"Udah selesai ngetiknya, nih." Sasya terkejut saat melihat Steve yang malah tertidur pulas dengan menenggelamkan kepala nya di sofa.
Sejak awal Steve datang sampai tugas itu selesai, terlihat jelas sekali kalau Steve tidak benar-benar berniat untung mengerjakan tugas.
Sasya juga tidak mengerti dan dia memutuskan untuk tidak bertanya. Mungkin saja Steve sedang ingin bermain.
Saat Sasya ingin mengambil buku dari genggaman Steve, Sasya justru malah terdiam membisu. Seakan tidak sanggup untuk membangunkannya.
Semilir angin yang mendominasi seakan membuat Sasya terpaku dengan apa yang ada di pandangannya saat ini.
Bulu mata yang lentik, bibir berwarna merah muda, lesung pipit yang dalam, juga alis tebal yang membuat Sasya tersadar mengapa pria ini dijadikan bulan-bulanan di sekolah.
"Kakak!"
Jeritan Wiliam tersebut membuat Sasya terlonjak kaget dan juga Steve yang langsung terjaga dari tidurnya.
Steve langsung berlari menghampiri Wiliam disusul oleh Sasya dibelakang nya. Sasya panik.
"Wiliam! Ada apa? Kenapa kamu teriak? Yaampun..."
"Ada apa, Wil?"
Wiliam langsung turun dari kasurnya lalu loncat kedalam gendongan Steve.
"Cicak, Kak."
"Kebiasaan deh, kamu tuh suka buat kaget Kakak tau nggak."
"Sering ya dia kaya gini?"
"Sering banget!"
"Kak, Aku mau tidur kamar kakak aja." Steve menurunkan Wiliam lalu ia langsung berlari ke kamar Sasya.
Setelah itu Steve melihat-lihat kamar Wiliam yang begitu menarik. Atap yang dipenuhi kapal kertas berwarna-warni juga dinding-dinding yang dipenuhi Tumblr lamp berwarna hijau, karena Wiliam suka warna hijau. Tidak kalah menarik, disela-sela lampu itu tergantung foto-foto Wiliam bersama beberapa orang.
Steve langsung bisa menangkap bahwa laki-laki berwajah dewasa itu Papa-nya, wanita berwajah anggun itu Bunda-nya dan Seorang gadis cantik yang selalu membuat Steve terheran-heran itu pasti adalah Sasya.
"Kamar Wili bagus, ya?"
"Siapa yang dekor?"
Jangam bilang dia lagi.
"Tukang."
Ohh
"Steve? Lo gak pulang?"
Nggak salah denger?
"Daritadi lo ngapain coba kesini? Lo juga tadi tidur, ngga ikut ngerjain tugas."
Mampus. Steve diam seribu bahasa, tidak pernah ia mendapat lontaran itu dari wanita lain. Steve menyumpahi dirinya sendiri. Kenapa juga dari awal ia harus datang ke Villa ini.
"Gu-gue pulang." Steve buru-buru melangkahkan kaki nya keluar. Tapi Sasya tetap perlakukan Steve layaknya tamu. Ia mengikuti Steve sampai depan halaman tempat dimana mobil Steve berada.
"Steve..." Sasya menahan pergelangan tangam Steve. Ingat, memegang pergelangan tangan Steve.
Steve melirik uluran tangannya yang tertahan oleh tangan Sasya. Setelah itu Steve melihat Sasya.
"Makasih, udah bantu gue ngebujuk Wili buat minum obat." lirihh nya pelan. Mampu membuat perasaan Steve senang seketika.
"Sama-sama."
KAMU SEDANG MEMBACA
Say You Love Me - Sasteve
Teen FictionKeputusan yang paling sulit dalam cinta adalah ketika aku harus memilih antara tetap bertahan atau harus melepaskanmu. - T A M A T -