"Jadi, Kelly itu sepupuan sama lo?"
Arpan mengangguk. Arpan memang berniat untuk menemui Sasya setelah tau kejadian yang sebenarnya. Ia melihat Kelly mabuk lagi dan semua yang Kelly rahasiakan terbuka begitu saja didepan Arpan. Kelly sering melakukan itu, tepatnya semenjak ia kehilangan Adrian.
"Dunia sempit amat dah. Gue kira dulu Kelly pergi ke Eropa karena memang dia mau belajar. Ternyata dia pergi karena Adrian. Begonya gue, gue baru tau itu sekarang!" Ucap Arpan seraya menghisap dalam-dalam rokok nya.
"Apapun bisa terjadi kapan aja Pan. Kita sebagai manusia yang seharusnya bisa untuk mempersiapkan,"
Arpan tersenyum atas nasihat dari Sasya.
"Terus gimana sama Steve?"
Sasya menaikkan bahu nya. Tersirat kesedihan didalam raut wajahnya.
"Maafin sepupu gue, ya?"
Sasya menatap Arpan aneh, "maaf buat apa? Bukan salah lo kok. Gakpapa, bentar lagi juga baikan."
"Iya, lo sama dia kan kaya Galih dan Ratna yang cintanya abadi." cibir Arpan meledek Sasya.
Sasya hanya mengeluarkan sedikit tawanya agar suasana tidak terlalu tegang. Membahas hal yang belum tau ujungnya akan menguras banyak pikiran mereka.
"Gue gak dimarahin si pembalap kan kalo ngajak lo ngobrol kaya gini?" pasalnya, Arpan saat itu langsung menjemput Sasya dan membawanya ke sebuah kafe untuk membincangkan ini tanpa bicara dulu kepada Steve.
"Kalo ketauan lo ditabrak mati kayanya,"
Arpan tersedak kopinya saat mendengar jawaban Sasya yang membuatnya tidak bisa menahan tawa. Satu hal lagi yang Arpan ketahui, Sasya tidak hanya baik dan juga lugu. Tapi ia bisa membuat seseoranv terbahak dengan sekali kalimat.
"Awas keselek."
"Udah Sas udah. Lucu lu ah,"
Sasya tertawa kecil.
"Yaudah yuk balik!" Ajak Sasya yang ia rasa sudah cukup ia bicara pada Arpan. Bagaimana pun menjaga perasaan orang yang ia cintai lebih penting.
"Oke, gue bayar dulu ya. MAS, BILL NYA?"
Pelayan cowok itu menghampiri mereka lalu Arpan membayarnya dengan memberikan tips nya juga.
Saat dimobil tidak ada yang angkat bicara. Sasya hanyalah Sasya. Jika dengan orang lain, ia akan bicara seperlunya. Dan kelihatannya Arpan juga mengerti akan hal itu.
"Ehm. Temen lo itu makin hari makin kaya anak TK ya? Pake jepit warna-warni. Terus juga tiap gue lewat kelas lo, pasti lagi pegang kaca sama bedak. Haha.."
"Maksud lo, Nabita?"
"Yalah, siapa lagi."
"Keliatannya lo merhatiin banget," skak. Arpan tiba-tiba bungkam. Tidak mungkin ia menperhatikan gadis centil itu. Arpan hanya menganggu nya saja. Tidak lebih.
Setelah itu suasana kembali hening.
"Lo gak mau nanya soal Steve gitu? Biar lo makin yakin ke dia?"
Sasya menggeleng.
"Gak ada yang mesti gue tanyain. Gue percaya dia kok. Banget malah!"
Tuhaan, jika ada satu perempuan lagi yang kaya Sasya. Sisain buat hambamu yang baik ini. ArpanOktorio. Batin Arpan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Say You Love Me - Sasteve
Teen FictionKeputusan yang paling sulit dalam cinta adalah ketika aku harus memilih antara tetap bertahan atau harus melepaskanmu. - T A M A T -