***
Ektrakulikuler hari ini sudah selesai. Begitu pula dengan ekskul piano, pak William pun sudah keluar dari kelas beberapa menit yang lalu. Para anggota ekskul piano yang telah menyelesaikan urusannya mengenai tes yang akan dilaksanakan tiga minggu lagi juga mulai keluar dari kelas.
"Ayo!" ajak Alice yang sudah berdiri di sebelah bangku Diandra. Diandra mengangguk dan bangkit dari duduknya.
"Jadwal latihan kita Rabu kan?" tanyanya pada Arnold sebelum beranjak pergi.
"Hm." jawab Arnold.
"Oke, sampe ketemu Rabu nanti. Gue balik duluan." Diandra dan Alice berjalan keluar kelas.
"Lo sebenernya beruntung sih dipasangin sama Arnold, karna kemampuan dia main piano emang gak diragukan lagi. Bisa-bisa lo dapet nilai A." ucap Alice saat mereka tengah berjalan menuju arah tangga. Alice juga jadi terbawa oleh Diandra yang lebih suka menggunakan tangga.
"Iya. Tapi tetep aja gue harus hati-hati salah ngomong aja bisa jadi masalah."
Alice mengedikkan bahunya. "Senin bawa buku catatan fisika yah. Buku catatan gue kurang lengkap."
Diandra mengangguk.
"Di,gue mau ke toilet dulu. Lo duluan aja." Alice langsung berjalan ke arah dimana toilet berada.
"Gak papa gue duluan?" tanya Diandra sambil menatap punggung Alice yang sudah menjauh.
"Gak papa. Lagian gue di jemput." jawab Alice yang sudah memasuki toilet. "Lo hati-hati" teriaknya.
"Yaudah gue duluan." Diandra pun melanjutkan langkahnya dan kini ia sudah sampai di lantai satu. Parkiran sudah cukup sepi. Hanya menyisakan beberapa kendaraan siswa dan guru yang belum pulang
"Lo balik sendiri?" tanya seseorang yang sukses membuat Diandra kaget.
"Ish, kebiasaan banget kalo muncul suka tiba-tiba." Diandra memukul bahu Richard yang sudah berada di sampingnya.
Richard tersenyum. "Lo balik sendiri?" tanya Richard lagi.
Diandra mengangguk. "Emang biasanya juga sendiri. Kathryn kan sama Kalvin. Alice dijemput"
"Lo lagi kode ke gue ya?" tanya Richard disertai senyuman jahilnya.
"Lo kan tadi nanya, ya gue jawab."
Richard semakin menyeringai. "Oke Diandra, gue peka kok. Tunggu disini gue ambil motor dulu kita balik bareng." Richard berlalu setelah menepuk bahu Diandra.
"Diandra balik bareng gue." suara tersebut berhasil membuat Richard dan Diandra menoleh ke sumber suara.
Terlihat Arnold berjalan santai ke arah Diandra dengan tangan yang dimasukan ke saku celana.
"Gue kan udah bilang tunggu sebentar. Lo kok malah mau balik sama dia?" tanya Arnold sambil menunjuk Richard menggunakan dagunya.
Richard yang terkejut mendengar ucapan Arnold hanya terdiam dan berusaha menelan salivanya. "Sana kalo lo mau balik!" usir Arnold pada Richard.
Richard tersenyum ke arah Arnold dan Diandra secara bergantian. "Gue duluan ya Di," Richard berlalu begitu saja.
Diandra mengangguk dan masih diam di tempatnya. Apa lagi ini?
"Lo tunggu di depan gerbang!" titah Arnold, lalu ia berjalan ke arah parkiran dan Diandra yakini bahwa Arnold akan mengambil motornya.
Apa Arnold beneran mau anterin gue pulang?
Yang dapat Diandra lakukan sekarang hanyalah pasrah jika Arnold benar-benar akan mengantarnya pulang ya, syukur alhamdulillah. Tapi jika ucapannya tadi hanya lelucon Diandra hanya bisa menunggu sampai Arnold meninggalkannya di sekolah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Behind Bullying [END]
Fiksi RemajaWARNING: Cerita ini belum direvisi jadi maafkan kalo banyak typo ataupun tanda baca yang kurang/salah. Itu pasti mengganggu 'kan ya? Tapi semoga dibawa enjoy bacanya. hehe. ••• Menurut Diandra, apapun yang Arnold inginkan adalah sebuah keharusan yan...