" Mengagumimu dalam diam adalah cara belajar tentang ketulusan. Jangan kamu kira mudah menepis nya untuk memikiki, seutuhnya."
_____________________________
"Kak Sas. Kak Steve kemana ya, kok nggak pernah kesini-kesini lagi. Aku kangen."
Sasya terdiam. Entah alasan apa lagi yang ingin ia berikan kepada Wiliam. Sudah ke sekian kalinya ia menanyakan itu. Bahkan sudah 1 minggu Sasya dan Steve tidak saling menyapa. Dikelas pun mereka hanya diam, tidak ada juga yang harus dibicarakan.
"Kamu nggak usah nanya-nanya Kak Steve lagi. Mana PR nya?"
"Aku nggak ada PR hari ini, Kakak lagi ada masalah ya sama Kak Steve?"
Sasya menatap Wiliam dengan tegas. Dari tadi ia tidak konsentrasi untuk mengerjakan tugas nya lantaran pertanyaan Wiliam yang selalu menyangkutpaut-kan Steve.
1 minggu bersikap seperti tidak kenal dengan sosok pria yang sudah beberapa hari menjaga nya.
Biasanya, pria itu selalu saja mencari cara agar dapat bicara dengan nya. Namun sekarang... Ya... Sasya merasa ada yang... Hilang.
Sekarang Sasya tidak akan bisa fokus belajar lagi. Ia menutup laptop nya lalu berjalan menuju halaman nya. Mungkin dengan sedikit angin malam dapat membuat pikiran nya rileks.
Ia tidak boleh lama-lama terpikirkan Steve. Tetapi rasanya sulit. Sasya tidak bisa lupa meskipun ia sudah memejamkan matanya berkali-kali.
Intuisi yang selalu tertuju pada pria itu membuat Sasya benar-benar bingung. Steve bukanlah Samuel, yang selalu menyakiti nya dengan cara apapun dulu.
Rasa buat Sam nggak akan bisa ditepis. Tapi rasa itu nggak lagi datang saat Steve selalu ada.
***
"Ini aku bawain kamu makanan, enak loh. Pasti kamu suka, Steve makan ya?" dengan sangat semangat Safira membuka kotak makan yang baru saja ia bawa.
Steve terkekeh, Buatan dia? Masak aja gak bisa.
Steve hari ini tidak sekolah. Ia sakit. Mungkin beberapa malam ini ia selalu tidur malam. Yang ia rasakan adalah sama yang Sasya rasakan.
Saling menyukai tetapi juga saling gengsi. Egois sekali.
"Buka mulutnya Steve. Cepet ih!"
"Saf, gue nggak mau makan."
"Enggak lo harus mak--"
Safira diam saat Steve menatapnya tajam. Terlihat sekali dari wajah nya Steve tidak suka pada gadis itu.
Tetapi mata Steve tidak sengaja melihat kotak makan yang dibawa oleh Safira. Berwarna hijau. Sama persis yang waktu itu dibawa Sasya dan diberikan Sasya padanya.
Tidak. Tidak boleh terjadi. Steve tetap menegaskan hati nya untuk tetap ingin melupakan Sasya. Steve sudah bertekad. Meskipun lagi dan lagi intuisi nya menjalar ke wanita beradik satu itu.
"Saf, jauhin kotak makan itu dari nakas gue!" ucap Steve dengan nada yang begitu dingin.
"Kenapa Steve, inikan--"
KAMU SEDANG MEMBACA
Say You Love Me - Sasteve
Teen FictionKeputusan yang paling sulit dalam cinta adalah ketika aku harus memilih antara tetap bertahan atau harus melepaskanmu. - T A M A T -