Eleven

137 24 3
                                    

Cinta bisa saja menyakiti, tapi sakitnya cinta bukanlah untuk di tangisi, tapi untuk disadari bahwa yang menyakiti itu tidak pantas untuk dicintai.

______________________________

Steve mengemudikan mobil nya dengan kecepatan diatas rata-rata. Rahangnya mengeras. Ia tak peduli meski ia harus mencelakai dirinya sendiri, ia juga tidak tahu kenapa ja harus sepeduli ini dengan Sasya.

Kenapa setiap gadis itu sedih Steve merasa akan kehilangan sesuatu. Tidak semudah itu Steve menyayangi Sasya, namun lagi-lagi hatinya berteriak menegaskan hal yang berlawanan.

Gimana kalo Wili dijadiin bahan anceman biar dia bisa balikan sama Sasya.

Gimana kalo Wili dihasut.

Gimana kalo Wili... Ahh anjing!

Steve terus memukul kuat-kuat setir nya. Kekesalannya begitu menguasai, ini aneh. Sangat aneh. Tapi ia tidak peduli.

Sesampainya Steve rumah Sasya. Kekesalannya bercampur jadi rasa heran. Terlihat Wiliam yang sedang berada ditengah-tengah Sasya dan Samuel.

Saat mereka ingin memasuki rumah kebetulan sekali, Wiliam sangat familiar dengan mobil milik Steve.

"Kak Steve!"

Merasa sudah tertangkap basah berada diperkarangan villa, Steve melajukan mobil nya tepat didepan villa Sasya.

"Steve, Wiliam baru aja pulang. Maaf, gue udah panik nggak jelas."

Steve bukan mendengar ucapan Sasya melainkan mata nya yang bertabrakan dengan sosok lelaki yang tidak bisa dipungkiri bahwa pria itu adalah Samuel.

Samuel melihat tidak suka, karena Steve terlihat begitu sok peduli pada Sasya. Sebenarnya bukan sok tapi memang itu kenyataanya.

Kemudian Samuel mengambil langkah maju dengan gerakan tangan nya yang kini merangkul Sasya. Tetapi Steve tahu, bukan Sasya membiarkan tangan Samuel merangkulnya. Melainkan Sasya tidak merasakannya. Sasya memakai jaket kulit yang tebal. Tentu Sasya tidak merasakan itu.

Steve yang berada di belakang nya pun merasa pria itu ingin mencari masalah padanya. Cukup. Bukan waktunya ribut. Ini masih di villa Sasya. Ia juga bukan siapa-siapa bagi Sasya.

"Kak Steve. Ayo!" panggil Wiliam.

"Hai, Wil. Kakak duluan ya, ada urusan."

Steve pergi meninggalkan mereka tanpa pamit dengan Sasya.

Sasya menatap Steve dengan tatapan yang sulit diartikan. Ingin menahan, tetapi ia takut Steve akan lebih kesal.

Sasya menyesal mengapa ia harus meminta bantuan Steve jika keadaannya akan begini. Tetapi disatu sisi Sasya juga merasa..heran.

Mengapa Steve harus pergi ?

Karena ada Samuel ?

Lalu...

Apa Steve cem...buru.
Nggak nggak nggak!!

**

Steve menatap langit-langit kamar nya. Apa benar ia sudah tertarik pada sosok perempuan berparas cantik dan lugu itu?

Jika tidak, kenapa ia selalu merasa nyaman jika berada di dekat gadis itu.

Steve melempar bantal yang sejak tadi menopang kepala nya ke sembarang arah. Bukan lagi pertanyaan tentang perasaannya lagi.

Melainkan, Samuel.

Kenapa dia datang ke dalam hidup Sasya lagi? Rasanya ingin sekali Steve menarik dan memberitahu Sasya bahwa pria itu tidak baik untuknya.

Say You Love Me - SasteveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang