"Baiklah. Saya tidak bisa memaksa kamu untuk ikut kompetisi itu. Tapi, kamu mau kan bertemu senior hanya untuk konsep saja."
"Senior?"
"Yaa.. Senior dari beberapa sekolah. Salah satu dari mereka akan menjadi narasumber. Dan kamu hanya perlu mendengarkan apa yang mereka ucapkan. Sebuah informasi tentang fashion yang nantinya akan dipelajari oleh siswi lain."
Kenapa harus gue coba.
"Sasya kamu mau kan?"
Sasya tersontak lalu mengangguk ragu. "Eh-- iya bu."
"Besok, Istirahat ke dua kamu udah harus dispen. Senior itu akan menunggu di ruang seni tepat jam 12. Kamu usahakan agar tidak telat!"
Sasya mengangguk mengerti. Tak apalah, daripada ia harus berkompetisi lebih baik seperti ini saja.
Sasya kembali berbalik ke kelasnya dengan gontai. Belakangan ini banyak sekali hal-hal yang sudah menganggu pikiran nya. Mulai dari masalah yang tidak habisnya dengan Wiliam sampai hal tentang kompetisi itu.
Meskipun begitu, Sasya sama sekali tidak menganggap Wiliam adalah masalahnya. Hanya saja masalah lah yang selalu menghampiri dirinya dan juga Wiliam.
"Kemarin lo lupa bilang makasih sama gue!" Ucap seseorang secara tiba-tiba mengiringi jalan Sasya.
Sasya sedikit terkejut lalu menatap sinis pria yang sudah mengantarnya kemarin menemui Bu Yuli.
Sasya menghentikan langkahnya.
"Siapa sih lo?" tanya nya ketus."Bilang makasih dulu baru gue kasih tau nama gue."
Nolong kok pamrih.
Sasya tidak menghiraukan ucapan nya. Ia langsung mempercepat jalan nya. Namun sial, pria itu tetap mengintili Sasya.
"Mau apa sih lo!" kesal Sasya menghentakkan kakinya.
Pria itu terkekeh. Reaksi Sasya sangatlah menggemaskan.
"Gue kan udah kasih tau. Gue mau lo bilang ma--"
"MAKASIH."
Pria itu menatap Sasya dengan tatapan yang sulit diartikan.
"Gue Marcel." Ucap nya menyodorkan tangan kanan nya berharap Sasya akan menjabatnya.
Sedetik
Dua detik
Tiga detik
Pria itu menghela nafasnya sembari menarik tangannya kembali setelah memprediksi bahwa tidak akan ada sambutan dari tangan Sasya sebab Sasya hanya mengeluarkan tatapan sinis nya sejak tadi.
"Gue minta waktu bentar aja. Mau nanya!"
Sasya memutarkan kedua bola matanya, "Apa!"
"Lo kan udah dipilih tuh sama Bu Yuli kemarin. Lo tau gak sih, nyari calon buat kompetisi dalam bidang itu tuh susah. Dan kalo menang, lo bisa dapet apapun. Bahkan lo bis--"
"Plis ya itu butuh waktu lama! Gue gak ada waktu buat denger. Jangan campur urusin masalah gue." Sasya kembali melanjutkan langkahnya.
"Lo bilang itu masalah?" Tanya Marcel, Sasya menghentikkan langkah nya.
"Gue bilang sekali lagi. Jangan ikut campur!" Ucap nya tanpa menoleh lalu langsung melanjutkan jalan nya.
Kelihatannya pria itu tidak merasa kapok dengan omelan dan sikap Sasya. Marcel kembali mengejar Sasya.
"Oi.."
Sasya menoleh sekilas. Ia benar-benar kesal dengan pria itu. Sesaat ia mengelilingkan pandangan nya dan melihat Nabita sedang mengobrol dengan murid lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Say You Love Me - Sasteve
Teen FictionKeputusan yang paling sulit dalam cinta adalah ketika aku harus memilih antara tetap bertahan atau harus melepaskanmu. - T A M A T -