"Steve, lo gak kenapa-kenapa kan? Dari tadi ngelamun kaya orang aneh." Ucap Sasya yang sejak tadi merasa risih dengan sikap Steve yang seperti tidak biasa nya.
Memang. Sejak tadi Steve menjemput Sasya tepat pada pukul 07.00 Steve tidak mengalihkan pandangan nya dari Sasya. Kecantikan Sasya mungkin merubah segalanya.
Steve terkekeh lalu mengambil daftar menu yang terdapat di meja.
"Mau pesen apa?"
"Samain deh."
Steve memesan beberapa makanan dan minuman. Sambil menunggu pesanan mereka datang Steve menatapi Sasya lagi. Tanpa ekspresi apapun, membuat Sasya lagi-lagi bergidik heran.
"Ada yang salah ya?" Ucap Sasya berlaga membenarkan rambut nya serta baju nya. Padahal semua rapi. Sasya hanya takut ada yang salah sehingga Steve begitu memperhatikannya.
"Gak ada yang salah." Steve menggelengkan kepala nya pelan.
Sasya kini melihat Steve.
"Lo cantik. Sayang kalo harus dilewatin gitu aja."
Sasya menahan rasa malu nya. Beberapa kata yang diucapkan Steve benar-benar membuat detak jantung nya tak menentu.
"A-paan, sih. Lo kaya gak pernah liat cewe cantik aja. Muka lo muka-muka playboy tau!"
Steve terkekeh lucu mendengar Sasya berbicara seyakin itu.
"Mantan aja gak punya. Dibilang playboy."
"Ya kan pasti ada yang nyantol di hati lo meskipun satu."
Ya elo Sas.
Itulah sekiranya jawaban Steve. Tapi sulit sekali untuk mengatakan nya pada Sasya. Rasa takut kehilangan Sasya karena pojokan dari teman-temannya sudah menjadi pikiran Steve beberapa hari ini.
Beberapa kali ia disarankan untuk menyunting Sasya menjadi pacarnya dengan melakukan hal-hal romantis. Namun tetap saja, tidak ada cara yang menarik untuk Steve. Apalagi dia adalah seorang pemula dalam urusan asmara.
Karena Steve juga takut. Sasya tidak mempunyai rasa seperti yang ia rasakan.
"Emang ada kok."
Sasya menatap serius Steve. Entah kenapa rasanya Sasya ingin sekali tahu siapa orang nya. Berharap bahwa dia lah yang berhasil menaklukan Steve meskipun dia selalu bersikap cuek pada Steve.
Disatu sisi juga Sasya merasa takut. Takut bahwa dia akan kecewa untuk yang kedua kalinya jika nanti kenyataan nya Steve tidak menyukainya.
Saling menjauh untuk mnegubur rasa dan berharap akan kembali seperti semula sudah pernah mereka lakukan. Namun hasilnya nihil.
Mereka berdua saling suka. Namun tidak ada yang berani mengatakan. Yang satu belum terbiasa dan perlu beradaptasi, dan yang satunya lagi belum siap untuk menerima kenyataan bahwa hatinya sekarang berpihak pada orang lain selain Samuel.
"Nanti juga lo tau." kata Steve berhasil membuat Sasya penasaran.
Tidak lama pelayan datang bersamaan dengan pesanan mereka.
"Tujuan kita keluar sebenernya buat main-main atau diskusi soal tadi sih?"
"Dua-dua nya."
Sasya membulatkan bibirnya.
"Sas?"
"Iya?"
"Emm.. Samuel masih ganggu lo?"
Sasya mengalihkan tatapan nya ke Steve. "Itu nggak ada urusan nya kok sama lo." Sasya kembali mengaduk makanan yang sudah berada dihadapannya.
Steve menghela nafasnya. "Oke."
KAMU SEDANG MEMBACA
Say You Love Me - Sasteve
Teen FictionKeputusan yang paling sulit dalam cinta adalah ketika aku harus memilih antara tetap bertahan atau harus melepaskanmu. - T A M A T -