[Tujuh Belas] //: Tidak Terima

3.4K 179 2
                                    

***

Setelah menutup pintu mobil Arnold berbalik, ia akan menghampiri Diandra yang tengah duduk sendiri di taman.

Namun tatapannya terkunci pada sosok yang baru saja datang dengan eskrim di kedua tangannya dan saat ini sosok tersebut tengah tersenyum ke arah Diandra sambil memberikan salah satu eskrim lalu ia duduk di samping Diandra.

Sial. Diandra juga membalas senyuman Richard, ia juga terlihat bahagia saat menerima eskrim dari Richard. Arnold pun mengurungkan niat baiknya untuk menghibur Diandra yang menurutnya sedang bersedih.

Bodoh. Bukan kah ia sendiri yang membuat Diandra sedih? Arnold harus mengakui itu.

Arnold tidak berniat untuk pergi dari tempatnya pandangannya pun masih tertuju pada dua sosok yang kini terlihat sedang saling melemparkan lelucon, terbukti dari tawa mereka yang bergantian dan Diandra yang sesekali memukul bahu Richard yang sama sekali tidak protes saat gadis manis di sebelahnya memukul bahu miliknya.

Pemandangan macam apa ini? Dan kenapa juga Arnold penasaran dengan apa yang sedang Diandra dan Richard lakukan?

Arnold terlihat mengumpat sambil memasuki mobilnya. Ia lalu mencengkram kemudinya tanpa berniat melajukan mobil tersebut.

Tatapannya lurus ke depan. Kosong. Ia seperti tidak sedang melihat apa-apa.

Lalu sesuatu yang berada di sakunya berdering. Arnold merogoh ponselnya. Dan melihat papan nama yang sedang memanggilnya.

Mr. Alexander is calling..

Dengan malas Arnold menggeser tombol hijau kemudian menempelkan benda pipih tersebut pada telinganya.

"Kamu dimana?"

"Di jalan pah."

"Di jalan mana? Kamu gak nyasar kan? Sudah jam segini kamu belum juga sampai."

Mendengar itu sontak membuat Arnold menghidupkan mesin mobilnya kemudian melaju secepat kilat.

"Engga pah, bentar lagi Arnold sampai." Arnold langsung memutuskan sambungan telpon dan melepaskan ponselnya asal. Ia ingin fokus untuk menyetir agar ia bisa cepat sampai di kantor ayahnya.

Hari ini ia memiliki kewajiban untuk menemani ayahnya bertemu dengan rekan bisnisnya. Hal ini cukup dibenci Arnold namun lagi-lagi Arnold tidak bisa menolak. Alexander pun tidak pernah memaksa Arnold agar ikut acara pertemuan seperti ini. Alexander hanya meminta dan Arnold langsung menyetujui permintaanya.

"Diandra sialan. Gue jadi telat ke acara pertemuan gara-gara elo." gumamnya sambil terus melesatkan mobilnya di tengah jalan raya yang padat.

Arnold menekan klaksonnya dengan keras dan berkali-kali.

"Sial. Sial. Sial."

"Tuh mobil kenapa gak maju-maju sih?" Arnold kembali memencet klaksonnya.

←→

Richard bukannya memanfaatkan situasi ketika ia tahu bahwa Diana akan pulang malam hari ini dan membuat Diandra masih berada di sampingnya. Sekarang waktu sudah menunjukan pukul 19:00.

Richard juga tahu bahwa Diandra sedang kesal pada sosok bernama Arnold. Cowok yang akhir-akhir ini selalu dekat dengan gadisnya.

Saat sedang bersama tadi, Diandra dan Richard mengobrol banyak hal, hampir semua yang mereka lakukan mereka bagi satu sama lain. Dan secara otomatis pun apa yang Arnold lakukan pada Diandra sampai di telinga Richard.

Behind Bullying [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang