[Lima Puluh] //: Titik Terang

2.5K 119 2
                                    

***

Alexander melupakan berkas penting yang dibutuhkan untuk meeting hari ini, mau tidak mau ia harus kembali ke rumahnya untuk mengambil sendiri berkas tersebut karena tidak memungkinkan ia untuk menyuruh orang lain memasuki ruangan pribadinya.

Drrt drrt ...

Suara ponsel Alexander berdering, segera ia lihat panel nama penelepon dan langsung mengangkatnya.

"Halo Pak Heru."

Penelpon di ujung sana menyahut, "Halo, maaf kalo saya ganggu."

"Oh tidak-tidak, silahkan ada perlu apa?"

"Itu ... saya mau tanya tentang keputusan Arnold, sudah ditanyakan?"

"Hmm saya sudah bertanya, tapi mungkin Arnold butuh waktu untuk memberi jawaban. Secepatnya jika Arnold sudah memutuskan akan saya kabari."

"Oh begitu, oke saya tunggu."

Alexander mengangguk meski Heru sebenarnya tidak akan melihat. Ia tidak langsung mematikan telpon karena menunggu Heru yang mematikannya. Tapi sepertinya Heru lupa bahwa telponnya masih terhubung.

"Tuh udah papa tanyain, puas kamu?"

"Hehe, iya." itu suara perempuan dan Heru hanya memiliki satu anak yaitu Vanessa.

"Udah ya, kamu jangan ganggu papa terus. Alexander pasti bisa membujuk Arnold untuk mau dijodohkan dengan kamu. Arnold cuma butuh waktu."

"Tapi aku tetep takut Pah."

"Apa lagi?"

"Arnold itu nurut banget sama apa kata om Alex."

"Bagus dong kalo gitu."

"Iya, tapi jadinya apapun yang om Alex minta Arnold bakalan nurut padahal dia nggak suka dan dia nggak pernah bisa nolak."

...

"Contohnya, pelatihan management."

"Tapi Arnold baik-baik aja sama pelatihan management itu, justru dia bagus dalam bidang ini."

"Dia cuma gak mau ngecewain om Alex, mungkin dari luar Arnold keliatan baik-baik aja. Tapi dari dalam dia jelas tertekan."

...

"Jadi aku takut, sekalipun Arnold mau dijodohin sama aku dia cuma terpaksa, karena nurutin kemauan om Alex."

"Jadi kamu maunya gimana? jangan bikin papa bingung."

Alexander tersentak ketika mendengar suara pintu mobil dibuka. "Pak, kita sudah sampai." kata supir yang membukakan pintu untuknya.

Alexander kehilangan fokusnya tapi ia masih bisa berjalan dengan benar. Percakapan antara Heru dan Vanessa terekam sangat jelas di kepalanya. Apakah benar apa yang Vanessa ucapkan? Apakah selama ini Arnold terpaksa menuruti semua keinginannya?

Lalu ia teringat percakapannya dengan Mona saat panggilan orang tua tiga hari lalu.

"Kamu itu jangan terlalu banyak menuntut pada Arnold." ucap Mona seraya menuangkan minuman untuk suaminya.

"Aku tidak pernah menuntut. Aku hanya meminta dia melakukan apa yang menurut ku baik." sangat lucu ketika Alexander harus datang ke sekolah karena panggilan orang tua, padahal Mona ada disana.

"Itu menurut mu. Bagi Arnold? Mungkin saja tidak." Mona meletakkan teh panas yang ia buat di atas meja.

"Arnold sudah tidak dekat lagi dengan perempuan itu?" Alexander mengubah topik.

Behind Bullying [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang