Diandra meletakan berbagai kebutuhan yang baru mereka beli untuk bahan tugas Matematika ini. Senyuman Diandra sedikit mengembang saat masih ada sinar matahari yang menerangi bumi.
"Kerja kelompok di balkon kamar ya?" Arnold menyejajarkan langkahnya dengan Diandra yang berjalan di belakangnya.
Diandra menatap Arnold seolah berkata. 'Harus ya di balkon kamar? Gak ada tempat lain?'
"Teriak aja yang kenceng kalo gue apa-apain." Arnold lalu membuka pintu kamarnya dan masuk terlebih dulu.
Ia sangat cinta pada kamarnya yang selalu terlihat rapi, jadi tidak malu-maluin saat ada temannya yang masuk. Arnold menoleh ke belakang dan tidak mendapati sosok Diandra di sana. Ia kembali menghampiri pintu kamarnya.
"Ngapain masih di situ? Ayo masuk!" Arnold mengarahkan kepalanya ke dalam kamarnya. Diandra masih berdiri di balik pintu kamar Arnold dengan mimik khawatir.
"Masuk Diandraaa!" Arnold menarik tangan Diandra dan membawanya ke dalam.
Kamar Arnold rapi, didominasi warna monokrom, tata letak barang-barangnya pun sempurna.
"Udah ijin ke Ibu lo dulu kan kalo mau kerja kelompok?" tanya Arnold lalu menyibak gorden pintu kaca kamarnya yang menuju balkon.
"Udah."
Good. Berarti Diandra bisa pulang telat.
Duhh mikir-mikir!! Gimana caranya biar ngelama-lamain kerja kelompok ini?
Di balkon kamar Arnold terdapat dua bangku dan satu meja. Mereka akan kerja kelompok di sana terbukti dengan Arnold yang juga berjalan ke sana.
Arnold duduk di salah satu bangku itu dan diikuti Diandra yang juga ikut duduk di sampingnya.
Tanpa basa-basi mereka memulai kerja kelompoknya. Beberapa snack dan minuman juga sudah tersedia karena tadi di bawa oleh ART di rumah Arnold.
"Istirahat dulu deh capek." kata Arnold lalu mengambil salah satu snack dan memakannya.
"Istirahat mulu, baru juga tadi. Kapan beresnya Arn?" Diandra menatap Arnold yang semangat memakan snacknya. Alhasil tidak ada jawaban dari Arnold.
Diandra memilih mengambil minum dan meneguknya. Ia lalu melihat keadaan langit, mulai mendung lagi.
"Arn, lanjutin yuk!" ajak Diandra.
"Bentar!"
"Ish." Diandra mendengus kesal. Masalahnya Arnold akan marah jika Diandra bekerja sendirian padahal jika dirinya ingin istirahat dan tidak ingin mengerjakan tugas, yasudah, toh Diandra bisa mengerjakan sendiri.
Tapi Arnold masih kekeuh dengan keinginannya, ia tidak memperbolehkan Diandra mengerjakan sendiri karena takut nilainya terbawa jelek karena Diandra yang mengerjakan tugas ini.
"Arn, mendung ntar keburu ujan." Diandra masih berusaha membujuk.
Baguslah. Sekalian lo nginep.
"Hujan cuma air Di."
"AAAAA." Keduanya tersentak saat suara petir tiba-tiba terdengar berbarengan dengan air yang turun dari langit. Hujan langsung deras begitu saja.
Diandra langsung bangkit dari duduknya dan berlari ke dalam kamar Arnold. Arnold yang melihat itu langsung membawa pekerjaan mereka ke dalam, tidak peduli dengan jajanan dan minuman mereka yang akan terkena cipratan derasnya air hujan.
Ia meletakan tugas itu di atas meja belajarnya, menutup pintu kaca, gorden serta jendela kamarnya. Kamarnya seketika gelap karena sumber cahaya tertutup oleh gorden.
KAMU SEDANG MEMBACA
Behind Bullying [END]
Teen FictionWARNING: Cerita ini belum direvisi jadi maafkan kalo banyak typo ataupun tanda baca yang kurang/salah. Itu pasti mengganggu 'kan ya? Tapi semoga dibawa enjoy bacanya. hehe. ••• Menurut Diandra, apapun yang Arnold inginkan adalah sebuah keharusan yan...