***
"Hhmmm. Kalo hari ini gue gak bisa, tapi kalo besok mungkin bisa." jawabnya lalu berjalan menuju anak tangga dan secara otomatis diikuti Richard yang berjalan di sampingnya. Diandra yakin ini pilihan yang benar.
"Gitu ya, oke deh besok. Tapi janji ya bisa!?"
Diandra mengangguk-angguk kecil. "Ya liat nanti aja."
"Tuh kan kebiasaan. Tadi bilangnya bisa sekarang liat nanti aja." Protes Richard.
"Ya kan bisa jadi umur gue pendek dan ntar malem gue meninggal. who knows?" Diandra melihat ke arah Richard.
"Iya iya terserah lo." Kenapa juga Diandra berpikir kesitu? "Btw, omongan itu do'a jangan asal."
Diandra tersenyum.
"Kalo gitu hari ini pulang bareng ya!?" pinta Richard.
"Gue gak bisa. Soalnya ada urusan."
"Kemana? Yaudah gue anterin."
"Yakin lo mau nganterin gue ke rumah Arnold?" Diandra membuat Richard yang tadinya antusias terlihat menjadi malas.
Diandra lalu tersenyum dan saat sudah sampai di lantai satu Richard tidak mengeluarkan suaranya lagi. Mereka berjalan ke arah parkiran. "Yaudah kalo gitu gue balik duluan ya. Semoga besok lo masih ada umur biar kita jadi jalan." Richard tersenyum lalu berjalan ke arah motornya yang sedang terparkir.
Dan Diandra, dia berjalan ke arah di mana biasanya Arnold memarkirkan motornya. Dari jauh Arnold dapat melihat Diandra yang berjalan sampai ke parkiran bersama dengan Richard. "Lama banget sih lo." Arnold lalu menghidupkan mesin motornya.
"Bahasa jerman susah Arn wajar aja gue ngisinya lama." jawab Diandra.
"Bilang aja lo mau berduan dulu sama Richard." Arnold tahu nama Richard? Sejak kapan dan kenapa ia bisa tahu?
"Gue cuma gak sengaja ketemu dia di tangga, jadi ya bareng." Alibi Diandra sepertinya dipercaya oleh Arnold karna Arnold tidak berkomentar lagi.
Kenapa juga harus bohong? Gue tau kali tadi Richard nyamperin lo ke kelas.
"Cepet naik!!" titahnya dan langsung dituruti oleh Diandra.
Kenapa juga gue kesel?
Arnold langsung melajukan motornya setelah Diandra benar-benar berada di atas motornya.
Beberapa siswi yang berlalu lalang hanya menatap pemandangan Diandra yang dibonceng oleh Arnold dengan aneh beberapa ada yang berbisik sambil sesekali melihat ke arah mereka. Diandra merasa risih dengan itu, tapi Arnold, karna ia sudah sering menjadi bahan tontonan jadi diperhatikan seperti itu sudah biasa baginya.
"Mampir dulu ke supermarket ya." ucap Arnolr disela perjalan.
"Iya terserah lo."
Lalu mereka mampir di sebuah supermarket Arnold dan Diandra memasuki supermarket itu. Sapaan dari pelayan supermarket pun mereka dapatkan setelah masuk ke dalam.
Arnold mengambil satu keranjang belanjaan kemudian mulai menyusuri rak-rak makanan ringan disana. Beberapa makanan ringan sudah ada di keranjang belanjaan lalu Arnold melirik Diandra yang berada di belakangnya dengan masih membisu.
"Lo gak mau beli apa gitu?" tanya Arnold. Diandra hanya menggelengkan kepalanya.
"Yudah nih, dari pada lo gabut dan cuma ngikutin gue milihin makanan mending bawain." Arnold menyerahkan keranjang belanjaannya dan Diandra menurutinya tanpa berkomentar.
Arnold tersenyum, ia senang akhirnya Diandra mau menuruti perintahnya tanpa membantah. Ya, memang sudah seharusnya seperti itu kan?
Setelah dirasa makanan dan minumannya cukup Arnold berjalan ke arah kasir dan melihat ke belakang guna memeriksa Diandra. Apa gadis itu masih mengikutinya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Behind Bullying [END]
Teen FictionWARNING: Cerita ini belum direvisi jadi maafkan kalo banyak typo ataupun tanda baca yang kurang/salah. Itu pasti mengganggu 'kan ya? Tapi semoga dibawa enjoy bacanya. hehe. ••• Menurut Diandra, apapun yang Arnold inginkan adalah sebuah keharusan yan...