Fiveteen

120 25 0
                                    

Sore ini Sasya punya waktu senggang untuk menemani Wiliam bermain di taman yang dekat dengan villa. Sesekali Sasya tersenyum melihat adik nya yang begitu bahagia. Dan seketika itu juga ponsel Sasya berrdering menandakan telpon masuk.

"Hallo?"

"Hai Sasya... Apa kabar? Kamu masih inget saya? Tante Ajeng!"

Degg!!

Rasanya jantung Sasya ingin melompat keluar saat tahu siapa yang menelponnya. Pikiran nya sudah tidak tersaring lagi, berbagai macam yang ada dipikiran Sasya saat nama itu jatuh tepat kedalam pendengaran nya.

Ajeng adalah kakak dari Raina. Yaitu ibu kandung Wiliam.

"Ma-mau apa tante tel-telpon saya?" bibir Sasya bergetar, dalam hitungan detik gumpalan airmata yang sudah membumbung di kelopak matanya pasti akan jatuh.

"Why not? Tante gak boleh ya nelpon kamu. Because i miss you, Sasya!" nada suara wanita itu memang lembut tapi berkesan ingin mencabik hati Sasya.

"Wiliam mana? Dia baik-baik aja kan? Atau kamu perlakukan dia seperti pembantu disana!"

Sesak! Sangat sesak. Air mata yang tadi masih bisa dibendung, kini sudah mengalir berkali-kali. Bahkan Sasya merelakan untuk tidak tinggal bersama bunda-nya. Adik tiri tidak ada dalam hidup nya. Wiliam segalanya untuk Sasya.

"Kalo anda ngga bisa berkasih. Jangan pernah bicara layaknya anda adalah manusia yang begitu baik!" Jawab Sasya sambil menahan rasa sakit nya.

Merasa terpancing emosi dengan jawaban Sasya yang berkesan menyindir, wanita dewasa yang ber-notabene tante dari Wiliam itu tidak mau tinggal diam.

"Oh! Putri cantik dari suami adik saya ini Udah berani ngelawan rupanya."

"Saya ngga pernah takut dengan hal yang tidak saya perbuat!"

"Kalo ucapan kamu sudah lancang seperti ini. Bagaimana jika Wili tinggal bersama saya?"

Sasya terkejut. Tidak akan dia biarkan hal itu terjadi. Dengan cepat Sasya mematikan sambungan telpon itu secara sepihak.

"Kakak. Kok nangis? Aku kelamaan main ya? Iya-iya aku janji aku udah main nya. Yuk kak!" Wiliam duduk dengan sedikit susah kesamping Sasya lalu menggandeng tangan nya untuk mengajak Sasya pulang.

Sasya terdiam. Ia tidak menjawab. Sasya hanya ingin memperhatikan Wiliam disaat dirinya begitu sayang pada Sasya.

"Kak, ayo!"

"Wil." panggil Sasya pelan.

"Wili ngga akan ninggalin kakak kan?" pertanyaan Sasya tentu saja mengundang raut wajah heran milik Wiliam.

"Maksud kakak apasih!! Kakak ngga boleh ya bilang gitu lagi. Aku justru gak nyangka kakak rela berantem sama bunda hanya demi membela aku. Walaupun sebenernya aku nggak suka, tapi terlihat jelas kalo kakak sayang sama aku. Dan aku nggak mau apapun selain tinggal selamanya sama Kakak." Wiliam menghapus air mata yang masih mengalir dari mata Sasya.

Dengan ucapan Wiliam tadi Sasya merasa sedikit lega. Setidaknya perasaan nya sekarang tidak seburuk tadi.

Wiliam mencium pipi Sasya dengan lembut. Sasya mengembangkan senyum nya, lalu ia memeluk Wiliam erat. Sangat erat.

Jangan ambil Wiliam. Biarin Wiliam disini, bersamaku. Selamanya.

**

"Tidak semudah itu. Melunakan hati Sasya sangat lah sulit! Ia terlalu posessif dengan Wiliam!"

"Kamu ibunya, pasti kamu tahu apa yang bisa kamu lakukan. Saya hanya ingin keponakan saya kembali. Saya tidak ingin menunggu lama lagi."

"Memang nya dulu kamu kemana aja. Sekarang kamu baru menanyakan Wiliam? Dia sudah bahagia bersama putri saya dan saya tidak bisa memisahkan mereka!"

Say You Love Me - SasteveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang