"Mungkin lo harus ulang tugas nya dari awal Nab. Itu kesalahan udah fatal banget lagi."
"Capek banget kalo harus dari awal, Sas. Astagaa..."
"Permisi." Sasya dan Nabita menoleh ke sumber suara.
Pria itu mendekati mereka. Sedangkan Nabita sudah menganga sempurna, "Handsome boy. Mimpi apa gue didatengin pangeran!!" Nabita menepuk-nepuk pipi nya sendiri membuat Sasya mengerutkan dahi nya.
"Permisi, lo Sasya kan?" tanya pria itu melempar senyum ke arah Sasya.
Sasya mengangguk. "Iya."
"Lo disuruh sama Bu Yuli ke ruang seni. Sekarang,"
"Gue?" Sasya menunjuk dirinya sendiri. Bagaimana mungkin ia bisa dipanggil guru seni. Ia tidak mengikuti eskul musik dan nilai seni dia juga lumayan bagus.
"Iya. Elo. Yuk gue anter!"
Nabita menjerit histeris mendengar pria itu ingin mengantar Sasya. " Aaa lo salah kali. Soalnya, gue yang bego kalo urusan pelajaran. Siapa tau lo salah panggil. Sasya kan sebangku gue, mungkin keliru." Nabita berpindah posisi mendekati pria itu.
Lahh.. Apa hubungan nya.
Sasya memasang tatapan tajam ke arah Nabita. Teman satunya itu memang tidak bisa melihat pria tampan sedikit saja.
Nabita cengengesan mendapat tatapan dari Sasya lalu kembali ke posisi sebelumnya sembari menggaruk-garuk tekuk nya yang tidak gatal.
"Yaudah tunggu apa lagi." Sentak Sasya membuat pria itu menatapnya heran. Lagi-lagi Sasya membuat pria seakan tak percaya dibuatnya.
"Sas ikut." ucap Nabita merengek.
Sasya menghela nafas nya.
"Lo mau disidang sama Bu Yuli soal rambut pirang lo itu!"
Nabita sadar dan mengelus rambut nya. Raut wajah nya berubah menjadi takut. "Oh oke! Lo aja Sas." ucapnya.
Sasya berjalan mendahului pria itu dengan cuek.
Disisi sana seseorang memperhatikan Sasya dengan bangga nya.
Semoga gue cowok beruntung yang bisa ada di hati lo Sas.
Steve melengkungkan senyum nya dan sesekali terkekeh mengingat sifat jutek Sasya pada seorang pria.
*
"Pasti kamu kaget saya sudah manggil kamu tiba-tiba. Sasya, saya tidak ingin menuntut hal macam-macam. Saya cuma tahu kalau kamu adalah gadis yang cantik dan juga pintar. Saya hanya mau kamu menjadi perwakilan sekolah kita buat audisi fashion minggu depan."
Mata Sasya melebar seketika.
Dia sama sekali tidak berbakat dalam fashion. Ia tidak mempunyai ancang-ancang sedikit pun tentang bidang itu.Jika Sasya dikirim untuk mengikuti lomba Olimpiade. Mungkin ia akan menerimanya. Tetapi jika menangkut trending and fashionable, Sasya tidak ada keinginan.
Memang, penampilan dan juga wajah Sasya memiliki karismatik yang memancar. Bahkan pria mana pun akan lebih menyukainya jika tahu sifatnya.
Sikap dan sifat nya sangat berbeda.
"Fashion? Maaf bu saya ga--"
"Dicoba dulu, baru ngeluh." bisik suara pria dengan tiba-tiba di telinga Sasya.
Sasya menoleh, "Steve?"
Steve melempar senyum manis nya. Senyuman Steve benar-benar mengalihkan dunia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Say You Love Me - Sasteve
Teen FictionKeputusan yang paling sulit dalam cinta adalah ketika aku harus memilih antara tetap bertahan atau harus melepaskanmu. - T A M A T -