***
"Bego bego bego. Ngapain juga gue ngirim pesan kayak gitu? kan gue juga yang bakalan susah." Diandra mengacak rambut frustasi, untung keadaan kantin sedang sepi karena ini adalah istirahat kedua.
"Kenapa juga lo kepikiran buat kirim pesan kaya gini?" Alice mengacungkan ponsel Diandra yang berada di tangannya.
"Yang ada dipikiran gue saat itu, cuma gue kesel sama Arnold dan gue gak tau harus ngeluapin kekesalan gue sama siapa jadinya gue kirim pesan kayak gitu ke dia." ekspresi Diandra terlihat menyesal.
"Kalo gue jadi elo, gue juga bakalan kesel sih." ucap Kathryn. "Emang ngeselin banget si Arnold gue kasih ganja baru tau rasa"
Diandra dan Alice saling bertukar tatap. "Omongan lo ngakak sumpah."
"Tapi lo ada benernya juga sih Kath siapa tau si Arnold kalo di kasih ganja bakalan jera."
"Udah ya bahas ganjanya. Sekarang nasib gue gimana?"
Alice dan Kathryn mengangkat bahunya serempak. "Gue juga bakalan kesel setengah mati sih kalo digituin sama Arnold, tapi otak gue masih waras buat nahan emosi gue. Gak kaya lo." Alice berkomentar.
"Meskipun dari pagi si Arnold keliatan adem ayem gue takut kejadiannya bakal kayak waktu itu, lo tau-tau di skors gara-gara ninggalin dia di taman."
"Makanya sekarang gue harus gimana? Minta maaf?"
Alice dan Kathryn terlihat berpikir. "Coba aja siapa tau di maafin."
"Dan lo minta maafnya harus bener-bener terlihat merasa bersalah biar si Arnold maafin lo." saran Alice. "Tapi gue juga gak tau itu bakalan berhasil apa enggak."
Diandra memikirkan saran Alice. Tidak ada salahnya Diandra mencoba sebelum terlambat. Takut-takut besok ia mendapat pemberitahuan jika ia di drop out dari Galaxy.
Astagaaa enggaaa jangan sampeee!!!!
"Pulang sekolah lo harus minta maaf sama dia. Inget, senin UAS jangan sampe pas ngisi soal lo malah kepikiran Arnold."
"Lo bener Lice," Kata Kathryn.
Terlihat sosok Arnold sedang berjalan dari pintu masuk di sebrang meja dimana Diandra berada. Diandra menundukan kepalanya khawatir Arnold datang ke kantin untuk mencarinya.
"Arnold!" Vanesha langsung saja melingkarkan tanganya di tangan Arnold yang di masukan ke saku celananya.
"Apaan sih? Bitch." Arnold berusaha melepaskan tangan Vanesha yang melingkar di tangannya. Vanesha justru mengeratkannya.
"Lepasin gak!" Bentak Arnold. Vanesha yang takut akan bentakan Arnold langsung menjauhkan dirinya dari Arnold.
"Oke gue lepasin, tapi gue mau ngomong jadi dengerin!, Lo masih punya hutang budi sama gue jangan pura-pura lupa!"
Arnold mengerti apa yang Vanesha ucapkan. "Oke. cepet ngomong."
"Lo harus mau anterin gue shoping hari ini!," ucap Vanesha dengan senyuman yang mengembang.
"Gak mau. Males." sungut Arnold.
"Tapi lo udah janji bakalan nurutin apa aja kemauan gue." Arnold tidak peduli dan hendak berlalu tapi Vanesha menahannya. "Arnold!, lo udah janji. Gak usah jadi pecundang."
Arnold berbalik. "Oke. Tapi cuma satu jam." Arnold sudah mengetahui watak cewek ini sekalipun Arnold mengancam akan mendrop out Vanesha, ia tetap tidak bisa karna keluarga Vanesha memiliki koneksi yang cukup kuat dengan yayasan Galaxy.
Vanesha langsung menyunggingkan senyuman yang begitu lebar. "Okay!" ucapnya penuh semangat.
Diandra, Alice dan Kathryn hanya dapat melihat kejadian itu tanpa bisa mendengar percakapan antara Arnold dan Vanesha. Ya, kalian harus tahu seberapa luas kantin di Galaxy!
KAMU SEDANG MEMBACA
Behind Bullying [END]
Teen FictionWARNING: Cerita ini belum direvisi jadi maafkan kalo banyak typo ataupun tanda baca yang kurang/salah. Itu pasti mengganggu 'kan ya? Tapi semoga dibawa enjoy bacanya. hehe. ••• Menurut Diandra, apapun yang Arnold inginkan adalah sebuah keharusan yan...