***
Riana turun dari atas motor Richard, sejauh ini Riana cukup baik menyembunyikan kegugupannya saat berada satu motor dengan Richard. "Beneran jauh juga ya rumah lo."
"Aku kan udah bilang kalo rumah aku jauh," ucap Riana seraya tersenyum, "Maaf ya Kak."
Richard membalas senyuman Riana, "selow." kata Richard yang belum juga memakai helmnya kembali. "Mau mampir?" tanya Riana ragu.
"Gak usah, lain kali mungkin." Richard mengangkat helm yang ada di pangkuannya lalu memakainya. "Gue balik ya," pamit Richard setelah helmnya terpasang sempurna.
Riana mengangguk, "makasih ya Kak," Richard terlihat mengangguk kecil kemudian mengangkat standar motornya.
"Kapan-kapan aku traktir Kakak deh sebagai tanda terima kasih." ucap Riana.
"Boleh juga," Richard mulai menghidupkan mesin motornya dengan tetap melihat ke arah Riana. "minggu depan deh pas jadwal latihan sama tanding gue kosong, gue pegang janji lo."
Riana menelan salivanya dan tersenyum kikuk. Apa Richard benar-benar menerima tawaran traktirannya? Kata Diandra, Richard itu sering bercanda. "Gue balik." pamitnya lagi.
Riana mengangguk, "hati-hati Kak." Richard tersenyum untuk yang terakhir kalinya sebelum ia benar-benar pergi dari area perumahan Riana.
Riana belum juga masuk ke dalam rumahnya, ia masih saja berdiri di tempatnya sekalipun Richard sudah tidak terlihat lagi. Ia hanya masih merapalkan do'a, berharap bahwa yang terjadi hari ini adalah nyata bukannya ilusi yang selalu ia bayangkan setiap hari.
←→
Selama beberapa hari ini Diandra jarang berkumpul dengan Alice dan Kathryn, mereka hanya mengobrol lewat grup chat di line, kemudian Richard, Diandra merasa bahwa anak itu sedikit berubah. Richard sedikit menjauh, chat di line pun jarang dibalas, meskipun tak jarang saat mereka bertemu mereka masih saja saling melempar lelucon masing-masing.
Hal itu karena selama beberapa hari ini juga Diandra lebih sering bersama Arnold di sekolah ia tidak bisa menolak dan hanya bisa menuruti apa permintaan Arnold. Hari ini pun masih sama seperti kemarin, Diandra dan Arnold pergi ke kantin bersama.
Pemandangan itu masih belum terbiasa dilihat oleh murid Galaxy sehingga masih ada saja yang saling berbisik dan menatap ke arah mereka heran.
Mereka duduk di bangku yang biasa Arnold tempati, Diandra adalah satu-satunya orang lain yang duduk di bangku itu selain Arnold sendiri. Diandra sangat terganggu oleh keadaan ini, tapi ia juga sudah berjanji untuk bersikap baik pada Arnold dan ia harus menepati janjinya pada Arnold karna Arnold pun sudah menepati janjinya untuk meminta maaf pada Richard.
Dengan tulus Diandra lontarkan senyuman manisnya pada Arnold, "lo mau pesen apa? Biar gue yang pesenin." tawar Diandra.
"Baru gue mau nyuruh lo pesen makanan eh lo udah nawarin diri terlebih dulu," Arnold tersenyum puas. "Gue pesen apa aja yang mau lo pesen." ucapnya.
"Oke, kalo gitu biar gue pesenin." Diandra lalu berjalan ke arah stand di kantin yang menjual bakso. Ia akan memesan kan Arnold bakso, semoga gak salah.
Arnold tersenyum saat melihat Diandra berjalan membeli bakso, ia memang ingin memakan bakso saat ini. Namun seketika Arnold menegang, rahangnya mengeras, pandangan teduhnya menjadi tajam ke arah punggung Diandra dan seseorang di sampingnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Behind Bullying [END]
Ficção AdolescenteWARNING: Cerita ini belum direvisi jadi maafkan kalo banyak typo ataupun tanda baca yang kurang/salah. Itu pasti mengganggu 'kan ya? Tapi semoga dibawa enjoy bacanya. hehe. ••• Menurut Diandra, apapun yang Arnold inginkan adalah sebuah keharusan yan...