PART - 21

2.2K 85 1
                                    

Dan...
Dimas membisikkan sesuatu di telinga Qiara.

" Gue mau lo yang dulu, yang periang dan yang sayang sama gue." Bisiknya.

Setelah itu, Dimas mengalihkan wajahnya dari telinga Qiara dan sekarang tepat di depannya. Qiara tidak bisa lagi mengontrol nafasnya. Dimas hanya tersenyum, lalu kembali menjauhkan wajahnya dan duduk kembali di tempatnya. Akhirnya, Qiara bisa bernafas lega.

" Kakak." Kata Qiara, sambil merengut manja.

" Heheh-e. Entar kalo kita udah jadian, gue bakal kasih buat lo. Upss..?!" Dimas segera menutup mulutnya dengan tangannya. " Sorry.."

Qiara hanya tertawa mendengar ucapan Dimas yang seperti lelucon. Dia mengelus pipi Dimas lalu mencubitnya.

Tak lama kemudian, Randa datang bersama Aris dan Ny. Angela. Teman - teman Qiara juga ikut hadir, begitu juga anak gang Dimas.

" Qia.." Kata Ny. Angela, dia sangat senang melihat Qiara sadar.

" Ngapain mama kesini? Bukannya mama di Argentina?" Kata Qiara, ia sangat heran. Saat ia sudah terbaring di rumah sakit, mamanya baru mengunjunginya.

" Mama khawatir sama kamu, nak. Mama tidak ingin terjadi apa - apa sama kamu..." Jawab Ny. Angela.

" Kak Randa, motor aku dimana? Terakhir aku ingat aku bawa motor.."

" Lo ini lagi sakit masih mikirin motor.. Untung lo ng--" Dimas menahan Randa untuk mengatakan kejadian sebenarnya.

" Kita keluar yuk guys, sekarang biarin Qiara sama mamanya.." Kata Dimas.

Sebelum Dimas keluar, ia sempat tersenyum dan mengedipkan matanya pada Qiara, membuat pipi Qiara merona.

Sekarang tinggalah Qiara dan Ny. Angela di dalam ruangan.

" Kamu nggak papa kan nak??" Tanya ny. Agrata.

" Nggak papa ma. Aku nggak sakit.." Jawab Qiara, jutek. " Lagian, urusan mama kan belum selesai di Argentina. Papa nggak ada kan ma?"

" Qia, kamu anak perempuan mama satu - satunya. Mama sayang sama kamu, nak. Mama nggak pernah mau ngebedain kamu sama Randa dan Aris. Mama.. Bersalah, Qia.."

" Mama tau, Aku sama sekali nggak pernah di ajarin sopan dan santun sama kalian. Aku bisa hidup damai seperti ini, karena aku belajar dari luar. Bahkan orang dalam yang sangat dekat dengan Qia aja nggak pernah ngajar Qia tentang apapun, meski itu cuma setitik kasih sayang.." Tangis Qiara.

" Mama memang salah, nak. Seharusnya mama nggak nurutin semua kemauan papa kamu.."

" Dia nggak pernah mau Qia jadi anaknya. Ia ingin pewaris terakhirnya itu anak laki -  laki. Kalo Qia udah ada di dalam tanah, semua itu akan jatuh ke Randa. Qiara rela ma. Asalkan papa tau, sampai saat ini Qia masih mendoakannnya."

" Qiara.."

" Sekarang, Qia capek ma. Qia mau sendirian. Jangan ganggu Qia, aku mau udahin semua ini. Qia capek ma, harus kayak gini terus.."

Ny. Angela mengangguk lalu mengelus lembut rambut Qiara. Matanya berkaca - kaca, mungkin ingin ia menjatuhkan air mata di depan Qiara namun, ia harus terlihat kuat di depannya.

Qiara membaringkan tubuhnya. Ia menangis tapi berusaha untuk menyembunyikannya.

" Orang tua payah.." Kata Qiara.

Ia pun menutup matanya.
*
*
Ny. Angela keluar dari kamar inap dengan mata berkaca - kaca. Ia harus segera kembali ke Argentina karena urusannya masih lama. Sebelum kembali ke Bandara, ia masuk lagi ke dalam kamar Qiara, mengecup kening Qiara dan mengucapkan selamat tinggal. Setelah itu, ia pergi ke Argentina lagi.

My Impressive Senior [COMPLETED]✅  [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang