Prologue

616 45 20
                                    


Kukira aku akan mendengarkan alarm sebentar lagi, tetapi yang kudapat adalah bau kayu manis bakar.

Kupikir ini hanya ilusi dari kesadaran yang masih setengah sadar, karena kamar yang seharusnya dikelilingi dengan dinding krem sekarang berubah menjadi tirai-tirai kayu.



Mungkin ini efek game yang kumainkan, karena sesungguhnya mimpi hanya ilusi yang merefleksikan pikiran. Maksudku, aku pasti pernah melihat pemandangan ini, karena dari mana otak ini memiliki referensi tempat sedetail ini. Kalau aku boleh berkomentar, tempat ini kental sekali dengan gayanya yang hmm ... mungkin seperti rumah yang dibudidayakan pemerintah untuk melestarikankan nilai sejarah. Paham kan maksudku? Intinya adalah rumah ini kuno, sangat kuno. Karena sudah tidak ada lagi yang menggunakan tirai kayu di dalam kamar. Apa coba fungsinya?

Melihat detail dan konstruksi langit-langit, sepertinya rumah ini digunakan oleh orang zaman dulu sebelum munculnya Revolusi. Mengingat setelah masa itu cuaca di dunia berubah drastis sehingga membuat manusia terpaksa beradaptasi dengan cara yang ekstrem. Tidak akan ada yang dapat bertahan dengan rumah seperti ini sekarang.



Terlalu larut dalam analisis terhadap rumah ini, aku sayup-sayup mendengar sesuatu.

Menyebalkan, sudah waktunya untuk alarm berbunyi.



Lalu aku membalikkan badan ini ke kiri. Dan di saat itu juga jantungku berdetak cepat. Rasa panik membanjiri seluruh badan yang membuatku tidak berani membuka mata.

Karena siapa yang tidak hafal dengan rasa kasurnya sendiri!

Sensasi kasur ini terlalu nyata, aku yakin aku tidak berada di kasurku. Perasaan ini seperti tidur di kasur yang di lantai ...

ARGH! Jujur aku tidak tahu apa itu namanya. Karena tidak ada yang menggunakan itu lagi selama 200 tahun ini.



Ketika keringat mulai mengalir di dahi. Sayup-sayup suara mulai terdengar semakin jelas.

Hanya mimpi! Semua ini hanya mimpi! Sebentar lagi alarm menyala.

Di sela doa ini, aku mendengar sebuah suara, "Nona anda sudah sadar?" dari seberang tirai tepat di belakangku.



BAK!

Seketika itu aku terbangun dan duduk dengan tangan yang menggenggam erat ujung selimut, badan yang penuh keringat, jantung yang berdebar serta napas yang terengah-engah.

Dengan rasa panik, mataku menelusuri keadaan sekitar. Ini adalah pemandangan kamar yang biasa kukenal dengan pintu maroon di bagian kanan, berdampingan di sebelahnya ada cermin setinggi denganku, dan meja belajar di sebelahnya lengkap dengan buku dan laptop. Pintu kamar mandi putih tepat di depan, jendela yang memenuhi dinding di sebelah kiri dan yang terakhir keyboard tepat di sebelah kasur.



Rasa lega membuatku lemas dan menghempaskan badan ini kembali ke kasur.

"Mengerikan sekali, mimpinya terlalu nyata."

Aku menarik tangan kanan untuk menutupi mata dan ...

KRIIIIING!!!!alarm menyala.

Sial!






***
Part 1: Past di mulai.

***Part 1: Past di mulai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.







Next: Morning

Photo on prologue banner by Warren Wong on Unsplash.
Photo on Part 1 banner by Hugo Jehanne on Unsplash.
Edit by Me.

Revolusioner [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang