Diandra menutup pintu rumahnya lalu berjalan menghampiri Arnold yang sudah menunggunya.
"Nih." Arnold memberikan helm saat Diandra sudah berada di sampingnya.
Diandra mengambil helm tersebut lalu memakainya. Namun, belum sempat Diandra memakai helm dengan benar matanya menangkap Arnold yang sedang memerhatikannya.
"Kenapa?" Diandra kembali membuka helm dan ikut memerhatikan dirinya juga.
"Penampilan gue kampungan ya?" tanya Diandra sedikit sedih. Dia memang hanya menggunakan jeans dan atasan putih polos. Meskipun Arnold juga hanya menggunakan bawahan jeans dan atasan kaos hitam polos yang dibalut jaket hoodie, tampilan Arnold tetap keren.
"Nggak, lo cantik kok." jawab Arnold seraya tersenyum lalu menarik pinggang Diandra mendekat ke arahnya.
"Sini, gue pakein." Arnold mengambil alih helm di tangan Diandra dan mulai memasangnya di kepala Diandra.
Bukan, bukan karena tampilan lo kampungan. Gue cuma heran, kenapa dengan tampilan sesederhana ini lo tetep keliatan menarik di mata gue.
Arnold tersenyum hangat saat helmnya sudah terpasang dengan benar di kepala Diandra. "Cepet naik." Arnold menunjuk boncengan dibelakangnya.
Diandra pun segera naik ke atas motor Arnold. Setelah Diandra benar-benar berada di atas motornya, Arnold meraih tangan Diandra dan melingkarkannya di pinggangnya sendiri. "Pegangan!"
Diandra hanya diam dan membiarkan saja tangannya dilingkarkan di pinggang Arnold oleh Arnold sendiri. "Jangan sampe dilepas ataupun dilonggar." Suara Arnold terdengar tidak mau dibantah.
Desiran aneh itu kembali terasa lagi, Diandra tidak tahu kenapa ia jadi seperti ini. Bisa dilihat dari kaca spion bahwa Arnold tersenyum sebelum akhirnya melaju meninggalkan rumah Diandra.
Selama perjalan tidak ada yang membuka suara, keduanya hanyut dalam kebisingan jalan raya yang dipadati kendaraan.
Sesekali keduanya tersenyum tanpa diketahui.
***
"Ngomong-ngomong lo mau beliin kado apa buat Ibu lo?" tanya Diandra seraya menoleh ke arah Arnold yang berjalan sejajar dengannya.
Sekarang mereka sudah berada disalah satu mall terdekat. Diandra masih setia mengikuti Arnold yang entah akan berjalan kemana.
"Kok kesini sih Arn?" tanya Diandra saat Arnold justru membawanya ke salah satu bioskop di mall tersebut.
"Gue pengen nonton dulu." jawab Arnold seraya tersenyum ke arah Diandra. "lo suka film genre apa?" tanyanya.
Setelah diam beberapa detik akhirnya Diandra menjawab. "Apapun kecuali sadis atau darah-darahan gitu."
Arnold terlihat mengangguk-angguk kecil lalu menarik Diandra untuk membeli pop corn.
Diandra menunggu Arnold yang sedang membeli tiket bioskop dengan dua pop corn di tangannya. "Katanya minta nemenin beli kado, tapi malah ngajak nonton." Diandra berdecak. "kan jadi lama lagi berduan sama dianya."
"Yuk!," ajak Arnold yang sudah kembali dengan dua tiket di tangannya.
Diandra dan Arnold sudah duduk di antara bangku penonton bioskop.
"Ish, kok lo malah pilih film ini?" Diandra menatap Arnold dengan tatapan tidak suka.
"Terserah gue dong, gue yang bayar." kata Arnold dengan senyuman smirk miliknya dan senyuman itu semakin membuat Diandra kesal.
"Yaudah kalo gitu lo nonton aja sendiri." Diandra hendak bangkit dari duduknya tapi tentu saja ditahan oleh Arnold.
"Gue maunya sama lo." Arnold menatap Diandra tajam seolah berkata bahwa ia melarang Diandra pergi barang selangkahpun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Behind Bullying [END]
Teen FictionWARNING: Cerita ini belum direvisi jadi maafkan kalo banyak typo ataupun tanda baca yang kurang/salah. Itu pasti mengganggu 'kan ya? Tapi semoga dibawa enjoy bacanya. hehe. ••• Menurut Diandra, apapun yang Arnold inginkan adalah sebuah keharusan yan...