Sasya menahan pergelangan tangan Steve yang ingin pergi. Steve rasa ia sudah menjadi pacar yang baik juga bertanggung jawab. Lalu untuk apa Sasya menahan nya? Bukankah ia sedang kecewa?
"Gue udah nyuapin lo makan. Udah ngompres kening lo. Udah minumin lo obat. Gue rasa gue juga udah cukup lama buat lo muak. Tapi gue gak peduli karena gue sayang sama lo. Sekarang gue baru bisa tenang kalo gue pergi." Steve melepaskan tangan nya namun Sasya menahan nya lagi.
Steve merasa heran.
"Sekarang aku mau kamu disini."
"Sayangnya gue mau pulang."
"Kenapa?" tanya Sasya dengan polosnya. Steve berdecak pelan lalu mendekatan wajah nya ke hadapan Sasya membuat Sasya terpaksa harus memundurkan wajah nya.
"Lo amnesia beneran?" Ucap Steve memegang kening Sasya.
Sasya menggeleng.
"Lo maafin gue?"
Sasya mengangguk.
Steve menggeleng tak percaya. Ia mencari kotak obat milik Sasya yang tadi sempat ia minumkan ke Sasya. Setelah dapat, ia mengecek dan membaca dengan teliti setiap anjuran.
Obatnya nggak salah. Ehh.. Seriusan ini?
"Aku udah maafin kamu sebelum kamu minta maaf." Ucap Sasya. Steve beralih menatapnya.
Steve membenarkan posisi duduk nya lalu memasukkan kembali obat-obatan itu ketempat nya.
"Kenapa?" Tanya Steve serius.
"Karena aku percaya sama kamu. Aku memang kecewa, aku kecewa karena yang sebenernya pacar aku lagi-lagi seorang pembalap. Tapi dengan karakter yang berbeda. Dia pemain wanita tapi kamu enggak." Ucap Sasya.
Steve masih melongo. Apa satu-satunya kebahagiaan yang ia miliki akan melekat didalam takdirnya? Semoga.
"Darimana kamu tau?"
"Dari setiap sikap yang kamu lakukan ke aku. Malam setelah kejadian itu aku udah mikir mateng-mateng apa yang selanjutnya akan aku perbuat sama hubungan kita. Kalo emang kamu mau mainin aku. Kamu pasti gak akan nyembunyiin pertunangan kamu sama Safira demi untuk menjaga perasaan aku. Kamu berjuang sendiri agar hubungan kita terus bertahan.."
"Sepercaya itu kamu sama aku?"
"Course! Aku gak ngelarang kamu buat jalanin hobi kamu. Aku seneng kalo kamu seneng. Selama kamu bisa jaga hati. Aku gak akan nyegah kok!" Sasya mengelus pipi Steve yang masih menatapnya serius.
Steve bahagia luar biasa. Demi apapun ia akan selalu mempertahankan Sasya. Wanita sesabar, semengerti juga sepaham Sasya akan sulit ia dapatkan.
Steve memegang tangan Sasya yang masih berada di pipi nya. "Aku nyesel baru ketemu kamu kemaren. Kenapa gak dari dulu aja."
Sasya terkekeh lucu, "dulu aku cinta nya bukan sama kamu." perkataan Sasya seperti agak sedikit meledek
"Ya mungkin juga dulu orang yang kamu cinta aku bunuh. Biar kamu buat aku."
"Kalo aku gak mau?"
"Aku paksa lah. Secara aku lebih ganteng dari dia. Ya gak?"
Sasya menahan tawanya. "Gak!"
"Iya!"
"Enggak!"
"Iya aja sih?"
"Gak."
"Bodoamat. Yang penting sekarang aku jadi laki-laki yang paling beruntung!" Steve menarik hidung Sasya gemas.
"Aw!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Say You Love Me - Sasteve
Teen FictionKeputusan yang paling sulit dalam cinta adalah ketika aku harus memilih antara tetap bertahan atau harus melepaskanmu. - T A M A T -