Lagi-lagi, Fadlah bersikukuh pada pendiriannya. Ia tetap ingin pernikahannya tidak dibatalkan, sementara Ira tetap ingin semuanya dibatalkan. Fadlan berjalan cepat menuju kamar Karis bermaksud akan bicara pada Gisa agar ia mau mengerti dengan keadaan. Namun pergerakannya terhenti kala ia melihat kedekatan Karis dan Gisa.
"jangan bilang akan menjauh, kita hadapi masalah ini bersama ya." ucap Karis, Gisa tersenyum.
"I love you, my prince."
"I love you too, my princess."
"apa kamu akan setega itu memisahkan mereka berdua?" Ucap Ira. Fadlan menatap datar istrinya, kemudian ia menghela nafas dan pergi meninggalkannya.
"pa..." panggil Ira, tapi Fadlan tetap tak bergeming. Dengan sigap Ira meraih tangannya yang membuat Fadlan berbalik menghadap ke arahnya.
"apa?" ketusnya.
"kamu tahu kan gimana menderitanya Karis selama ini? Kamu juga tahu Karis bahkan gak mau makan selama seminggu terakhir ini. Tapi setelah ada Gisa, dia mau makan, bahkan ia terlihat sehat sekarang." Fadlan terdiam merenungi semua ucapan Ira. Apa yang dikatakan Ira memang benar, setelah datang gadis itu, Karis jadi mau makan, bahkan ia jadi ceria lagi. Tapi, jika pernikahan ini dibatalkan, tidak menutup kemungkinan akan ada gosip hangat diluaran sana tentang ini. Tapi, melihat Karis yang seperti ini ia juga tidak tega. Lantas apa yang harus ia lakukan sekarang? Kebahagiaan Karis, atau image nya? Namun sayang, bagi Fadlan, mempertahankan image adalah yang terpenting.
"aku mohon, lupakan tentang image mu itu. Apalah arti sebuah Image jika anakmu sendiri gak bahagia?"
"papa akan pikirkan lagi masalah ini." Ira membuang nafas kasar sepeninggal suaminya. Ia tahu dan ia juga sadar, ini adalah kesalahannya. Jika saja ia tak bersikukuh untuk menjodohkan Karis dan Dina serta mempercepat ikatan, mungkin Fadlan gak akan bersikap kayak gini. Ia juga tahu dengan sifat suaminya yang selalu mementingkan image kehormatan dan nama baik keluarga, tapi apakah ia akan terus mempertahankan image itu setelah tahu bahwa keputusan yang telah dibuat itu memang salah? Dan ya, pembatalan pernikahan ini sudah pasti akan berdampak pada nama baik keluarganya. Apakah sekarang itu penting?
***
Kak Utam : Gis, lo dimana? Jangan sampe lo ketemu Karis!
"yaelah, kak Utam tau aja sih." gumam Gisa setelah melihat pesan yang dikirim Utam.
"kamu kayak yang gak tau dia aja, menyangkut aku mah tau mulu." jawab Karis.
"iya ya, kok aneh, jangan-jangan diantara kalian terjadi kontak batin?" tebak Gisa.
"iya, kontak batin sahabat."
"sahabat? Kalau sahabat, kenapa kak Utam nyuruh aku jauhin kamu terus?"
"ada kendala, aku udah ngerusak kepercayaan Utam, ketika aku diberi kesempatan, dengan bodohnya aku menyia-nyiakan hal itu. Dan hasilnya, kita jadi susah kembali."
"huft... Emang udah seharusnya kita berjuang lagi untuk ini." Karis menatap Gisa kaget, tak lama dari itu ia tersenyum. Ternyata Gisa belum berubah, dia masih type orang yang selalu mau berjuang bersamanya.
"ya, kamu benar. Ayo kita berjuang lagi. Kita mulai perjuangan kita dari awal lagi." kata Karis.
"so, restu siapa dulu yang akan kita perjuangkan?" tanya Gisa. Karena ia tahu, selain Utam, papanya Karis juga sepertinya tidak menyukainya.
"Utam." jawab Karis.
"yakin? Setau aku, kak Utam susah ditaklukin. Apalagi kalau udah bikin keputusan, akan sulit buat diubah kembali."
"ada satu hal yang membuat seorang Utam Lesmana mengubah keputusan awalnya."
"apa itu?"
"nanti kamu juga tahu."
***
"benarkan, lo emang pergi ketemu Karis." batinnya. Utam sudah menduga Gisa pasti pergi ketemu Karis. Perkataan mamanya sudah membuktikan kalau Gisa memang ketemu Karis. Dan lagi-lagi Gisa tak menuruti perkataannya. Harus dengan cara apalagi agar ia bisa mengerti?
'udahlah, sekarang terserah lo aja Gis. Gue udah cape, lo gak pernah bisa dikasih tau.'
"ya udah, gue pergi sekarang ya. Thanks infonya, kalau ada kabar lagi, kasih tau gue ya."
"iya, hati-hati. Sorry, gue gak bisa anterin lo."
"gak papa."
Suara ini, Utam mengenal suara ini. Tapi dimana si pemilik ini berada? Utam mengitari seluruh taman dan mendapati Dina, tengah mengobrol dengan seseorang yang beberapa hari ini ia kenal. Tapi, untuk apa Dina mengobrol dengannya? Ada apa antara mereka berdua? Apa Dina... Secepat ini melupakan dirinya? Ah, mana mungkin, Dina gak pernah bisa lupain Utam. Utam cinta pertamanya, dan gak akan semudah itu untuk melupakannya. Terkecuali, Dina memang sudah dekat dengannya selagi masih berhubungan dengan Utam. Tapi, perkiraan itu juga tidak mungkin, Dina mana bisa mengkhianati Utam. And so, Utam. Apa yang akan kamu lakukan sekarang? Dina sudah mulai bisa dekat dengan cowo lain.
"Dina gak mungkin bisa lupain gue. Mungkin dia emang ada urusan penting dengan cowo itu." -Utam
***
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Pengorbanan Cinta
Genç KurguSeq. Cinta Pandangan Pertama "Berjuang..." itulah yang sedang ku lakukan untuk mempertahankan hubungan kita. "Bertahan..." itulah yang aku lakukan demi hubungan ini tetap ada. "Terluka..." itulah yang selalu aku rasakan karena memilih tetap bers...