2. Salah paham

297 13 2
                                    

"cinta itu bagaimana kita menjaga kepercayaan pasangan kita. Jika salah satu pihak egois, maka semua akan sia-sia."

***


Eh, hari ini ada mahasiswa baru lho, cantik lagi...

Iya tuh bener, tadi gue liat dia, cantik banget...

Dia juga akrab banget sama Karis,

Mungkin temennya kali..

Hari ini gosip beredar, dengan datangnya mahasiswi baru, membuat seantero kampus heboh. Mendengar semua gosip itu, membuat telinga Gisa panas. Bertambah seseorang yang menjadi mahasiswa itu ada sangkutpautnya dengan Karis. Tentu saja ini membuatnya kesal, Bagaimana mungkin karis tak memberitahu padanya kalau temannya itu akan kuliah disini.

Arrgh

Setelah selesai kelas, Gisa memutuskan akan bicara dengannya dan memintanya untuk menjelaskan semua. Mulai dari siapa cewe yang selalu dibicarakan itu, sampai kenapa ia tak memberi tahunya kalau dia punya teman yang akan kuliah disini.

Ia telah mengitari seluruh kampus untuk mencarinya, namun hasilnya selalu nihil. Ia chat dari tadi gak dibales-bales, Delive yang ada_-. Iya, Karis itu emang hobi banget delive Gisa.

Brukk

"aww.. Jalan tuh liat-liat dong!" ketusnya. karena hari ini ia sedang kesal, maka ia akan melampiaskan semua kekesalannya pada orang didepannya ini.

"maaf Gis..." ucapnya.

"Gandy?"

"iya, ini gue. Lo kenapa sih, tumben marah-marah?" tanyanya yang heran dengan sikap Gisa hari ini.

"emang lo gak tahu? Apa lo gak peka?" ketusnya lagi yang merasa pertanyaan Gandy barusan hanya membuatnya tambah kesal.

"emang ada apa? Kenapa gue harus peka?" tanyanya yang sama sekali gak ngerti dengan ucapan Gisa.

"_- emang lo gak tahu? Hari ini kan ada mahasiswi baru yang cantik, katanya. Dan lo tahu? Dia akrab banget sama Karis. Kesel gue!" geramnya.

"gue gak tahu beneran Gis, gue gak denger gosip itu, serius deh!" katanya.

"ah, gue lupa. Lo kan anak MIPA yang rajinnya kebangetan, makanya lo ketinggalan informasi." ketus Gisa. Ia benar-benar kesal, bagaimana mungkin ia punya sahabat se-kuper ini.

"hehe... Eh, mending lo temuin Karis aja, minta penjelasan dia dulu." sarannya. Meski ia masih menyukai Gisa, tapi sebagai sahabat yang baik, ia juga gak mau kalau Gisa salah paham dengan Karis.

"daritadi gue nyariin dia dy, tapi gak ada. Udah gue chat, tapi gak dibales. Read aja nggak!" gerutunya.

"eh, bukannya itu Karis ya Gis?" tanyanya yang menunjuk ke arah lorong kampus, terlihat ia yang sedang jalan beriringan dengan seorang cewe yang entah siapa mereka pun gak mengenalinya.  Melihat itu, membuat Gisa semakin kesal dan rasanya ia ingin menghampirinya dan...

"jangan seudzon dulu Gis, biarkan dia jelasin dulu." ucap Gandy menyabarkannya, karena ia tahu kalau sekarang emosi Gisa  tengah memuncak. Ia tahu bagaimana keras kepalanya gadis ini.

"nah, itu Gisa." ucap Karis yang menunjuk Gisa. Namun Gisa, ia malah menjauh darinya. Karena jika tidak, maka ia akan langsung melampiaskan kekesalannya  saat itu juga. Gandy tak bisa mencegahnya, mungkin dia butuh waktu untuk sendiri. Pikirnya.

"lho, kok dia malah pergi sih Gan?" tanyanya pada Gandy yang sejak tadi ada bersama Gisa,  mencoba bertanya.

"hm... Dia siapa kak?" tanyanya yang menunjuk cewe disebelah Karis.  bukan menjawab, tapi ia malah balik bertanya. Mendengar itu, Karis mengerti kenapa Gisa menjauhinya.

"gue duluan ya? Eh Gan, lo bisa anterin Dia kan?" ucapnya menunjuk seseorang yang bersamanya tadi, Dan langsung pergi meninggalkan mereka berdua. 

***

"huft... Kenapa gue kayak anak kecil gini sih. Bukannya nemuin dia, malah pergi gitu aja." gumamnya. Sekarang ia ada ditaman belakang sekolah, tempat kesayangannya. Disaat galau seperti ini taman ini memang cocok untuknya, bertambah adanya danau yang luas ini, membuat Gisa tenang berada disini. Ia harus menenangkan pikirannya dulu.

Gisa duduk ditepi danau dan melemparkan krikil ke danau dan berusaha agar lemparannya lebih jauh dari sebelumnya. Namun hasilnya selalu nihil.

"arrgh..." umpatnya, karena krikil itu mendarat ditempat yang sama lagi.

"yah... Masih gitu-gitu aja." mendengar suara itu, ia langsung menoleh dan mendapati Karis berdiri dibelakangnya dan tersenyum padanya.

"nih, liat!" ucapnya lalu mengambil krikil dan melemparnya ke danau. Dan benar saja, lemparannya jauh dibanding Gisa. Tapi ia tak berniat menanggapinya, malah ia akan pergi tapi sebelum itu, Karis terlebih dahulu menahannya. 

"eh, mau kemana?" tanyanya yang menahan tangan Gisa.

"pulang!" jawabnya ketus. Mendengar itu Karis tahu, kalau Gisa memang masih marah padanya.

"kamu marah sama aku?" tanyanya.

"nggak!"

"terus kenapa ngejauh?" tanyanya lagi.

"aku lagi pengen sendiri aja."

"kamu cemburu sama cewe yang sama aku tadi?" tanya Karis.

"nggak kok, biasa aja." elaknya, namun dalam hatinya ia sangat, sangat cemburu, bahkan marah padanya. Tapi ia gak pernah bisa marah padanya, karena Karis terlalu istimewa dihatinya.

"kenapa gak jujur sih Gis, kamu cemburu sama pacar sepupu kamu sendiri?" tanya Karis lagi.

"pacar sepupu?" Gisa masih gak mengerti. pacar sepupu, siapa?

"kamu inget Maudina?" Maudina? Ia masih mengingat-ngingat, Maudina? Namanya agak familiar, ia seperti pernah mendengarnya.

"siapa? Gak inget." jawab Gisa.

"kamu inget dihari aku nembak kamu, waktu itu ponsel Utam dipegang sama kamu kan, terus ada telpon masuk. Dan telepon itu dari..."

"Maudina." kata Gisa. "ah ya, aku inget. Jadi dia pacarnya Kak Utam? Eh, Tapi kok kamu bisa kenal? Aku aja gk kenal." ucapnya.

"kenal'lah, dia kan satu sekolah sama aku. Setelah lulus, dia pindah ke Bandung karena orangtuanya ada pekerjaan disana. Dia sekarang pindah lagi ke sini karena ia gak bisa jauh-jauh dari Utam." jelasnya.

"maafin aku ya, aku udah salah paham gini sama kamu. Aku e--"

"sst... Ini juga salahku yang gak ngasih tahu kamu. Tadinya aku pikir Utam udah ngasih tahu." kata Karis.

"nggak, kak Utam gak ngasih tau."

"ya udah, yang penting sekarang kamu gak marah lagi. Aku gak mau kita ada salah paham lagi, karena kita pasangan paling romantis dikampus. Irdan mah lewat."ucapnya dengan pede yang membuat Gisa tersenyum senang mendengarnya.

"kak Utam?" tanyanya, karena Maudina ada disini, bisa saja kan Utam lebih romantis.

"hm.. Diakan dingin, pasti kalah romantis dari kita'lah." jawabnya yang masih pede dengan pendiriannya.

"iya iya."









'kesalahpahaman ini mengajarkanku akan pentingnya kepercayaan. Dan makasih Karis, kamu emang selalu menjadi yang pertama.' - Gisa.

***

Tbc

Vomment😉

Pengorbanan Cinta Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang