napas lega saat Pak Ivan mengakhiri kegiatan belajar mengajarnya. Reno dan teman-temannya pun langsung ngacir keluar kelas dengan gaya so cool-nya, Tania yang melihatnya menggeleng-gelengkan kepalanya sambil terkekeh geli.
Lara merentangkan kedua tangannya ke samping mencoba menggeliatkan tubuhnya. "Huh... Alhamdulillah akhirnya penantian gua terkabul yeay!" ucap Lara senyum sumringah yang diakhiri kekehannya.
Sama seperti Lara. Tania, Syifa dan Lena pun langsung senyum sumringah dan bisa bernapas lega.
"Kantin enggak?" tanya Syifa, yang langsung diangguki oleh ketiga temannya.
Mereka pun langsung melangkahkan kakinya ke kantin dengan tergesa-gesa sampai akhirnya Tania tidak sengaja menabrak anak kecil sampai terjatuh.
"Aaaaa... Abang Eno sakit!"
"Sakit... Auh... Sakit!"
"Huaa.. Sakit hua..."
Teriakan anak kecil yang memiliki postur tubuh yang bisa disebut gemuk itu sedang uring-uringan dikarenakan Tania tidak sengaja menabraknya sampai terjatuh, Tania yang sadar akan perbuatannya walaupun tidak disengaja itu langsung memeluk tubuh mungil bocah laki-laki itu yang tengah menangis sambil mengusap-usap kepalanya.
"Uuu.. Sayang, yang sakit yang mana? Maafin kakak ya, kakak enggak sengaja nabrak kamu sampai jatuh." ucap Tania lembut sambil menggiring anak kecil itu memasuki kantin.
Tania duduk di kursi kantin sambil memangku bocah laki-laki yang masih menangis itu.
"Udah jangan nangis." Tania mengecup pipi kanan dan kiri bocah itu, membuat pipi anak laki-laki itu bersemu merah dan tersenyum, lantas mendongakkan kepalanya untuk melihat Tania.
"Ciuman lu ampuh ya Tan." ucap Lara terkekeh ke arah Tania.
Tania mencubit pipi gembul bocah laki-laki itu. "Ih lucu banget sih kamu." Tania tersenyum melihat lucunya anak itu.
Tania tidak sengaja melihat lutut anak itu sedikit berdarah, langsung saja dia mengambil air untuk membersihkan lutut bocah gembul itu dengan tisu yang sudah diberi sedikit air.
"Auuu... Pelih!" bocah gembul itu meringis kesakitan.
"Bentar ya, tahan dulu." ucap Tania lembut sambil tersenyum membuat bocah gembul itu menganggukan kepalanya tanda setuju.
Setelah membersihkan lutut bocah gembul itu dengan tisu, Tania langsung mengambil plester dari sakunya dan menempelkannya ke lutut bocah gembul itu dengan hati-hati.
"Udah beres." sahut ketiga teman Tania sambil tersenyum membuat bocah gembul itu tersenyum karena dikelilingi empat perempuan cantik yang kini menatapnya.
"Nama kamu siapa?" tanya Lara kepada bocah laki-laki itu.
"Nama aku Nico Kak." ucap bocah laki-laki itu dengan aksen yang belum sempurna. "Nama Kakak-kakak siapa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketua Osis Killer [SELESAI]
Teen Fiction[Cover by @kangnield] Memilih. 1 kata yang mendeskripsikan kisah tentang Ketua Osis yang harus memilih antara Dia dan Dia. Dia yang selalu ada disisinya atau dia yang dulu ada dihatinya. Copyright © 2017 by Siti Hafifah [SUDAH di REVISI]