Qiara berjalan meninggalkan mereka semua dan masuk kedalam kelas. Mengikuti pelajaran pertama yang dimulai beberapa menit setelah mereka semua sampai di sekolah.
" Baiklah anak - anak, untuk ceritanya, terdahulu nabi..."
Pelajaran berlangsung khusu, Qiara mengikutinya dengan serius. Saat teman sekelasnya ribut, matanya melotot hingga mereka yang ribut terdiam dan memperhatikan pelajaran.
Sound Good.
Pelajaran selesai, saatnya mata pelajaran berganti. Sudah 20 menit mereka menunggu tapi guru tak kunjung datang. Itu artinya, guru mereka sedang tidak masuk atau sedang ada kendala.
Sudah menjadi kesenangan bagi kelas Qiara jika guru berhalangan masuk.
" Nanti gue pulang kerumah lo yah, gue harus make over lo yang tomboy
Menjadi lebih feminim nanti malem.." Kata Kelsea saat Qiara berjalan keluar." Apaan sih, gue juga males datang.." Jawab Qiara.
" Yaelah, pokoknya lo harus datang" Paksa Kelsea.
" Ya udah, terserah lo aja deh..." Jawab Qiara.
Kelsea hanya tersenyum dan pergi dari hadapan Qiara. Sekarang lebih baik, Qiara menghela nafas lalu berjalan menuju koridor dan menyenderkan badannya di dinding balkon.
Dia menatap lapangan yang dipenuhi oleh anak - anak yang bermain futsal. Ia berfikir, sudah lama ia tidak bermain basket setelah perlombaan itu. Sekarang ia merindukan tempat nya sebagai atlet basket.
Ia rindu semuanya.
*
*
Dimas masih berada di dalam kelas. Entah kenapa hari itu ia malas untuk keluar, malas melihat orang. Dia duduk di bangkunya sambil memainkan gitar kepunyaan Rama. Punggungnya bersender di dinding dan dia menutup matanya." Aku punya ragamu, tapi tidak hati mu..."
Lagu Armada itu selalu melewati otaknya. Setiap saat ia ingin menyanyikan itu didepan dan tepat sambil menatap wajah Qiara. Ia ingin sekali melakukannya. Agar Qiara paham, bagaimana perasaannya sekarang.
" Kau tak perlu berbohong kau masih menginginkannya, kurela kau dengannya asalkan kau bahagia.."
Lonely, alright.
Perasaannya kini bercampur aduk. Rasa sayangnya pada Qiara menggebu. Ia ingin sesegera mungkin mengatakan jika ia mencintai Qiara. Ia ingin memiliki Qiara sepenuhnya.
Tak lama kemudian, Justin dan gangnya masuk kedalam kelas sambil membawa pop ice yang di pesan oleh Dimas. Mengetahui jika sahabat - sahabatnya itu datang, ia membuka mata.
" Nih pop ice lo!! Nih kembalianya.." Kata Erik.
" Lo yakin, nggak mau makan..?" Tanya Justin.
" Gue kayaknya bad mood deh.." Jawab Dimas.
" Loh entar malam kan lo bakalan nembak Qiara, masa lo bad mood sih.." Timpal Azriel.
" lo jangan macem - macem deh. Kita udah perhitungkan semua ini dari awal kan..?" Lanjut Rama.
" Lo harus punya skill, ini saatnya. Tadi kita liat Qiara di depan kelasnya. Menung, mungkin dia juga butuh kepastian..." Sambung Justin.
" gue takut nyakitin Qiara, guys.." Kata Dimas.
" Lo nggak akan nyakitin dia. Udah cukup lo jauhin dia kayak gini, dia sayang sama lo, Dim. Don't let her waiting for this.." Kata Justin lagi.
Dimas hanya menghela nafas, kemudian kembali memetik gitar agar suasana hatinya lebih baik. Benar juga apa kata Justin, dari awal dia yang mendekati Qiara dan memberikan harapan kosong padanya. Sekarang adalah saatnya, Dimas tidak lagi memberikan harapan kosong.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Impressive Senior [COMPLETED]✅ [REVISI]
Teen FictionDON'T BE PLAGIARISM. THIS MY REAL IMAGINATION AND MY FIRST STORY, READ AND VOTMEN. Laavv you ♥♥♥ **************** "You're my Impressive senior" Terima kasih atas bahagia yang selama ini kamu berikan. Aku bukan hal yang abadi, jatuh cinta padamu saj...