Hal yang selanjutnya terus Arnold pikirkan adalah ia hanya ingin kembali dekat dengan Diandra.
Lalu Arnold teringat ucapan Diandra kemarin. "Terserah, ini emang diri lo Arn. Gue yakin bisa kebal dari itu, tapi lo tau kalo lo ngelakuin hal itu lagi, gue cuma bakalan semakin benci sama lo."
Tapi seakan ia tidak pernah mendengar hal itu, konsekuensi Diandra akan membencinya ia kesampingkan karena keinginannya. Arnold selalu kalah oleh apa yang dia inginkan. Dia ingin Diandra.
"Lo pulang bareng gue." katanya lalu melenggang pergi terlebih dulu.
Diandra mendengar itu, suaranya sarat akan perintah. Sama dengan yang ia lakukan dulu.
Tapi sekarang adalah sekarang, Diandra tidak akan mengikuti keinginan Arnold lagi.
Arnold bangkit dari duduknya karena melihat Diandra berjalan menuju parkiran, tapi bukannya menghampiri Arnold ia justru melewatinya dan berhenti di depan Richard.
"Langsung pulang?" tanya Richard seraya memberikan helm pada Diandra.
Arnold yang melihat itu langsung menghampiri mereka. Ia melemparkan helm di tangan Diandra. "Gue bilang lo pulang bareng gue." katanya sambil menarik tangan Diandra.
"Gue nggak ada bilang mau." kata Diandra berusaha melepaskan tangannya.
"Gue nggak perlu lo mau pulang bareng gue, gue cuma perlu lo pulang bareng gue." Arnold melepaskan tangan Diandra dan menaiki motornya.
"Naik." titahnya pada Diandra yang masih saja berdiri mematung.
Diandra sudah memutuskan untuk menolak keinginan Arnold, jadi yang ia lakukan adalah melemparkan tatapan kesal lalu berjalan cepat menuju gerbang. Seolah sedang diberi keberuntungan, angkot menuju rumah Diandra melewat tepat dengan sampainya ia di gerbang. Lantas angkutan umum tersebut langsung melaju dan mencegah Arnold yang sedang berjalan menyusulnya.
Hari berikutnya Arnold melakukan hal yang sama ia memaksa Diandra untuk pergi ke kantin dengannya, tidak berbeda dengan Diandra yang juga melakukan hal yang sama, melakukan penolakan.
"Makan!" kata Arnold tanpa melirik Diandra lalu menyuapkan nasi goreng ke dalam mulutnya.
Diandra yang kini ada di depannya hanya menatap nasi goreng di atas meja dan Arnold bergantian. Tidak selera sedikit pun untuk memasukan makanan ke dalam mulutnya.
"Makan." kata Arnold lagi, kali ini dengan menatap ke arah Diandra tajam.
"Gue nggak laper." jawab Diandra tidak gentar oleh tatapan Arnold yang mengintimidasi. Ia mengetahui, sekeras apapun Arnold berusaha terlihat jahat, di mata Diandra Arnold jelas sedang bersandiwara.
"Lo belum makan dari pagi," ucap Arnold lalu menyendokan nasi goreng terakhirnya. "Makan!"
"Nggak."
BRAK.
Arnold menggebrak meja di mana mereka makan membuat beda yang berada di atasnya sedikit berpindah tempat. "Gue cuma minta lo buat makan Diandra, apa susahnya sih?" Arnold memajukan wajahnya ke arah Diandra, membuat Diandra sedikit ketakutan namun masih dengan posisinya semula.
"Makan." titahnya lagi.
Diandra tetap bergeming.
Lalu Arnold melempar piring yang ada di depan Diandra ke lantai, menarik perhatian orang-orang yang ada di kantin.
"Lo jadi alasan kalo gue balik lagi jadi orang brengsek." katanya lalu pergi dari hadapan Diandra.
Diandra memejamkan matanya dalam, ia hanya perlu melakukan ini sebentar lagi. Arnold pasti akan berhenti setelah ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Behind Bullying [END]
Teen FictionWARNING: Cerita ini belum direvisi jadi maafkan kalo banyak typo ataupun tanda baca yang kurang/salah. Itu pasti mengganggu 'kan ya? Tapi semoga dibawa enjoy bacanya. hehe. ••• Menurut Diandra, apapun yang Arnold inginkan adalah sebuah keharusan yan...