Arpan, Sandi dan Refi saling lirik dan menatap Steve untuk meminta penjelasan. Semenjak Celshy memperkenalkan dirinya kepada mereka. Kali ini, bukan karena kecantikan yang dimiliki seorang wanita yang membuat mereka terlihat heran. Tetapi sikap Steve. Mereka tidak percaya dengan apa yang mereka lihat. Steve membawa seorang gadis, dan itu bukanlah Sasya.
"Permisi ke toilet ya," Celshy bangkit dari duduk nya lalu menuju toilet.
Steve mengeluarkan sebungkus rokok beserta pematik yang ada di sakunya ke meja. Ia sama sekali tidak menganggap serius tatapan itimidasi dari ketiga temannya itu.
"Lo lagi gak becanda kan, Sasya dimana? Dia tau ini pastikan?" tanya Refi mulai membuka percakapan.
"Atau, itu sodara lo?" Ucap Sandi menambahkan.
"Setau gue, lo gak punya sodara perempuan!" Ucap Arpan, Arpan memang sudah paham dengan Steve. Karena diantara Sandi dan Refi hanya Arpan lah yang banyak tau tentang Steve.
"Lo lagi gak mainin perasaan perempuan kan?"
Steve melirik mereka bertiga secara bergantian. Steve menunda gerakannya untuk merokok, ia membuka mulut nya. Mereka menunggu penjelasan itu.
".... Panjang ceritanya," Ucap Steve membuat mereka mendengus kesal.
"Gak! Kita mau denger sekarang!" Ucap mereka bersamaan. Steve mengangkat alisnya.
"Gue lagi gak mau cerita,"
"Jangan bilang lo udah mainin Sasya!" kata Arpan dengan nada ketus, Steve pun langsung menatapnya tajam. Ia mencintai Sasya, tidak ada pikiran untuk melukai Sasya sedikitpun. Tentu saja ia akan marah.
"Udah gue bilang gue sayang sama Sasya! Gue gak akan main-main sama perasaan apalagi yang kalian tau ini kali pertama gue bisa jatuh cinta. Sasya tau itu kok, gue cuma nolong orang yang lagi butuh bantuan. Apa gue salah?" Tegas Steve.
Mereka diam. Jawaban Steve sudah membuat mereka cukup puas. Tetapi mereka juga tidak akan melupakan ucapan Steve barusan, mereka akan ingat. Siapa tau Steve akan mengingkar. Bukan tidak percaya, namun hal itu sudah menjadi makanan teman-temannya. Lelaki mana yang tidak ingin jika disuguhi sesuatu tanpa harus melakukan apapun.
"Lo nemu dia dari mana?" tanya Sandi.
"Dia anak baru," jawab Steve singkat.
"Sekolah kita?" kali ini Refi yang bertanya.
"Iya,"
"Sasya bisa ngerti banget doyyy, kalo Inne mah boro-boro. Gue sms cewe aja ngoceh sampai pagi, padahal cewe itu emak gue sendiri!" Ucap Refi menyimpulkan kekehannya.
"Curcol lu!" balas Sandi menjitak kepalanya.
"Sshhh! Goblok," ringis Refi. Arpan dan Steve menggelengkan kepalanya. Mereka berdua slalu seperti itu.
Beda dengan apa yang kini sedang Arpan rautkan. Ia merasa cemas pada Sasya. Bagaimana pun Sasya adalah seorang wanita, perasaan wanita lebih peka. Mungkin saja Sasya cemburu, namun ia tidak ingin memperlihatkannya. Karena Sasya bukan tipe wanita yang suka curhat sana sini. Ia lebih suka memendam.
***
"Sasyaa..." panggil Nabita seraya memeluk kecil Sasya yang sedang berdiri dan mencari sesuatu di lokernya.
"Lo kaya udah setahun gak ketemu gue aja, lebay." Ucap Sasya.
"Yee! Biarin,"
"Nab, nih jepit lo kemarin ketinggalan di meja waktu lo balik duluan." Sasya menyodorkan jepit berwarna pink itu kepada Nabita.
KAMU SEDANG MEMBACA
Say You Love Me - Sasteve
Teen FictionKeputusan yang paling sulit dalam cinta adalah ketika aku harus memilih antara tetap bertahan atau harus melepaskanmu. - T A M A T -