Thirty three

112 18 3
                                    

"Kakak bilang dia udah kenyang. Padahal aku belum liat dia makan. Emangnya ada apa kak?"

"Semua baik. Belajar yang pinter. Kakak tutup telpon nya ya?" setelah itu Steve mematikan telpon dan memasukkan nya kembali ke dalam saku celana.

Wiliam tidak pernah berbohong. Steve makin merasa bersalah. Semua ini karena nya.

"Steve, gimana? Cewe lo baik-baik aja kan?" Ucap Arpan yang baru saja datang diikuti oleh yang lainnya.

Steve menggeleng pelan. "Belum tau pasti, lorang ngapain kesini?" tanya Steve sarkastik.

"Mau numpang foto! Ya kita kan sebagai temen yang baik. Kita mau bersimpati sama lo. Kurang baik apa coba. Yeekan?"

"YOI."

Steve berdecak kesal lalu duduk kembali di depan pintu UKS.

"Lo nggak masuk?" tanya Sandi. Mereka bertiga seperti menunggu jawaban Steve.

"Ada Nabita," Jawab Steve singkat sambil menahan sesak. Ia ingin sekali ada didalam. Tetapi ia takut. Takut keadaan Sasya semakin buruk.

Mereka menatap Steve heran. Ini bukanlah Steve. Membiarkan Sasya tidak bersama nya apalagi dalam keadaan seperti ini.

"Sepertinya gue ngerasa ada aura-aura pertengkaran nih!" Ucap Refi.

Kemudian Nabita nampak keluar dari dalam ruangan. "Nab. Sasya..."

"Gue kira lo udah pergi, Steve." Pasalnya, tadi Steve sempat bilang bahwa ia akan membeli sesuatu sebelum masuk untuk menemui Sasya. Yang sesungguhnya Steve sengaja tidak menemui Sasya.

Steve kebingungan seperti sedang mencari alasan.

"Sasya harus pulang. Mau lo atau gue yang anter?"

Steve berfikir.

"Oke fix elo. Gue mau ambil tas terus beresin buku-buku dia. Bye!!" Ucap Nabita dengan logatnya.

Steve sekaligus teman-teman nya mengerutkan dahi. Heran. Nabita bertanya tapi juga menjawab sendiri.

"Eh cewe gelo. Tunggu dulu. Lo kurang minum obat lagi?" Ucap Arpan menyeka lengan Nabita.

Nabita melirik pegangan itu lalu menatap Arpan dengan sinis. "Le-pa-sin," Ucap Nabita bernada santai.

"Gak mau!"

"Lepas,"

"Nggak mau!"

"LEPAAASS!!" Arpan sontak melepaskan lengan Nabita lalu menutup kedua telinga nya rapat-rapat. Sama hal nya dengan yang lain.

"Woi kuping gue copot woi." sahut Refi.

"Itu toa apa mulut. Etdah!" kata Sandi menimpali.

"Mampusin. Makan tuh suara nyaring oktaf tertinggi gue!" Nabita pergi seraya mengibaskan rambutnya dengan sewot.

Arpan diam menahan kesal. Ada sesalnya juga ia telah menganggu Nabita. Tapi jika ia tidak menganggu juga seperti ada yang kurang.

Steve memasuki ruangan meninggalkan ketiga teman nya.

Mendengar kenop pintu berbunyi ceklek mata Sasya terbuka perlahan lalu melihat sosok pria yang berjalan mendekatinya. Masih dengan raut yang sama. Merasa bersalah.

"Kenapa disini?" Ucap Sasya dengan nada lirih. Steve yang masih berdiri pun mulai duduk dikursi tepat di sebelah kasur UKS. Seperti tidak menggubris perkataan Sasya.

Say You Love Me - SasteveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang