Twenty four

118 24 1
                                    

"Steve. Udah. Aku udah kenyang sumpah!"

"Sas. Belum! Baru aja  tiga suapan." Steve masih membujuk Sasya untuk makan. Memang, sepulang sekolah tadi Steve langsung kerumah Sasya untuk membesuk permpuan yang notabene nya sekarang adalah pacarnya.

Sasya menutup mulut seraya menggelengkan kepala nya. Persis anak kecil. Dan itu mengundang tawa Steve.

"Maafin aku ya?" Ucap Steve menaruh mangkuk berisikan bubur diatas meja.

"Maaf buat?"

"Gara-gara aku kamu sakit."

Sasya tersenyum. "Ngaco! Emang kamu yang diutus tuhan untuk datengin musibah. Gak kan?"

Steve tersenyum tipis lalu mengeluarkan ponsel nya.

"Kamu foto-foto ya?" Tanya Sasya. Pasalnya, Steve memainkan ponsel dengan kamera yang menghadap tepat di depan wajah Sasya.

Steve mengerutkan dahinya. "Pede!"

"Steve. Bohong!"

Steve memperlihatkan layar ponselnya. Sasya diam malu. Lalu meraih ponsel nya.

"Kok ada aku main hp?"

Sasya menoleh, "Kamu juga!"

"Udah aku tarok," Steve mengangkat kedua tangan nya.

Sasya bergidik aneh lalu tersenyum.

"Jangan senyum terus. Ntar aku diabetes!" lagi. Steve bukan penggombal. Bisa saja dia diabetes beneran.

Sasya diam. Ia sangat senang akan keberadaan Steve disini. Nyaman yang ia rasakan. Bahagia yang ia temukan.

"Sas lo bandel. Gue bilang jangan senyum!"

"Senyuman lo lebih indah, Steve. Ada dua lubang nya,"

Steve tersenyum.

"Lo juga jangan senyum!"

Skak! Steve diam. Baru kali ini ada perempuan yang mampu berkata sehingga jantung nya berdetak cepat.

"Kakaaakkk..."

"Wili," Wiliam berlari kedalam pelukan Sasya lalu mencium punggung tangan kakak nya itu. Kemudian ia melihat Steve dan melakukan hal yang sama.

"Kamu dijemput siapa? Perasaan Pak Deden masih dirumah deh."

"Dijemput sama Pinky!" jawab Wiliam.

"Tadi sekalian jemput Wili aja Sas.." sahut Pinky muncul dari ambang pintu.

Sasya tersenyum, "Oh gitu, Pinky kenalin ini Steve. Steve ini Pinky."

Kemudian mereka saling lihat. Pinky yang kagum akan ketampanan Steve dan Steve yang bergidik geli melihat penampilan seorang Pinky.

"Hai Steve. Sas? Lo stok cowok-cowok ganteng ya?" Ucap Pinky membisik.

Sasya terkekeh, "Ngaco!"

"Temen kamu atau tukang salon, Sas?" Ucap Steve yang juga membisik dan jawaban Sasya sama seperti yang ia jawab pada Pinky tadi.

"Kakak! Liat deh, cepet!!" jerit Wiliam dark kamar. Sasya menoleh, dan beranjak dari duduk nya.

"Lo udah kuat Sas?"

"Udah Pink. Mendingan kok. Bentar yaa?" Sasya langsung bergegas menemui Wiliam.

Steve yang masih merasa geli pun membuang tatapan nya lalu duduk seperti tadi.

"Jadi, lo pacarnya?" Tanya Pinky kemudian duduk disebelah Steve dengan santai. Steve mengalihkan tatapan nya dari ponsel ke Pinky.

"Iya,"

Say You Love Me - SasteveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang