Qiara memisahkan tangan Dimas yang mencekik leher Erik agar Erik bisa bernafas. Dia melerai kedua sahabat itu yang bertengkar karena dirinya.
" Maaf tuan, ini rumah sakit. Pasien butuh ketenangan..." Seorang suster keluar dari kamar rawat Ardheta untuk memperingatkan kekacauan di luar.
" Maaf Sus, iya.." Alifia meminta maaf pada suster itu.
Setelah suster itu pergi, Alifia mendekati Dimas dan Erik lalu menampar mereka dengan keras, sampai tergambar cap merah di pipi mereka.
" Kenapa nggak suka gue tampar kayak gini..?? Lo sadar nggak sih Rik, lo bahayain Ardheta kalo kayak gini terus. Lo nekan Kak Dimas terus, lo pikir ini mudah. Kita semua sayang sama Ardheta, sayang juga sama Qiara! Nggak mungkin kita biarin mereka mati bedua. Lo mau..?" Bisik Alifia yang kencang.
" Udah - udah. Sekarang kita tinggal tunggu kabar kesehatan Ardheta aja. Insya Allah makin baikan, jangan main kekerasan kayak gini. Hey, inget kita friends guys.." Justin ikut menyambung.
" Kalian semua tau kalo gue sayang sama Ardheta. Gue lebih rela mati dan nyerahin semua yang ada dalam diri gue untuk Ardheta daripada melihat Ardheta kayak gitu. Buka mata hati lo Dim!! Itu, yang lagi baring disana..? Adiknya lo.. Lo sadar itu kan..??" Erik kembali meninggikan suaranya.
Dimas benar - benar geram. Ia menarik kerah baju Erik dan membawanya ke luar rumah sakit. Ia menghajar wajah Erik dengan hujaman tinjuan keras dari buku - buku tangan Dimas.
Tak hayal pula Erik melemparkan beberapa tinjuan keras di wajah Dimas. Wajah mereka berdua penuh dengan darah. Mulai dari hidung, mata, bibir, semuanya membiru, lebam, merah.
" Cukup..." Teriak Qiara dari depan pintu utama rumah sakit.
Satpam dan petugas keamanan lainnya mendekati Dimas dan Erik yang masih dalam suasana bertengkar, namun karena tak ingin urusan menjadi panjang, Qiara menghentikannya duluan.
" Tidak usah pak, saya bisa mengurusi mereka..!" Ucap Qiara pada petugas keamanan itu.
" Oh baiklah, nona..."
Petugas keamanan tadi pergi, meninggalkan Dimas yang sedang menatap Erik penuh dendam.
" Kalian kenapa sih? Hah? Berhenti dong kayak anak kecil, cobalah berpikir dewasa, kalian udah gede, udahlah.." Kata Qiara.
" Lo nggak usah ikut campur. Kalo bukan gara - gara lo, Dimas nggak akan kayak gini.. Semua gara - gara lo.." Bentak Erik didepan Qiara.
" Atas dasar apa lo ngomong itu sama Qiara, dia cewek gue! Mau apa lo..??" Dimas mendorong bahu Erik.
Mereka bertengkar lagi, saat mereka akan saling pukul, Qiara menghentikan mereka. Tak tahan, Erik pun tak sengaja memukul wajah Qiara hingga pingsan.
" Qia.." Dimas menghentikan pertengkarannya ketika melihat Qiara terjatuh.
" Oh My God.." Alifia mendekati Qiara sambil menutup mulutnya.
" Lo apaan sih? Mukul Qiara segitunya? Lo pikir Qiara cowok apa...?" Randa angkat bicara, dia tak tahan adiknya di pukul seperti itu.
" Bedebah B*****T lo!! Berani - beraninya lo mukul Qiara. Lo liat sampe merah kayak gini..." Dimas membentak Erik. " Qi ayo bangun.."
Mata Qiara perlahan terbuka. Suhu tubuhnya yang awalnya biasa menjadi tambah luar biasa. Panas tubuhnya mampu membakar seseorang. Ia kedinginan, dan meronta ingin pulang.
" Bawa aja Qiara ke dalem.." Kata Santy.
" Iya, daripada dia tambah sakit.." Sambung Alifia.
" Qi, kamu dirawat yah...!" Bujuk Randa.
![](https://img.wattpad.com/cover/106559292-288-k254111.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
My Impressive Senior [COMPLETED]✅ [REVISI]
Подростковая литератураDON'T BE PLAGIARISM. THIS MY REAL IMAGINATION AND MY FIRST STORY, READ AND VOTMEN. Laavv you ♥♥♥ **************** "You're my Impressive senior" Terima kasih atas bahagia yang selama ini kamu berikan. Aku bukan hal yang abadi, jatuh cinta padamu saj...