6. 30 dikediaman Karis. Kini mereka tengah menikmati sarapan pagi dengan sehelai roti yang diolesi dengan selai, seperti biasa keluarga ini selalu tenang ketika sedang makan, tak bergeming sampai Ira membuka suara setelah selesai makan.
"Karis, hari ini kamu harus pulang cepat karena nanti malam kita akan dinner bersama keluarga Anggi."
Huft
"inget, gak boleh ngelawan. " perintah Ira. Jika sudah berurusan dengan mamanya Karis tak bisa apa-apa, ia hanya bisa tertunduk 'iya' tanpa bisa mengelak.
Ira, mamanya adalah masalah utamanya. Obsesinya yang ingin menjalin hubungan dengan sahabatnya Nefi, mamanya Maudina membuat Karis maupun Maudina susah untuk menolak dan meyakinkan orangtuanya bahwa mereka punya pasangan yang lebih baik dari pilihan mereka.
Karis - Gisa
Maudina - Utam
Namun para orangtua tak mengerti perasaan anaknya, Karis sudah dewasa, dia bisa memilih pasangannya sendiri, ia tahu mana yang baik untuknya dan mana yang bukan. Ya, mungkin dulu ia pernah menyukai Maudina bahkan sampai patah hati karena ia malah memilih Utam dibandingkan dengan dirinya. Melihat keterpurukan Karis membuat Ira khawatir dan ia berjanji kelak akan menjodohkan anaknya dengan Maudina yang kebetulan anak dari sahabat ketika masa Smanya, Nefi. Mendengar rencana itu membuat Nefi dengan mudah menyetujuinya tanpa bertanya pada anaknya terlebih dahulu. Karena memang dari dulu mereka sangat ingin menjodohkan anaknya dan bisa menjadi keluarga.
Tanpa basa basi, Karis langsung pamit dan berangkat ke kampus. Meski kelasnya nanti siang, tapi berada dirumah lama-lama membuatnya frustasi. Mamanya selalu memikirkan keinginannya tanpa bertanya apa mau anaknya. Bahkan sampai urusan hati pun ia diatur oleh mamanya, yang punya hati tuh mama atau Karis sih. Rutuknya dalam hati.
Sebelum ke kampus, ia berniat untuk menjemput Gisa terlebih dahulu. Dan ia berniat ingin mengajaknya untuk berangkat ke kampus bersama, serta ia juga ingin meminta maaf karena kejadian kemarin. Dan ia juga berharap Utam tak melarangnya untuk bertemu Gisa lagi. Karena jika Utam terus seperti itu, maka ia gak akan pernah bisa bicara dengan Gisa.
Dan hari ini, ia punya kesempatan untuk bertemu dengan Gisa. Mungkin dengan bertemu Gisa hatinya akan lebih tenang dan bisa sedikit melupakan masalah perjodohan yang gak ada habisnya itu.
Setelah sampai dikediaman Utam, Karis langsung menuju puntu utama. Ketika ia akan menekan tombol bel, disaat itu pula Utam datang membuka pintu yang membuat suasana pagi ini agak mencekam Karena Utam masih belum bisa mengijinkan Karis untuk menemui Gisa lagi.
"ngapain lo disini?" tanya Utam dengan nada dingin, yang membuat Karis merasa gak enak dengan kejadian kemarin.
"gue--"
"Gisa gak bisa ditemui, lo pulang aja." ketusnya, ia memotong ucapan Karis karena ia tahu Karis ke sini pasti ingin menemui Gisa dan udah pasti Gisa akan patah hati lagi, dan utam pun tak rela jika Gisa harus terpuruk dan galau lagi karena cowo ini.
"gue mau ketemu mama lo kok." jawabnya. dengan sangat terpaksa ia harus jawab itu, karena jika tidak Utam pasti gak akan mengijinkannya untuk bertemu Gisa. Dan satu-satunya cara ya dengan ketemu tante Resi dulu.
"boong! Ngapain lo ketemu mama gue?" tanyanya lagi yang merasa aneh dengan Karis, ngapain dia ketemu Resi, apa seleranya sekarang udah...
"ada urusan penting, gue boleh masuk kan?!" ucapnya langsung masuk tanpa menunggu respon dari Utam dulu, menyadari itu membuat jengkel.
"woy... Lo maen masuk rumah orang aja ya?!" teriaknya, kemudian ia mengejar Karis masuk ke dalam rumah lagi.
"Utam... Kenapa lagi sih, pagi-pagi udah teriak-teriak?" Resi datang dari arah dapur yang merasa terganggu dengan teriakan anaknya. "kamu belum berangkat?"
"belum ma, hehe..." jawabnya, "lagian nih ada dia," Utam menunjuk Karis yang ada didepannya. "gimana kalau Gisa nangis lagi gara-gara dia?"
Mendengar itu membuat Karis tersinggung. benar juga kata Utam, keberadaannya disini membuat Gisa malah nangis terus. bukannya membuatnya bahagia, tapi malah bikin sedih mulu.
"udah kamu berangkat aja ke kampus, katanya mau jemput Maudina dulu kan?! Kasian Maudinanya nunggu lama nanti."
"tapi ma--"
"udah, pergi aja. Karis biar mama yang urus."
"tapi jangan sampe Karis ketemu Gisa ma." perintahnya.
"iya."
"anak ini benar-benar ya?!" gumamnya setelah Utam sudah tak terlihat lagi dari pintu, yang berarti ia sudah pergi.
"maaf tante, Karis--"
"maaf kenapa? Kamu pasti mau ketemu Gisa kan?" tanya Resi yang sudah tahu dengan kedatangan Karis ke sini, Resi lebih mengerti dibanding anaknya yang keras kepala dan harus menuruti perintahnya.
"tadinya sih iya, tapi apa yang Utam bilang emang ada benernya. Karis pulang aja deh tante."
"kok pulang, kamu udah jauh-jauh ke sini lho. Emang gak mau jenguk Gisa?!" ucapan Resi membuat Karis kaget. Gisa sakit? Sakit apa? Apa karena dirinya? Ia benar-benar jahat karena udah bikin Gisa sakit gini. Memang ada baiknya jika ia gak menemui Gisa sekarang, pasti sakitnya akan parah jika Gisa liat dirinya sekarang. Dan ia gak mau menambah beban lagi bagi Gisa.
"Karis pulang aja deh tante, kayaknya Gisa harus istirahat." ucapnya, sebenarnya ia ingin ketemu Gisa, tapi ia takut Gisa akan sedih lagi karenanya.
"kok pulang." Resi berusaha mencegah, karena ia yakin, Gisa akan sedikit terhibur jika bertemu dengan Karis.
"ada apa sih tante?"
Gisa?!
Suara ini sangat Karis kenal, Suara yang amat ia rindukan selama beberapa hari ini.
"eh udah bangun sayang, ini ada--"
"Karis?" gumamnya,
***
Tbc
Vomment guys😌
KAMU SEDANG MEMBACA
Pengorbanan Cinta
Teen FictionSeq. Cinta Pandangan Pertama "Berjuang..." itulah yang sedang ku lakukan untuk mempertahankan hubungan kita. "Bertahan..." itulah yang aku lakukan demi hubungan ini tetap ada. "Terluka..." itulah yang selalu aku rasakan karena memilih tetap bers...