Sasya membenahkan buku-buku yang berada di meja nya lalu memasukkan nya kedalam tas dengan tergesa-gesa.
"Lo buru-buru amat sih Sas. Lagian juga orang itu pasti belum dateng." Ucap Nabita seraya membenarkan bedak nya di hadapan kaca kecil yang selalu ia bawa.
"Bu Yuli bilang jam 12 tepat. Gue gak mau telat, nanti jadi masalah lagi." jawab Sasya tanpa melihat Nabita.
Nabita menghela nafasnya lalu mengangkat bahu nya. "Terserah."
"Gue pergi dulu ya.. Bye!" Sasya mencubit pipi Nabita gemas lalu menyampingkan tas ransel nya di bahu.
"Take care and good job... Sasyaku!"
Sasya sudah sampai di pintu kelas menoleh ke arah Sasya lalu menyembulkan ibu jari nya.
Sasya segera keruang seni. Sesekali ia melihat jam, "Lebih 10 menit. Semoga gakpapa!" Sasya mempercepat jalan nya.
Sebenarnya tadi ia sempat lupa. Karena keasikkan mengerjakan tugas, ditambah lagi Nabita yang super ceroboh jika Sasya mengingatkannya soal waktu.
"Selamat siang," Sapa Sasya seraya membuka kenop pintu ruang seni. Dugaan nya salah, terlihat seseorang perempuan yang sudah menunggunya di kursi.
Sasya berjalan kikuk menghampiri perempuan yang sudah pasti Narasumber itu.
Gadis itu melihat Sasya. Lalu ia berdiri.
Sasya cukup tercengang atas penampilan wanita itu. Menarik. Tubuh nya tinggi, pakaian nya modis meskipun sedikit terbuka, wajah nya cantik dan polesan make up yang melekat pada wajah nya sangat manis.
Pantas saja. Dia senior. Dalam bidang fashion.
"SasyaRiana? Benar?" akhirnya ia memulai percakapan. Karena jika tidak, Sasya juga mungkin akan diam.
"I-iya. Benar. Kak!"
Perempuan itu tertawa kecil. "Panggil gue Safira. Jangan Kakak. Kita seumuran kok!"
Sasya tersenyum canggung. "Oke."
Sangat tidak disengaja Sasya akan bertemu Safira. Si gadis yang selalu mengharapkan cinta dari Steve.
"Lo cantik. Rambut lo bagus. Tapi kok muka lo polos gitu, gak ada sentuhan apapun?"
Sasya menggeleng.
Safira terkekeh sambil masih memperhatikan penampilan Sasya.
"Kenapa? Takut karna lo masih sekolah, hem? Tenang aja Sas. Selama lo anak fashion gak ada yang bisa ngelarang kok!" Ucap nya sediki sombong.
Sasya bukan tidak mau. Tetapi dia tidak suka, apalagi berpenampilan se-mencolok itu. Itu sama sekali bukanlah Sasya.
"Ma-maf, Saf. Gue bukan mau jadi peserta, gue cuma mau bikin konsep aja."
Safira mengerutkan dahi nya.
"Yahh... Sayang banget. Kalo lo bukan pesertanya. Maaf, gue gak bisa kasih materi apapun." lalu Safira kembali duduk di kursi nya.
Sasya menggelengkan kepala nya, ia tak menyangka. Ia pikir Safira adalah wanita yang ramah, ia salah.
Sasya mengangguk lalu berbalik untuk keluar.
"Eh tunggu dulu!"
Sasya menoleh.
"Kenapa lo gak ikut? Takut? Gak pede?" nada ucapan Safira itu terkesan meledek.
Sasya menghela nafasnya, ia mencoba untuk bersabar.
"Gue gak tertarik." jawab Sasya santai.
Sepertinya Safira merasa kesal. Ia merasa bidang nya telah di remehkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Say You Love Me - Sasteve
Teen FictionKeputusan yang paling sulit dalam cinta adalah ketika aku harus memilih antara tetap bertahan atau harus melepaskanmu. - T A M A T -