***
Setelah tiga hari berlalu, Diandra hari ini sudah kembali lagi bersekolah seperti biasa. Kedua temannya pun sudah mengetahui perihal penyebab Diandra kena skors.
"Emang keterlaluan ya si Arnold itu?" Alice kesal sendiri karna perbuatan Arnold pada Diandra.
"Udahlah. Lagian gue udah terlanjur kena skors juga" Diandra mencoba menyembunyikan kekesalannya.
Kathryn hanya mengelus-ngelus bahu Diandra menenangkan. Hari demi hari terus berjalan.
Satu Minggu.
Dua Minggu.
"Diandra keliatannya makin murung aja deh" Alice memperhatikan Diandra dari jauh bersama Kathryn. Mereka tidak ke kantin bersama atas kemauan Diandra sendiri.
"Iya, katanya udah baik-baik aja. Gue jadi bingung harus ngelakuin apa"
Mereka terus menatap Diandra yang sangat terlihat tidak memiliki nafsu untuk memakan bakso di depannya. Lalu, satu sendok bakso masuk kedalam mulutnya sedetik kemudian Diandra langsung bangkit dan berlari dengan cepat ke arah toilet.
Alice dan Kathryn yang melihat itu sontak berlari mengejar Diandra. Saat mereka sampai di depan toilet terdengar suara seseorang menangis dengan tersedu-sedu.
"Diandra?!" Kathryn langsung masuk kedalam toilet dan disusul oleh Alice mereka mendapati Diandra sudah terduduk di lantai toilet dengan air mata yang sudah membasahi hampir seluruh bagian wajahnya.
"Lo kenapa Di??!" tanya Alice sambil membantu Diandra bangun.
Diandra masih dengan tangisannya. Untung saja situasi di toilet ini sepi tidak ada siapapun selain mereka bertiga, jadi Diandra bisa leluasa mengeluarkan seluruh beban yang ia pendam.
Alice dan Kathryn membantu Diandra berjalan ke luar toilet dan membawanya duduk di kursi panjang yang ada di dekat toilet.
"Udah Di!, atur nafas lo! ceritain sama kita biar perasaan lo lega" Alice masih berusaha menenangkan Diandra.
Alice dan Kathryn masih menatap Diandra penuh tanya, apa yang terjadi pada temannya ini? apa karna Arnold lagi?
"Lo kenapa?" Alice bertanya saat tangisan Diandra mulai mereda.
Diandra menelan salivanya dengan susah payah dan baru menjawab.
"Bakso gue tadi kepedesan!" Diandra menyengir ke arah Alice dan Kathryn bergantian.
Alice dan Kathryn langsung menjauhkan tangan mereka yang ada di bahu Diandra. Tadi saat di kantin mereka memang melihat Diandra memasuka sambal cukup banyak pada baksonya, tapi mereka membiarkannya karna mereka tahu bahwa Diandra memang penggemar pedas.
Diandra tambah menyengir melihat ekspresi kedua temannya. "Astagaaa Diandraa, GAK LUCUU!,"
"Lo bikin kita panik tau gak,?"
Diandra memaksakan senyumannya lalu sedetik kemudian air matanya kembali mengalir meskipun sudah ia tahan dengan susah payah.
Membohongi kedua temannya yang ini memang cukup sulit.
"Di, lo gak jago buat boong."
"Cerita ada apa?"
"Ibu masih marah sama gue" ucap Diandra kemudian, dengan suara serak khas orang sedang menangis.
Alice dan Kathryn langsung menatap Diandra dengan iba, sampai sebegitu marah kah Diana pada Diandra sampai ia tidak mau berbicara pada anaknya kecuali saat ia diajak bicara?
"Ya ampun, selama itu?" Kathryn menundukan kepalanya guna melihat wajah Diandra yang sedari tadi tertunduk.
Diandra mengangguk lemah. "Gue gak tau harus jelasin ini gimana?" Diandra terlihat semakin frustasi, ia mengusap air mata yang mengalir di wajahnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/108818364-288-k165415.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Behind Bullying [END]
Novela JuvenilWARNING: Cerita ini belum direvisi jadi maafkan kalo banyak typo ataupun tanda baca yang kurang/salah. Itu pasti mengganggu 'kan ya? Tapi semoga dibawa enjoy bacanya. hehe. ••• Menurut Diandra, apapun yang Arnold inginkan adalah sebuah keharusan yan...