Saat lampu hijau menyala, motor Qiara berjalan menuju persimpangan rumahnya. Dan langsung saja adik Alessia itu menabrak Qiara dari sisi depan.
Bagai gerakan Slow Motion Qiara akhirnya melayang di udara. Motornya terjatuh dan gerakan faster itu kembali. Suara besi beradu terdengar nyilu. Qiara pun terkelungkup di jalanan dengan darah yang mengalir di bagian kepala dan hidung.
Mobil adik Alessia pergi setelah Qiara benar - benar tak bergerak. Banyak orang berkumpul disekitar Qiara. Banyak yang memotretnya, dan juga ada yang memanggil Ambulance.
Setelah ambulance sampai, Qiara di bawa ke rumah sakit terdekat. Ia langsung di masukkan ke UGD dan di beri perawatan intensif. Qiara mengalami luka yang cukup parah.
*Dimas dan Randa kembali ke rumah bersama Aris dengan tenang. Qiara sudah tidak perlu di khawatirkan lagi. Tapi, masih ada yang mengganjal di hati Dimas, mereka sudah lama pulang. Tapi kenapa Qiara belum pulang juga, kemana lagi dia.
Ponsel Randa berdering tiba - tiba. Qiara menelponnya.
" Hallo, Qia? Lo dimana?" Tanya Randa, nadanya senang.
" Maaf ini keluarga Qiara Anastasia?"
Suara ini sama sekali tak di kenal oleh Randa." Iya, maaf saya bicara dengan siapa?" Tanya Randa.
" Kami dari Rumah sakit International Jakarta. Mbak Qiara sekarang di rumah sakit."
" Apa?" Randa langsung berdiri dari duduknya. " Apa yang terjadi pada adik saya??"
" Nanti bisa di jelaskan dirumah sakit. Anda bisa kemari."
Randa langsung mengajak Dimas kerumah sakit. Perasaannya kacau balau saat itu, ia tak bisa lagi berpikir. Dimas yang sedari tadi menyetir juga tidak bisa fokus. Sesampainya di rumah sakit, Randa dan Dimas langsung bertanya pada penjaga kasir.
" Apa disini ada pasien yang dirawat bernama Qiara Anastasia?" Tanya Randa.
" hmm sebentar mas, kita cari dulu. Oh pasien itu yang baru di bawa ke UGD tadi karena menjadi korban tabrak lari. Disebelah sana." Jawabnya.
Randa dan Dimas terkejut bukan kepalang. Mereka berharap Qiara dalam keadaan baik - baik saja. Merekapun berjalan menuju ruang UGD dan melihat dari luar.
" Qia, lo kuat."
" Ya Allah, lindungi Qiara."
Tak lama kemudian, Dokter yang memeriksa Qiara keluar. Randa langsung memberikan banyak pertanyaan pada dokter itu.
" Dok! Adek saya! Gimana dok..? Dia baik - baik aja kan dok, please tell me something." Kata Randa, pusing.
" Sepertinya, dia akan baik - baik saja. Hanya saja, luka yang berada di kepalanya membuat adik anda
Comma." Kata Dokter itu dengan nada sedih." Koma, itu nggak baik - baik aja, dok!!" Dimas tak percaya.
" Kami akan segera memindahkan dia ke ICU. Luka di kepala itu bisa saja membuatnya kehilangan nyawa. Karena kepala adalah alat vital yang tidak boleh terbentur dengan keras. Seperti inilah kejadiannya." Sambung Dokter itu.
Beberapa orang perawat rumah sakit mendorong ranjang yang sedang ditiduri Qiara. Kepalanya di perban, wajahnya pucat pasi. Randa langsung histeris melihat keadaan adiknya itu.
" Qia, wake up." Teriak Randa.
Dimas hanya menahan air matanya yang dari tadi mengalir tanpa ia sadari. Ia mencoba menenangkan Randa yang masih histeris.
" Kita harus kasih tau temen - temennya, sama Aris dan orang tua lo." Kata Dimas pada Randa.
" Permisi, keluarga Qiara Anastasia."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Impressive Senior [COMPLETED]✅ [REVISI]
Ficção AdolescenteDON'T BE PLAGIARISM. THIS MY REAL IMAGINATION AND MY FIRST STORY, READ AND VOTMEN. Laavv you ♥♥♥ **************** "You're my Impressive senior" Terima kasih atas bahagia yang selama ini kamu berikan. Aku bukan hal yang abadi, jatuh cinta padamu saj...