"Reno..."
Teriakan seseorang itu refleks membuat Reno melihat ke arahnya. Reno tergagap seketika, entah apa lagi yang akan dilakukan gadis itu.
"Reno..." ujar gadis itu sambil memeluk Reno erat.
Reno bergerak risih mencoba melepas pelukan gadis itu. "Apaan sih lu peluk-peluk gua!"
"Ih, kamu kok gitu sih sayang?" tanya gadis itu tidak terima saat Reno berhasil melepaskan pelukannya.
Deg.
Tania seperti tertusuk ribuan jarum kala gadis itu memanggil Reno dengan kata "sayang". Tania baru menyadari jika gadis yang memeluk Reno saat ini adalah gadis yang sama seperti di caffe beberapa hari yang lalu."Mau lu apa sih Bel?!" bentak Reno pada gadis yang bernama Bella.
"Apa mau gua?!" Bella menjeda ucapannya. "Gua mau lu Ren! Gua cuma mau lu Ren." lanjut Bella sambil mencoba meraih pergelangan tangan Reno tetapi secepat mungkin tangan Bella langsung Reno tepis.
"Gua enggak suka sama lu Bel!" Mata Reno menatap Tajam Bella sontak membuat Bella kesal. "Dari dulu gua emang engga suka sama lu!"
"Oh, gua tahu lu nolak gua gegara cewek itu kan!" ucap Bella sambil menunjuk ke arah Tania. Sontak membuat Tania kaget tak bisa berkata apa-apa selain mendengarkan ucapan Bella. "Karena cewek ini mirip sama si Fella! Iya kan Ren! Gua benar kan! Lu suka sama cewek itu gegara dia mirip si Fella kan!" lanjut Bella membuat semua terkejut dengan ucapannya.
Reno tidak bisa berkata apa-apa, semua pikirannya mendadak kosong. Sikapnya itu lah yang membuat Tania lemas. Tubuhnya seperti jelly tak bisa bergerak sama sekali. Tetapi Tania mencoba berjalan gontai ke arah Reno yang tertunduk.
"It-- tu... semua benar Ren?!" ucap Tania terbata dengan mata yang memerah menahan air mata yang akan keluar.
Reno tidak bisa berkata apa-apa, sebenarnya dia ingin menyangkal perkataan Bella tetapi semua perkataan Bella itu benar awalnya. Walaupun kini Reno jadi benar-benar menyukai Tania bukan karena kemiripannya dengan Fella tetapi karena semua yang ada pada diri Tania telah merubah perasaannya menjadi sebuah rasa yang tidak bisa dijelaskan olehnya.
Tania mengguncang bahu Reno sambil berkaca-kaca walaupun sudah ditahan mati-matian oleh Tania tetapi tidak berhasil akhirnya air mata Tania pun berkumpul dipelupuk matanya dan mendarat dipipinya. "Reno! Jawab gua! Please Ren! Lu jangan diem aja! Kediaman lu itu semakin membuat gua sakit Ren! Sakit." ucap Tania lirih sambil memegang kedua bahu Reno.
Reno mencoba membuka suaranya sambil menatap mata Tania. "Oke, gua jawab Tan." Reno menjeda ucapannya, rasanya hancur melihat orang yang kita dikasihi menangis karena kita sendiri. "Iya, semua perkataan Bella itu benar Tapi, setelah semua yang gua lewatin sama lu itu membuat gua sadar kalau gua suka sama lu bukan karena lu mirip sama Fella. tapi, karena gua benar-benar sayang dan cinta sama lu Tan."
Sakit, sangat sakit.
Itulah yang dirasakan Tania saat mendengar tuturan Reno. Walaupun diakhir kalimatnya Reno mengungkapkan perasaannya tetapi semua itu seperti tidak ada artinya jika awal dari perkataannya itu sangat menohok Tania sampai ke ulu hati, Benar-benar sakit rasanya."Siapa Fella Ren?!" tanya Tania sambil menatap Reno sendu.
"Lu mau tahu siapa Fella, Tan?" tanya Reno sambil menatap mata Tania yang sudah memerah dibanjiri air mata dipelupuk matanya.
Reno mengalihkan pandangannya mencoba mengatur nafasnya. "Fella itu, mantan gua yang meninggal 1 tahun yang lalu karena penyakit leukimia, kalau Bella bilang dia mirip sama lu itu, dia benar karena memang dia mirip sama lu walaupun sifat kalian bertolak belakang Tan. Fella itu pendiam, sangat pendiam saking pendiamnya dia nyembunyiin penyakitnya itu dari keluarganya dan termasuk gua sebagai pacarnya, sampai di akhir nafasnya gua enggak bisa liat dia terakhir kalinya Tan! Gua sayang banget sama dia, tapi setelah gua ketemu sama lu yang awalnya karena mirip Fella semakin gua dekat sama lu semakin tumbuh rasa itu ada, jadi Gua- gua beneran suka sama lu bukan karena Fella Tan." ucap Reno lirih, tak sadar jika air matanya mengalir dari kelopak matanya, dia tak sanggup jika harus mengingat kembali kenangan akan Fella sampai akhirnya tubuhnya ambruk ke atas rerumputan sambil tersedu-sedu. Sifat Reno yang sering kekanakan itu semuanya dia lakukan untuk menutupi kenangan buruknya saat bersama Fella, jika dia mengingat Fella rasanya dia ingin mati saja. Fella, gadis pendiam nan cantik yang sangat disayanginya sampai saat ini. walaupun, dia tahu jika Fella sudah tiada dan tak akan pernah bisa kembali bersamanya.
Nafas Tania tercekat, dia tak mampu berkata-kata selain mendengar kata-kata yang keluar dari mulut Reno, tenggorokannya terasa kering. Tania egois jika sekarang dia lebih mementingkan dirinya sendiri padahal, ada yang lebih menderita darinya yaitu Reno Alamsyah yang telah mengubah hidupnya menjadi lebih berwarna. Dan apa sekarang Tania malah menyuruh Reno membuka lembaran kenangan buruk masa lalunya. Oke disini siapa yang jahat? Tania ataukah Reno? Sungguh Tania tidak bisa egois saat ini! Bagaimana pun keadaan hatinya sekarang dia harus mementingkan keadaan Reno yang sangat membutuhkan dirinya sebagai penyemangat walaupun dia tahu bahwa Reno pernah menjadikannya sebagai pelampiasan.
"Reno, maaf Ren gua enggak tahu." Tania memeluk Reno sambil menangis. Saat ini tidak ada yang bisa Arga, Agung, Dimas, Lena, Lara dan Syifa lakukan selain menatap sendu Tania dan Reno.
"Gua engga tahu Ren, gua engga tahu. Maafin gua Ren, maaf." ucap Tania sambil menghapus air mata Reno dengan tangan mungilnya.
Reno menatap mata Tania ingin rasanya dia memeluk Tania dan menyalurkan perasaannya. Tetapi, lidahnya seolah kelu dan matanya tak henti-hentinya mengeluarkan air mata.
"Harusnya gua yang minta maaf Tan, gua buat lu nangis." ucap Reno sambil menunduk. "Gua brengsek Tan, gua brengsek!" ucap Reno sambil memukul kepalanya sendiri.
"Engga Ren, semua cowok itu punya sifat brengseknya masing-masing! Dan gua mengakui kalau lu emang brengsek! Brengsek karena lu enggak bilang dari awal ke gua!" ucap Tania dengan sedikit membentak Reno.
"Gua sakit Ren! Kalau lihat lu kayak gini." ucap Tania lirih.
"Asal lu tahu Tan, gua udah ikhlas Fella engga ada disisi gua lagi dan gua juga ikhlas kalau lu mau nampar gua sebanyak apapun tapi, gua mohon lu jangan tinggalin gua."
Reno kembali mengeluarkan cairan bening dari matanya.Tania tidak bisa menjawab perkataan Reno, rasanya sakit saat mendengar Reno memohon seperti itu. "Iy- ya Ren gua engga bakal ninggalin lu."
Tania mengeratkan pelukannya tetapi Bella langsung mendorong tubuh Tania sampai terjatuh.
"Lu engga usah peluk-peluk Reno!" sengit Bella.
Tania merintih kesakitan saat siku tangannya mengeluarkan tetesan darah. Reno yang melihatnya langsung berdiri dan membantu Tania berdiri. "Lu engga apa-apa Tan?"
Tania tersenyum. "Iya, gua engga apa-apa kok".
Reno melangkah ke arah Bella. "Pergi!" satu kata yang keluar dari mulut Reno terdengar tajam, tetapi Bella malah mencoba menarik pergelangan tangan Reno. "Ren, dengerin aku dulu, Ren. Kamu tuh enggak cocok sama dia!"
Reno menepis tangan Bella. "Pergi, gua bilang pergi! Ya pergi! Harusnya lu pikir siapa yang engga cocok sama gua!" bentak Reno.
"Tapi, kita--"
Belum sempat Bella melanjutkan perkataannya, Reno sudah menggendong Tania meninggalkan mereka. "Guys biar Tania sama gua" ucap Reno sambil melirik ke arah Syifa, Lara, Lena, Agung, Dimas dan Arga yang ditanggapi anggukan oleh mereka. Kemudian Reno melanjutkan langkahnya meninggalkan mereka semua dengan menggendong Tania.
+++
Tbc
Minta dukungannya ya:)
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketua Osis Killer [SELESAI]
Teen Fiction[Cover by @kangnield] Memilih. 1 kata yang mendeskripsikan kisah tentang Ketua Osis yang harus memilih antara Dia dan Dia. Dia yang selalu ada disisinya atau dia yang dulu ada dihatinya. Copyright © 2017 by Siti Hafifah [SUDAH di REVISI]