Three

194 37 4
                                    

"Kak, ayo Kak."

Sebenarnya Sasya masih ingin mencari tahu siapa sebenarnya orang yang telah membayar semua tagihannya. Namun Wiliam terus merengek dan menarik-narik tangan nya.

"Will, tunggu dulu." Wiliam terdiam atas perintah kakak nya.

"Mas, siapa yang bayar?"

"Saya juga kurang tahu, mba."

"Kakak lama, ihh!"

Melihat wajah Wiliam yang mulai bete, akhirnya Sasya menuruti tarikan tangan Wiliam.

**

Steve menyimpulkan senyum nya saat Sasya dan Wiliam benar-benar pergi.

"Steve, mau club gak malem ini?"

"Ayolah, jangan kelamaan mikir."

"Tapi gue lagi mager, sumpah."

"Yaelah, ayo dong Steve. Udah lama gak goyang," ucapan Arpan barusan membuat ketiga temannya menoyornya habis-habisan.

"Sakit, anjing!" ringis Arpan mengelus-elus kepala nya.

"Gimana, Steve?"

"Tanpa gue sekali aja."

"Yahh... Tanpa lo cewe abal-abal yang nyamperin kita. Kalo ada lo kan kita tinggal duduk manis." Sandi memelas.

"Ayolah, Steve. Gue deh yang traktir minuman malam ini."

"Gue gak biasa ditraktir."

"Paham gue Steve paham, lo mah paling baik!"

Steve terkekeh pelan.

"Mending hari ini kita seneng-seneng di apart nyokap gue?" usul Steve.

"Pasti lagi ada bokap!" Refi sepertinya sudah tahu betul aka sikap Steve.

Steve tertawa pahit.

"Kalo gitu, fix apart Steve."

"Sipp..."

***

Pagi ini Sasya sibuk memasak dari jam 06.00 seperti biasanya. Memasak untuk Wiliam juga membuat sarapan. Sasya sengaja tidak menyewa pembantu, karena ia hanya ingin berdua saja bersama Wiliam.

"Hmm... Kakak?"

"Wili? Udah bangun? Cieee sekarang bangun pagi terus," Sasya menyambut adiknya dengan menggendong Wiliam lalu menduduki nya diatas kursi dapur.

"Yaampun.. Lucu banget, kakak gemess." Sasya menarik hidung Wiliam gemas.

"Wangi banget sih masakan kakak, kakak itu kakak paling sip!" Wiliam mengangkat kedua jempol nya ke hadapan Sasya.

Sasya tertawa senang.

"Kamu hariini gausah sekolah dulu, kakak janji kakak akan langsung pulang. Ya?"

Wiliam mengangguk.

"Anak pintar." Sasya mengacak rambut Wiliam gemas.

Setelah berada lagi didapur, Sasya berfikit. Akankah ia akan meninggalkan adiknya dalam keadaan seperti ini? Rasanya mustahil.

Kekhawatiran Sasya lagi-lagi menguasai.

Gue harus apa?

Say You Love Me - SasteveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang