Dengan kabar itu Steve tidak tahu harus berbuat apa. Antara senang dan sedih. Senang karena ia bisa melihat seseorang yang ingin menyakiti kekasihnya menerima ganjaran, atau sedih karena bagaimanapun ia adalah teman nya.
"Steve, kamu mau jengukin Safira?" Ucap Diana. Steve tidak bergeming dari lamun nya, ia takut dengan kecelakaan yang terjadi pada Safira malah akan memperburuk semuanya.
"Kemarin Safira nelpon papi, dia mau ketemu kamu dan juga Sasya. Sasya, dia siapa Steve?" tanya Edwar dengan penasaran.
Steve melirik papi dan mami nya sekilas lalu tatapan nya kembali ke jendela yang dibatasi oleh kaca yang begitu lebar.
"Sasya pacar aku, orang yang selama ini buat aku seneng!" Jawab Steve sedikit menyindir.
Edwar dan Diana saling lirik lalu menatap Steve sedikit cemas dan penuh rasa bersalah.
"Baiklah, papi sama mami pergi duluan ke rumah sakit. Kamu menyusul!" mereka pergi meninggalkan Steve tanpa jawaban.
Steve merasa khawatir. Apa yang akan terjadi selanjutnya? Safira perempuan yang licik, ia takut terjadi apa-apa pada hubungannya dan juga pastinya pada Sasya. Namun tidak berfikir panjang, Steve tidak boleh mengeluh, bahkan menyerah sekalipun. Janji nya pada Sasya harus ia tepati. Selama ini Steve tidak pernah ingkar meskipun dalam hal kecil.
Ponsel Steve berdering. Tertera nama Sasya. Baru saja Steve punya rencana untuk menelpon.
"Good morning, cantik?" sapa Steve tanpa membiarkan Sasya bicara terlebih dahulu.
"Morning, gak tidur lagi kan? Soalnya kangen,"
Steve terkekeh mendengar suara Sasya yang bernada sedikit manja seperti itu.
"Gimana mau tidur, kamu nelpon. Ganggu aja!"
"Ihh! Kok kamu gitu sih."
"Becanda, oh iya Sas..."
Sasya diam. Steve tahu Sasya menunggu apa yang ingin ia ucapkan.
"Safira masuk rumah sakit."
"HAH!" Sasya terdengar sangat terkejut, "terus gimana keadaan nya sekarang? Safira baik-baik aja kan? Gimana semua itu bisa terjadi Steve?" suara nya sangat panik.
Steve bahkan bingung harus bagaimana. Safira orang yang pernah berbuat jahat pada Sasya bahkan sampai sekarang. Tetapi dengan itu Sasya tidak pernah membenci Safira. Bahkan mungkin dirinya lah yang lebih khawatir kepada Safira dibanding keluarganya sendiri.
"Sebenernya aku gak mau peduliin itu,"
"Kamu ngomong apaan sih. Bagaimana juga Safira itu orang terdekat kamu, harusnya kamu berdoa. Gimana sih!"
Steve sama sekali tidak menyangka bahwa pacar nya itu malah memaki nya dan membela Safira. Tapi entah darimana Steve bisa yakin, dengan Sasya lah ia banyak belajar hal-hal yang kecil. Memecahkan suatu masalah tanpa harus dengan kekerasan, memaafkan tanpa harus menunggu maaf dan berusaha untuk tidak berpihak namun berusaha lah untuk menengahi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Say You Love Me - Sasteve
Teen FictionKeputusan yang paling sulit dalam cinta adalah ketika aku harus memilih antara tetap bertahan atau harus melepaskanmu. - T A M A T -