Eight

145 30 5
                                    

Sesampainya di Villa, Sasya merasa ada yang aneh lalu ia menoleh ke belakang. Benar saja, Bunda-nya berhenti di teras Villa.

Seakan tahu akan sikap Bunda-nya Sasya menghela nafas.

"Bundaaaa..." Wiliam tiba-tiba keluar dari sudut pintu dan langsung memeluk Anasya. Dan hal itu membuat Sasya terkejut sekaligus khawatir.

"Bunda kemana aja, aku kangen banget sama Bunda. Bunda aku sama Kakak ikut pulang ya. Ayo kita pulang. Kakak, ayo kita packing."

"Bunda masih sibuk! Sekarang kamu masuk, lepasin Bunda."

"Nggak mau bunda aku nggak mau! Aku mau sama bunda." Wiliam tidak melepaskan pelukannya sedangkan Anasya sudah berusaha untuk mencoba melepaskan.

Dan Sasya, ia benar-benar tidak tahu harus apa. Ia tidak ingin salah bertindak.

"Lepasi Wiliam!"

"Nggak bunda, aku nggak mau."

"Wiliam!"

"Nggak bunda nggak!"

"Wiliam LEPAS!" Wiliam terkejut dan langsung melepaskan pelukan itu, lalu menutup wajahnya takut. Bentakan Anasya benar-benar membuat Wiliam takut.

Sasya yang juga tidak kalah terkejut pun tidak tinggal diam.

"Wiliam!" Sasya menarik Wiliam ke dalam dekapannya.

"Apa yang bunda lakuin sama Wili, yang bunda lakuin itu nggak bener!"

Anasya merasa tidak tahu lagi apa yang akan ia lakukan jika sudah Sasya yang bicara. Dengan tergesa-gesa Anasya segera menuju mobil nya lalu pergi. Sebelum itu ia menatap Sasya, tetapi Sasya membuang wajah nya.

Terlihat kecewa serta kebencian pada wajah Sasya. Ia tidak ingin sama sekali menumbuhkan rasa tidak terpuji pada Bunda-nya. Tapi apa yang Anasya lakukan saat ini adalah salah. Sasya tidak suka.

Wiliam menangis dibahu Sasya. Tidak ingin lepas dalam dekapan nya.

"Wili, jangan nangis lagi." Sasya menghapus seluruh airmata Wiliam sesudah menghapus air matanya sendiri.

"Kenapa... bunda... jahat... sama aku...kak, salah aku apa... Aku bisa perbaikin... Semuanya!"

Belum saatnya kamu tau, Wil.

"Wili nggak salah apa-apa, mungkin bunda hanya capek."

"Nggak! Kakak bohong! Sebelumnya bunda nggak pernah kayagitu. Bunda selalu ada buat aku. Tapi semenjak Papa meninggal, Bunda berubah! Kakak udah bohong sama aku!"

Wiliam berlari masuk kekamarnya. Sedangkan Sasya masih berjongkok memegangi kepala nya, ia sangat tidak tahu apa yang akan ia katakan lagi pada Wiliam. Melihat Wiliam marah kepada Sasya, hanya membuat Sasya sedih. Padahal, Wiliam sangat berarti dalam hidupnya.

Sasya bangkit dari jongkok nya dan lagi-lagi langkahnya terhenti. Ia melihat seorang lelaki yang sudah menyakitinya beberapa tahun lalu.

Untuk apa dia datang lagi (?)

Untuk memberi luka yang lebih dalam lagi (?)

Sasya berbalik, ia sama sekali tidak ingin diganggu siapapun.

"SASYA! Tunggu, kamu bilang kita bisa bicara nanti. Sekarang aku udah nunggu kesempatan itu."

Sasya menoleh ke arah pria itu, tak menyangka bahwa pria itu sudah tinggal beberapa langkah lagi sudah berjarak dekat dengan nya.

Kemudian Sasya memutuskan untuk menemui nya. Ia tidak ingin Wiliam merasa terganggu jika dirinya membahas hal itu di rumah.

"Mau kemana?"

Say You Love Me - SasteveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang