Twenty two

118 24 2
                                    

"Hallo. Wili? Kamu udah makan kan, maaf ya kakak pulang mungkin agak malem."

"Tapi Kak, inikan mau hujan."

"Kita keabisan stok susu kamu, sayang. Kakak gak mau nanti kamu sakit. Kakak harus ke supermarket dulu, kamu jangan lupa makan! Inget?"

"Yaudah deh, hati-hati ya Kak."

Sasya memasukkan kembali ponselnya ke dalam tas. Ia melihat langit, terlihat begitu kelam. Benar, sebentar lagi pasti akan turun hujan.

Tidak biasanya ia sampai kehabisan stok seperti ini. Bahkan Sasya menyalahkan dirinya sendiri karena sudah sedikit melalaikan Wiliam.

Sasya menyebrang jalan dengan hati-hati. Tepat diujung jalan itu supermarket berada. Sasya segera membeli beberapa makanan terutama susu Wiliam.

Setelah membayarnya Sasya keluar. Hujan sudah lebat. Bahkan Sasya tidak mungkin akan menerobosnya. Ia memutuskan untuk meneduh di pinggir badan gedung jalan.

Ini udah mau jam 7. Semoga Wili belum tidur dulu. Dia belum minum susu.

Sasya ingin sekali cepat-cepat pulang. Namun cuaca sangat tidak bersahabat. Ia sengaja tidak minta jemput Pak Deden. Karena jika supirnya itu mengantarnya, sudah pasti Wiliam akan sendirian di rumah.

Ketika sibuk mengusap-usap lengan nya yang terasa dingin Sasya mengelilingkan matanya. Memastikan bahwa dirinya berdiri ditempat yang aman.

Tepat saat pandangan nya ke arah sebuah kafe yang terletak di seberang tempat ia berteduh. Ia memperhatikan sesuatu.

I-itu mobil nya, Steve.

Iya. Tidak salah lagi. Sasya sangat tahu akan mobil milik seorang pria yang sudah beberapa minggu ini ia jauhi.

Sasya berfikir keras. Jika Steve tahu ia disitu. Steve pasti akan membantu nya. Sasya tidak ingin. Niat nya untuk tidak menganggu calon orang lain sudah bulat. Bukan karena Sasya egois. Ia hanya tidak ingin menyakiti dirinya sendiri.

Sasya melihat awan. Masih begitu deras. Ia mencoba menadahkan telapak tangan nya di bawah hujan, merasakan air yang berjatuhan dari atas langit.

Sebelum Sasya membulatkan tekad nya untuk menerobos hujan. Ia terlebih dahulu memasukkan apa yang tadi ia bawa ke tas lalu menutupi tas nya dengan jas hujan.

Sebenarnya gampang sekali jika ia meminta bantuan kepada Samuel, Nabita ataupun Kelly. Tapi ini hujan, Sasya tidak ingin merepotkan.

"Permisi... Sendiri aja cantik."

"Iya, mau kita temenin?"

Sasya terkejut. Melihat dua orang berandal muncul mendekati nya secara tiba-tiba dan menjegat Sasya untuk pergi.

"Ma-ma-mau apa!" Sasya sontak menjauh tetapi tubuh nya langsung terbentur dinding badan gedung tersebut.

Sasya takut. Merasa sangat takut.

PLAK!

DEBUG!

"Aaa!" Sasya segera menjauh saat tubuh pria itu tersungkur ke depan nya.

Benar dugaan nya tadi. Apapun yang terjadi. Steve pasti menolongnya.

Sekarang Sasya tidak peduli itu. Ia hanya peduli pada keselamatan Steve saat ini. Steve menghajar kedua pria itu dengan mahir, bahkan tidak ada satu pukulan pun yang mendarat di tubuh ataupun wajah nya.

"Sial! Jangan sok jagoan lo bocah." Ucap salah satu berandal itu seraya menghapus darah segar yang mengalir di sudut bibir nya akibat tinjuan Steve.

Say You Love Me - SasteveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang