39. Rindu itu berat

109 3 5
                                    

"pokonya, lo harus cuti kuliah buat sementara." Utam berucap, membuat Gisa sungguh tak percaya kalau Utam bakalan kayak gini.Cuti? Justru ia ingin cepet lulus, tapi ini malah surih cuti. Makin lama dong kuliahnya.

"gak mau! Kok malah disurih cuti sih. Lama lagi dong lulusnya."

"ini demi ke-"

"kebaikan gue? Apanya yang baik?"

"pliss... Gue gak mau lo kenapa-kenapa lagi. Plis, kali ini lo harus nurut sama gue!"

"tapi kan kak--"

"ini satu-satunya cara supaya lo jauh dari Karis."

"kak..." Gisa merengek meminta agar ia jangan diberhentikan dulu kuliahnya. Tapi Utam kembali pada sifat aslinya. "bodo amat" dan pergi ninggalin Gisa.

"kenapa sih gue harus amnesia segala? Jadi gak tau kan apa yang udah terjadi."

Karis
Gisa...
Pliss...
Kamu gak boleh ngomong gitu,
Kamu gak bisa tanpa aku. 
Dan aku juga gak bisa tanpa kamu.
Kamu harus tau, "kalau Karis tidak akan lengkap tanpa Gisa, dan Gisa adalah pelengkap bagi Karis."

"alay banget sih. Pelengkap. Emang sayur harus pake bumbu Pelengkap segala?" Gisa terus nge-scroll spam dari Karis. Entahlah, setelah ia bilang kayak gitu, Karis terus menelponnya dan nge-spamnya. Banyak notifikasi dari Karis, jika Gisa tidak memakai mode Silent, maka sudah pasti ponselnya akan terus berisik.

Karis
Gis, meskipun sekarang kamu lagi amnesia. Tapi aku yakin, hati kamu tau apa yang sebenernya terjadi, dan aku juga yakin kamu pasti merasakan mana yang udah kita perjuangin, dan apa yang udah kita rencanain.

Karis
Aku mohon, jadilah Gisa Safani yang aku kenal, dulu. Ketemu diam-diam sama aku, karena Utam selalu ngelarang kita buat ketemu. Belain aku disaat Utam bilang "Jauhi Karis dan ini demi kebaikan lo."
Jadi aku mohon, kamu jangan tergoda dengan omongan Utam. Utam dari dulu emang gak pernah restuin hubungan kita.
I'm your, and your mine...

Gisa : aku disuruh cuti kuliah sama kak Utam.

***

Hari ini Utam kuliah tanpa Gisa. Dan itu membuat Resi bertanya-tanya, kenapa Gisa tidak kuliah?

"pagi ma..." sapa Utam.

"pagi... Loh, Gisa kok belum siap-siap?" tanya Resi yang melihat Gisa masih memakai piyama.

"Gisa cuti dulu. Dia masih belum pulih. Utam gak mau Gisa pingsan lagi dikampus." jawabnya.

"tapi kenapa harus cuti?"

"itu satu-satunya cara supaya Gisa gak ketemu Karis lagi."

"Utam, kamu masih..."

"iya, ma. Utam kan udah pernah bilang, kalau Karis itu pembawa masalah dikeluarga kita."

"UTAM!" Resi membentak anaknya yang kalau ngomong semaunya sendiri. Itu kecelakaan, dan itu takdir. Bukan berarti Karis yang menyebabkan semuanya.

"Utam bener ma, setiap orang yang Utam sayang pacaran sama Karis, ujung-ujungnya pasti berakhir dengan--"

"apa itu juga berlaku buat Dina?" postong Resi yang membuat Utam terdiam. Entahlah, Utam tidak tahu, apakah hukum itu berlaku juga bagi Maudina. Bagaimanapun Dina adalah orang yang sangat Utam sayangi. Sekarang juga, ia masih sangat menyayangi Dina. ah ralat, bukan masih, tapi semakin menyayanginya. Semakin hari, ia makin rindu dan selalu ingin bertemu dengan Dina. Meski ia hanya bisa melihatnya dari kejauhan saja. Keputusan yang sudah ia buat ternyata membuatnya jadi tahu kalau apa yang Dilan katakan itu benar. "rindu itu berat, Utam gak bisa menahannya. Ia butuh Dina untuk meringankan rasa rindunya."

Utam bukan Dilan yang kuat menahan rindu. Tapi Utam adalah cowo yang paling tidak bisa menahan rindu. Terlebih rindu itu pada Dina, orang yang sangat ia sayangi. "Dilan, tolong ajari Utam cara menahan rindu, agar ia tak harus mengatakan rindu itu ketika bertemu dengan Dina." karena ternyata bagi Utam, mengatakan rindu itu jauh lebih berat daripada menahannya, setelah pergantian statusnya dengan Dina. 

Utam bukan tipikal orang yang akan blak-blakan mengatakan rindu pada seseorang. Apalagi mantan. Gengsi dong ya, dia yang mutusin, tapi dia yang kangen. Hidup emang kayak gitu, penyesalan gak pernah duluan.

Eh, tunggu. Penyesalan gak pernah duluan.  Apa itu artinya sekarang Utam menyesali keputusannya? Ah tidak, Utam tidak pernah menyesali keputusannya. Keputusan yang Utam buat itu sudah sangat tepat.




















"Dina... Utam rindu..."

"rindu ini terlalu berat untuk ditahan sendirian..."

***
Tbc

Pengorbanan Cinta Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang