[24]-Ragu

6.5K 295 13
                                    

Malam minggu. Dua kata yang bisa menyayat hati kaum jomblo.
Tetapi tidak untuk Tania, Lara, Syifa dan Lena. Bagi mereka malam minggu adalah malam waktunya mereka untuk bersenang-senang, membebaskan pikiran mereka dari pelajaran sekolah yang membebani pikiran mereka.

Kini mereka telah sampai di sebuah cafe langganan mereka. Yaitu, cafe cremeria di dee yang terletak di kota Bandung Utara.

Seperti biasa, Lena dan Tania memesan rose and kopyor, Lara memesan greek yoghurt and carrot, sedangkan Syifa memesan dragon fruit.

Sembari menunggu pesanan mereka bermain ayunan sesekali mereka berfoto dan tak lupa mengupload-nya ke media sosial.

Apalagi Lara sedari tadi tak henti-hentinya dia merubah pose gayanya. Syifa yang melihatnya hanya geleng-geleng kepala.

Saat senang-senangnya berfoto, tak sengaja Lara terdorong oleh badannya Tania membuatnya oleng dan nyungsep dengan bibir mencium lantai.

Seketika mereka semua yang berada di sekitarnya langsung tertawa melihat ekspresi wajah Lara saat ini apalagi ketiga temannya bukannya membantu lara berdiri mereka malah memojokkan Lara yang sedang mengaduh kesakitan.

"Lara! Lu kenapa?!" ucap Tania dengan seringaian mengejeknya.

"BG! Gua jatoh pea!" ucap Lara sambil mengusap-usap bibirnya yang tadi mencium lantai.

"Cium lantai gimana rasanya Ra?" ujar Tania sambil terkekeh pelan.

"Kayak ada manis-manisnya gitu!" ucap Lena.

"Le-mineral kali ah!" ucap Syifa.

Mereka terus saja memojokkan Lara sambil tertawa, sedangkan Lara sudah mengerucutkan bibirnya kesal.

+++

"Menurut lu gua harus gimana dah Dim?" ujar Arga dengan mata melasnya.

"Kalau suka tinggal tembak aja Ga! Lu cowok kan?" ujar Dimas yang dibalas tatapan ragu oleh Arga. Tampaknya Arga masih ragu dengan saran Dimas kali ini.

Kesal. Itulah yang dirasakan Dimas saat ini, entah sudah berapa lama dia menceramahi Arga tetapi Arga tetap saja meragukan saran yang dilontarkan sahabatnya tersebut. Padahal, Arga lah yang meminta saran kepada Dimas. Tetapi, saat Dimas melontarkan sarannya Arga malah meragukan sarannya itu.

"Anjir! lu meragukan kejantanan gua?!" ucap Arga kesal yang disertai dengan menonjok perut Dimas.

"Selow bro! Jangan goyang!" Dimas mengacungkan kedua tangannya ke atas, tanda menyerah sambil meringis kesakitan.

Reno hanya menggeleng-gelengkan kepalanya jengah dengan tingkah laku mereka berdu, rasanya Reno ingin melenyapkan sikap Dimas dan Arga yang kekanakan seperti Tom and Jerry itu.

Diantara mereka ada satu orang yang cukup santai melihat kedua orang yang tengah berdebat. Dia Agung Dwi Angkasa, laki-laki itu tengah berkutat dengan kertas, pulpen dan gitarnya. Menuliskan sesuatu yang ada dipikirannya dan menyesuaikan dengan nada gitarnya. Agung, selalu menuangkan ide-idenya kedalam sebuah lagu hanya untuk mengobati kesepian yang ada dalam dirinya.

Agung memang bisa terbilang tampan dengan tubuhnya yang tinggi, bibir tebal yang berwarna merah muda, alisnya yang tebal dan bulu matanya yang lentik menambah tingkat ketampanan Agung, walaupun dirinya memiliki bulu mata yang lentik seperti perempuan tetapi, kadar ketampanannya tidak bisa mengubahnya. Malah banyak siswi yang mendambakan Agung bisa berada disamping mereka walaupun mereka mengetahui sikap dingin Agung.

"Bikin lagu lagi lu?" tanya Reno sambil menepuk pundak Agung.

"Kagak, gua cuma iseng aja." ucap Agung, yang masih berkutat dengan kertas dan gitarnya.

"Sama aja! Coba sini gua pengin lihat." seru Reno.

Agung menyodorkan hasil dari pikirannya itu kepada Reno.

Datanglah seperti bintang yang menyinari gelapnya malam.

Membawa secercah cahaya impian didalam kekosongan.

Pergilah jika kau ingin pergi, tanpa meninggalkan jejak.

Seperti hujan yang datang dan berlalu tanpa meninggalkan jejak embunnya.

"Nadanya kayak gimana?" tanya Reno sambil menghayati setiap bait lagu yang dibuat Agung.

"Kagak tahu gua, mending lu aja yang bikin nadanya." ucap Agung, yang dibalas anggukan tanda mengerti oleh Reno.

"Ini udah beres?" tanya Reno.

"Belum, itu baru gua bikin reff-nya." ucap Arga yang dibalas anggukan lagi oleh Reno.

Reno melirik ke arah Arga dan Dimas yang masih beradu mulut. "Woy... Duo kampret mau sampai kapan kalian berantem kagak jelas?!"

"Sampai gua bisa jadian sama Syifa!" ucap Arga dengan menampilkan seringaian di wajah tampannya.

"Alah.. Itu mah maunya lu!" ucap Dimas kesal, entah kenapa akhir-akhir ini Arga dan Dimas kurang akur.

"Selow.. Selow.. Kalian sirik aje! Makanya jangan jombs!" ucap Arga sambil menepuk bahu Dimas.

"Dasar Kecoa! Songong banget lu Ga! Jadian aja belum!" ucap Agung yang mulai kesal dengan perdebatan yang menurutnya tidak penting sekali untuk dibahas.

"Astagfirullah.. Gua lupa!"
Ujar Reno sambil menepuk jidatnya.

"Lupa?" tanya Dimas heran.

"Sekarang kita..." Reno memberikan tampang seriusnya terhadap mereka bertiga, sampai mereka ingat akan sesuatu hal.

Mereka bertiga menepuk jidatnya masing-masing. "Anjir!"
Ujar mereka serempak.

+++

Tbc
Minta dukungannya ya:)

Ketua Osis Killer [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang