***
Alice dan Kathryn ikut senang karena hubungan Diandra dan ibunya sudah membaik. Dan sampai saat ini Diandra tidak tahu apa yang menyebabkan ibunya sudah tidak marah lagi padanya.
"Sumpah ya, ekskul tuh udah mau ulangan akhir juga masih aja berjalan." gerutu Kathryn sambil merapikan bukunya.
"Apa kabar gue Kath? Lo aja yang bakal tes akhir balet kesusahan padahal lo udah ikutin tuh ekskul dari kelas sepuluh. sedangkan gue baru satu semester ini belajar piano udah mau di tes aja, gak tau deh nilai ekskul gue bakal kek gimana."
"Tapi menurut gue kemampuan lo buat main piano udah agak lumayan, tinggal dilatih dikit juga pasti bisa lah sekedar dapet nilai B doang mah." Kathryn bangkit dari duduknya sambil menenteng paper bag berisi baju dan sepatu baletnya.
Omong kosong apa itu? kebenarannya Diandra sama sekali belum bisa memainkan satu lagu pun. Dan meskipun bisa ia pasti mendapat nilai F.
"Si Alice mana? Kok tumben gak kesini dulu?" tanya Kathryn kemudian.
"Langsung ke ruang piano."
"Enak ya kalian bisa satu ekskul, tau gue bakalan temenan sama kalian ikutan ekskul piano aja dari awal." Kathryn mulai berjalan keluar kelas dengan Diandra yang di sebelahnya.
"Kan lumayan bisa saling bantu, kebetulan Alice lebih dulu bisa piano kan dari pada elo? beruntung deh lo jadi bisa minta bantuan dia."
Diandra hanya menaikan alisnya. Tapi masalahnya gue emang gak ada bakat sama sekali buat bisa mainin tuh alat musik.
Kathryn berbelok ke arah dimana ruangan balet berada. "Ntar malem jangan lupa kirimin contoh proposal buat acara osis." teriak Kathryn saat ia sudah berbeda arah dengan Diandra.
Diandra mengacungkan kedua jempolnya seraya berkata. "Okay,"
Lalu ia menaiki tangga menuju lantai empat, lantai dimana ruang piano berada. Selama satu semester ini yang Diandra pahami dari pembelajaran piano hanyalah teori dan sejarah dari alat musik piano ini, saat diadakan tes lisan pun nilai Diandra adalah yang terbesar.
Sedangkan saat dites kemampuan bermain piano nilai Diandra adalah yang paling ciut alias kecil, murid kelas sepuluh yang baru ikut pelajaran piano saja paling mentok mendapat nilai B- sedangkan Diandra? ia mendapat nilai E.
Beruntung saja saat itu hanya tes pengenalan saja dan tidak akan dicantumkan ke dalam rapor. Tapi untuk tes kali ini Diandra benar-benar harus bisa, karna jika nilainya C saja ia bisa jadi tidak naik kelas karena SMA Galaxy tidak hanya mementingkan kemampuan akademik tetapi juga kemampuan non-akademik siswanya.
Dan disini lah pikiran Diandra berputar, bagaimana ia bisa menjalani tes yang akan di lakukan sekitar dua-tiga minggu lagi? Belum lagi senin nanti akan ada Ujian Akhir Semester Satu.
Diandra memasuki ruangan piano dengan agak malas, suara lantunan piano yang beragam sudah terdengar. Suara itu berasal dari beberapa siswa yang memilih bermain piano sampai kegiatan ekskul dimulai.
Perlu kalian ketahui ruangan piano ini dibagi menjadi dua kelas, kelas A untuk anggota pemula yakni berisi kelas sepuluh dan sebelas yang baru masuk ekskul piano. Kelas B untuk anggota lama atau memang sudah mengikuti ekskul piano dari kelas sepuluh dan masih berlanjut ke kelas sebelas bahkan kelas dua belas namun, ada juga beberapa anggota kelas sepuluh yang masuk kelas B, hal itu karena mereka memang sudah berbakat dan mahir bermain piano.
Kedua kelas ini hanya terhalang oleh kaca transparan yang berukuran besar dan di pojoknya ada pintu yang terbuat dari kaca.
Diandra bisa melihat Alice sedang memainkan piano dan saat pandangan mereka bertemu mereka hanya saling melempar tatap disertai senyuman.
KAMU SEDANG MEMBACA
Behind Bullying [END]
Fiksi RemajaWARNING: Cerita ini belum direvisi jadi maafkan kalo banyak typo ataupun tanda baca yang kurang/salah. Itu pasti mengganggu 'kan ya? Tapi semoga dibawa enjoy bacanya. hehe. ••• Menurut Diandra, apapun yang Arnold inginkan adalah sebuah keharusan yan...