"Steve. Ini orang nya,"
Steve menoleh. Lalu semuanya hening. Steve bahkan sampai terbangun dari duduk nya.
"Jadi, lo ketua komunitas ini?"
Steve masih diam. Ia begitu terlihat terkejut.
"Daren?"
"Lo belum jawab gue. Gak mungkin Sasya mau pacaran sama pria kaya lo!" Ucap Daren meninggi dan hal itu membuat Steve menatapnya dengan tajam.
Bahkan Steve sendiri masih tidak percaya. Seorang Daren yang ia tahu memiliki sikap yang seperti anak kecil itu dapat mendaftarkan diri ke dalam komunitasnya.
"Kaget Steve?"
Steve masih diam.
Daren tampak mengeluarkan ponsel nya. Steve paham. Ia pasti akan mengadukannya pada Sasya.
"Daren plis. Jangan bilang ini ke Sasya." Ucap Steve.
Daren tidak menggubris perkataannya.
"Tolong, Dar. Tolong."
Daren menatap Steve. Lalu ia melempar ponsel nya ke meja.
"Tapi sodara gue gak pantes buat lo!" Ucap Daren penuh amarah.
"Gue lakuin apapun. Asal Sasya gak akan tau ini."
"Apa yang gue harap dari lo kecuali kebahagiaan dia? Gue selalu bersikap konyol dihadapan dia. Karena gue mau seenggaknya dia senyum kalo ada gue. Sasya sepupu gue. Paling baik. Dia gak kaya perempuan lainnya."
"Itu sebab nya gue sayang sama dia!"
Steve mulai terpancing. Kenapa harus melibatkan Sasya? Salah satu kelemahan Steve.
"Apa lo bilang? Sayang?" jawab Daren meremehkan.
"Keluarin semua pikiran kotor lo tentang gue! Lo bisa tanya Januar atau anak lainnya. Tugas gue cuma balap doang. Gak ada yang lain. Apalagi main cewek! Gue gak sebejat itu."
Daren melirik Januar. Januar memasang ekspresi seakan berkata bahwa yang Steve katakan adalah benar.
Daren mendekati Steve. "Dari tampang lo. Gue tau lo bukan cowok yang gak bertanggung jawab. Gue percaya! Jangan rusak kepercayaan gue. Terutama Sasya." Daren menepuk bahu Steve.
"Gue udah kepalang sayang sama sepupu lo. Dar."
Daren mengangguk mengerti.
"Lebih baik lo pergi. Biar gue yang urus balap malam ini."
"Maksud lo?"
"Lo tau siapa yang akan jadi lawan?"
Steve melirik Januar.
"Namanya Samuel. Kan?" Tanya Januar.
Steve terkejut. "Lo baru kasih tau namanya sekarang?"
"Bahkan gue gak tau lo bisa kenal dia darimana!"
"Sekarang gimana?" Steve menatap Daren. "Kalo lo yang balap. Otomatis lo putus!"
Rasanya sesak mendengar kata putus meskipun bukan terucap dari bibir Steve ataupun Sasya sendiri.
Steve meraih kunci mobilnya lalu memerintahkan Januar untuk ikut bersamanya. Sebelum itu Steve berhenti dan menolehkan kepala nya.
"Daren. Lo bisa dipercaya kan?"
"Kalo gak lupa!"
Steve melotot.
"Weits!! Okay."
KAMU SEDANG MEMBACA
Say You Love Me - Sasteve
Teen FictionKeputusan yang paling sulit dalam cinta adalah ketika aku harus memilih antara tetap bertahan atau harus melepaskanmu. - T A M A T -