Twenty three

125 21 0
                                    

"WHAT THE FUCK! anjing, lo jadian gak bilang-bilang. Haaa... Cowo apaan lo. Nembak ditengah hujan. Bukannya seneng, masuk angin." ucapan Arpan barusan membuat tawa mereka pecah.

"Goblok yang hakiki ya Pan. Giliran dia gak nembak lo greget sendiri giliran udah nembak lo juga protes! Alig." Sandi menoyor kepala Arpan.

"Bahagia ya kawan! Lo beruntung dapet Sasya." Refi menepuk bahu Steve.

Steve tersenyum tipis lalu menginjak sisa batang rokok yang ia hisap.

"Gue lega!" Steve menyeringai.

Ketiga temannya tersenyum senang. Banyak sekali harapan mereka melihat Steve sudah membuka hatinya untuk seorang perempuan.

"Ehh, gue kemarin dapet kabar dari Pak Yusuf. Katanya, kita ber empat boleh pindah lagi ke kelas sebelumnya!" Ucap Refi mengganti topik.

Mereka saling lirik kecuali Steve yang masih sibuk pada gadget nya setelah menghabiskan 2 batang rokok.

"Udah basi, kemaren aja disuruh pindah skrg disuruh balik lagi. Orang botak mah rada labil ya,"

"Bego sih, San. Itukan sebenernya cuma buat Steve! Gimana kalian mau pindah lagi?" tanya Refi.

Sandi dan Arpan melirik Steve.

"Yaudah kita pindah!" Ucap Steve tanpa memalingkan wajahnya dari ponsel.

"Lo kan baru jadian?"

"Apa hubungannya?"

Mereka cengengesan sendiri mendengar pertanyaan Steve.

Saat itu juga Nabita berjalan gontai memasuki kelas. "Heh anakan wortel, ngapa lo cemberut? Gak dapet terong-terongan?" Ucap Arpan langsung meledek Nabita.

Mereka tertawa.

"Ihh lo ngeselin banget sih. Daripada lo, ganteng-ganteng jomblo!" Nabita memukuli bahu Arpan dengan bertubi-tubi.

Arpan bukannya meringis malah tertawa dan hal itu juga mengundang banyak gelak tawa termasuk Steve.

"Jangan Pan. Ntar dia ngadu sama Sasya, skak lo! HAHA."

"Sabodoteing, Ref.  Mentang-mentang dia pacarnya Steve. Gue harus takut gitu?" Jawab Arpan sarkastik.

Steve hanya melirik nya sekilas lalu tatapan nya kembali lagi pada ponsel nya.

"APA! pacar?" tanya Nabita dengan mata yang melebar sempurna.

"Kenapa? Iri ya?" Ucap Sandi.

Nabita menatap tajam Sandi.

"Awas copot!"

"Liat aja, kalian gak akan dimaafin Sasya. Ehh, tapi kok dia gak bilang udah jadian sama Steve?" gumam Nabita pada dirinya sendiri.

"Lo bohong kan! Harusnya, kalo dia abis jadian pasti seneng. Ini dia gak masuk. Sakit."

Steve menatap Nabita serius. Lalu bangkit dari duduk nya.

"Jangan bolos! Sasya gak suka kalo lo bolos gara gara dia. Lo gak mau kan dia terbeban?"

Steve diam. Ucapan Nabita benar. Sasya tidak akan senang jika melihatnya bolos.

Tapi, kenapa Sasya gak bilang?

Mungkin itulah yang membuat Sasya punya karakter yang lebih jarang dari perempuan lainnya. Meskipun statusnya dengan Steve sekarang berpacaran. Ia tidak ingin menambah beban atau masalah apapun untuk Steve. Tidak akan.

**

"Wil, kotak pensil kamu bukan disitu tapi dis--"

"Eh kakak kakak udah! Jangan bangun, tiduran aja. Aku bisa kok!" Wiliam membantu Sasya merebahkan dirinya lagi di kasur. Kakak nya itu terlihat pucat.

Say You Love Me - SasteveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang