***
Diandra kali ini berlatih dengan sungguh-sungguh. Sekitar dua jam, satu bait lagu lagi sudah Diandra kuasai.
"Gue duluan ya," Diandra bangkit dan mengambil tas yang berada tak jauh dari tempatnya sekarang. Hari ini latihan di rumah Arnold dan Arnold tidak ketiduran lagi bahkan Arnold tidak berganti baju. Katanya, biar waktu latihan lebih banyak.
"Lo yakin mau berangkat aja? Bentar lagi jam empat, jalanan juga macet lo pasti telat." kata Arnold sambil memperhatikan Diandra yang nampak terburu-buru.
"Yakinlah, gak mungkin gue gak dateng." Diandra lalu menuruni tangga dan diikuti Arnold di belakangnya.
Mereka sudah sampai di depan gerbang rumah Arnold. Diandra masih saja sibuk dengan ponselnya, ia tengah mengunduh aplikasi ojek online.
"Lo tunggu sendiri aja ya, gue mau masuk." ucap Arnold. Diandra mengangguk tanpa melihat ke arah Arnold sedikit pun. Itu sangat membuat Arnold kesal.
"Eh, gimana kalo gue anterin lo?" Tawar Arnold dengan tangan yang sudah memegang pintu gerbang.
Diandra melirik Arnold dengan tatapan menyelidik, "engga deh, gue udah pesen ojek."
Arnold mengedikan bahunya. "Yaudah." lalu ia benar-benar masuk ke dalam rumahnya.
Diandra masih menunggu ojek onlinenya datang. "Kok lama banget sih," Diandra lalu mengecek ponselnya. "Tiga menit lagi terus dari tadi."
Arnold ternyata masih memperhatikan Diandra, ia bersembunyi di balik tirai lalu sesekali tersenyum karna ojek yang Diandra maksud tak kunjung tiba.
"Si Aden kenapa sih?" tanya bi Siti bermonolog karna melihat tingkah Arnold.
Lalu sebuah motot bergenti tepat di depan Diandra, "Maaf ya neng, tadi saya isi angin dulu." ucap Abang ojek sambil memberikan helm pada Diandra.
Akhirnya dateng juga. "Gak papa bang, cepet ya bang saya udah telat!" kata Diandra sudah berada di atas motor Abang ojek tersebut.
Arnold kembali membuka tirai rumahnya tetapi ia tidak mendapati Diandra lagi, "dia udah pergi?" Arnold langsung berlari mengambil kunci motornya dan melaju dengan cepat untuk menyusul Diandra. Eh, mengikuti Diandra tepatnya.
***
"Ini bang, makasih." Diandra memberikan uang dan helm pada Abang ojek tersebut.
Diandra sempat melihat jam yang melingkar di lengannya. 17:24. Richard maaf, tadi macet.
Arnold memperhatikan Diandra yang berlari secepat kilat ke dalam GOR dari jauh. Ia kesal melihat Diandra bersikap seperti itu, itu terlihat seperti Richard sangatlah berarti untuk Diandra.
Diandra terdiam saat melihat beberapa pemain keluar dari GOR, ia bahkan belum sampai di dalam. Lalu matanya menangkap sosok yang sedaritadi memenuhi pikirannya. Richard.
Richard berjalan dengan kepala yang menunduk lalu ia mengusap keringat yang membasahi dahinya dengan handuk yang bertengger di lehernya. "Richard!," panggil Diandra.
"Diandra," Richard menggumam setelah mendongak dan mendapati Dianda yang baru tiba.
Diandra langsung menghampiri Richard dengan perasaan bersalah, "pertandingannya udah selesai?" Richard hanya mengangguk.
"Sorry," Diandra semakin bersalah melihat ekspresi Richard. Ia terlihat sedih. "Lo kenapa baru dateng?" Richard bersuara.
"Latihan lo lama ya? Katanya cuma sampe jam tiga, tapi jam segini baru dateng." Diandra sudah berkaca. Ia sungguh merasa bersalah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Behind Bullying [END]
Teen FictionWARNING: Cerita ini belum direvisi jadi maafkan kalo banyak typo ataupun tanda baca yang kurang/salah. Itu pasti mengganggu 'kan ya? Tapi semoga dibawa enjoy bacanya. hehe. ••• Menurut Diandra, apapun yang Arnold inginkan adalah sebuah keharusan yan...