[37]-Apa!?

5.3K 276 34
                                    

Suara Bi Rumi mengganggu pendengaran lelaki yang bertubuh atletis itu, dia memiliki postur tubuh seperti pahatan dewa yunani. Tak jarang, banyak perempuan yang mengantri untuk menjadi pasangannya.

"Den, bangun sudah pagi! Aden mau sekolah kan?"

Bi Rumi menyibakkan gorden jendela kamar Reno, terlihatlah mentari yang sudah mulai memancarkan sinarnya, air hujan yang semula muncul terganti oleh bulir-bulir embun yang berjatuhan.

Lelaki berperawakan jangkung itu menyipitkan matanya, terlalu berat jika dia langsung membuka matanya.

Dia melihat wanita paruh baya yang sudah lama mengabdi di rumahnya, Bi Rumi melengkungkan senyumnya kepada tuan muda-nya itu walaupun sudah dia anggap sebagai anaknya sendiri.

Reno membalas senyuman Bi Rumi dan kembali menutupi tubuhnya dengan selimut, Bi Rumi yang melihatnya geleng-geleng kepala sambil tersenyum.

Bi Rumi mengusap-usap kepala Reno. "Den, ayo bangun udah jam 7 lewat loh." ucapnya memperingati.

"Reno enggak bakal sekolah Bi." ucapnya dengan suara serak khas bangun tidur.

Bi Rumi mengernyitkan dahi bingung. "Loh, kenapa Den?"

"Ngantuk Bi, Reno baru tidur subuh Bi." jawab Reno.

"Aden, enggak salat subuh?" tanya Bi Rumi.

"Sebelum tidur Reno salat subuh dulu kok Bi." ucap Reno.

Bi Rumi tersenyum. "Den beneran enggak mau sekolah? Kalau Nyonya tahu nanti Bibi harus bilang apa?" tanyanya lagi sambil menunduk.

Reno menggeram frustasi, dia tidak bisa membiarkan Bi Rumi mendapat masalah karena dirinya. Alhasil, sekarang Reno beranjak ke kamar mandi dan bersiap-siap untuk pergi ke sekolah.

***

"Assalamualaikum warrohmatullahi wabarokatuh." ucap Dimas dan Arga dengan nada khas orang yang akan ceramah seraya melangkahkan kakinya ke dalam kelas.

"Waalaikumsalam." ucap semua penghuni kelas XI Mipa 3. Mereka tidak aneh lagi dengan kelakuan 2 orang absurd ini yang berbeda dengan tampangnya.

Dimas melempar tas-nya asal. Berpura-pura tak menyadari kehadiran teman sebangkunya, Agung yang saat ini menatap horror ke arahnya. Bukan tidak ada alasan Agung menatap Dimas begitu, tak lain karena Dimas dengan sengaja melemparkan tas-nya sampai mengenai kepala Agung yang sedang asyik membaca novel Harry Potter nya.

Cengiran Dimas malah membuat Agung semakin geram, kalau bukan teman mungkin Agung akan melakukan hal lain. Tetapi, apa boleh buat Dimas adalah temannya.

"Kenapa Gung?" tanya Dimas dengan tampang polosnya sambil duduk di kursi sebelah Agung.

"Najisun!" ucap Agung dengan ekspresi jijiknya.

Arga beranjak dari tempat duduknya, mendekati bangku Dimas dan Agung.

"Reno belum datang?" tanya Arga.

Agung mengedikkan bahunya. "Enggak tahu gua, gua datang aja dia emang enggak ada."

"Engga bakal sekolah kali." ucap Dimas menimpali.

"Gegara malam kali, kita begadang sampai subuh!" seru Arga.

"Mungkin." ucap Dimas dengan gaya sok imutnya. Agung dan Arga memasang wajah seolah-olah ingin muntah.

Kring... Kring.. Kring...

Tak terasa bel masuk pun berbunyi, semua siswa dan siswi langsung masuk ke dalam kelasnya masing-masing. Begitu pun Lena dan Syifa. Mereka berdua masuk ke dalam kelas tanpa adanya Tania dan Lara. Kenapa? Karena mereka harus mengurus siswa dan siswi yang melanggar tata tertib sekolah, seperti terlambat masuk sekolah. Sebagai anggota osis mereka memang rutin melakukan pemeriksaan seperti itu.

Ketua Osis Killer [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang