16. Hah?!

110 7 2
                                    

"ya, gak lama lagi, aku sama Maudina akan tunangan."

Deg!

***

Tunangan? Apakah secepat itu? Baru saja dirinya optimis akan menyelesaikan masalah ini, tapi sekarang masalahnya malah bertambah rumit begini? 

tunangan!

Sulit rasanya jika sudah seperti ini. Tunangan! Apa tak ada celah sedikit saja untuk dirinya melakukan tindakan. Awalnya ia ingin menemui orangtua Karis dan berusaha untuk meyakinkannya jika dirinya lebih baik menjadi pasangan Karis. Tapi jika seperti ini, harapannya hancur. Ia gak Tahu lagi harus berbuat apa? Terlalu Rumit untuk dicegah.

"t--Tunangan?!" kata Gisa meyakinkan.

"iya, tunangan. Meski baru rencana, tapi aku yakin, gak lama lagi hari itu akan datang."

"apa secepat ini?" gumam Gisa yang mencoba menahan airmatanya agar tidak jatuh. Namun hatinya lemah, ia gak bisa menahan bebannya. kini airmatanya sukses mengalir dipipinya yang membuat Karis semakin sedih. Harusnya ia tak memberitahunya. Tapi ia gak mau menyimpan rahasia ini sendiri. Kita pasangan, bukankah pasangan yang sejati itu adalah pasangan yang membagi suka dan dukanya?

"aku gak akan ninggalin kamu Gis, aku janji." ia menarik Gisa kedalaman pelukan hangatnya. Hanya dengan cara ini ia bisa menenangkan Gisa.  karena ia tahu, masalah ini terlalu rumit untuk mereka berdua selesaikan. Susah jika orangtua sudah memutuskan.

"jangan bikin janji yang tak mungkin bisa kamu tepati."

Deg!

Jawaban Gisa benar-benar menyentuh hatinya. Ya, ia memang belum tentu bisa memegang janji itu. Tapi setidaknya ia akan berusaha mempertahankan hubungannya. Ia ucapkan janji itu karena ia yakin, ia bisa menepatinya. Bukan Gisa tak mempercayainya, tapi melihat keadaan yang sudah seperti ini membuat Gisa ragu akan ucapan Karis.

"aku akan menepatinya Gis." kata Karis meyakinkan, agar Gisa bisa mempercayainya.

"nggak, kamu gak bisa menepatinya. Karena orangtua kamu belum merestui kita kak." ucap Gisa membuang jauh-jauh harapan masa depan yang bahagia bersama Karis. Orangtua adalah faktor utamanya. Jika tak ada restu dari keduanya, bukankah hubungan itu tak ada artinya?!

"ya, memang. Tapi aku akan selalu berusaha untuk meyakinkan mereka, kalau dihatiku itu cuma ada kamu. Dan kita gak akan bisa terpisahkan, bahkan saat badai berusaha untuk memisahkan kita sekalipun." ucap Karis yang membuat Gisa tersenyum. Ia suka usaha Karis yang ingin memperjuangkannya, tapi ia juga ragu karena sifat Karis yang penurut,  Maka rasanya mustahil jika ia bisa mempertahankan hubungannya.

Ya, mungkin ia akan terus berjuang. Tapi jika Karis terus luluh, maka rasanya percuma saja.

"tapi kok aku ragu ya sama kamu."

"jangan pesimis dong, aku selalu bujuk mama aku buat restuin kita kok. Tapi, aku gak suka kalau mama bilang kamu penyebab aku jadi ngelawan Orangtua. Makanya aku selalu diam saat mama bahas itu. Karena aku gak mau kamu dituduh yang nggak-nggak." jelas Karis. Ya, mamanya memang selalu bilang, setelah ia dekat dengan Gisa sikapnya berubah jadi melawan Orangtua.  Padahal sebenarnya yang membuat sikapnya berubah adalah mamanya sendiri. Jika saja mamanya mau mengerti tentang perasaannya, pasti ia juga gak akan ngelawan.

"mungkin mama kamu benar." ucap Gisa.

"Gisa..."

"kak, pandangan Orangtua itu selalu benar. Jika mereka bilang baik, ya baik. Jika mereka bilang buruk, ya buruk. Kak, aku tau kita saling mencintai dan ingin memiliki. Tapi, jika tanpa restu Orangtua, apakah kita akan bahagia? Nggak! Semuanya kan terasa nanti, disaat kita menyesal tak menurutinya." jelas Gisa.

"tapi mama aku tuh beda, dia agak egois. Ia selalu memikirkan perasaannya tanpa mau mengerti perasaan aku Gis, apa aku tetap harus menurutinya?" ucao Karis.

"iya, kamu harus tunangan sama Kak Maudina." ucap Gisa yang membuat Karis kaget. Apa? Tunangan? Kenapa Gisa jadi mendukungnya tunangan? Ia sedang bersusah payah memikirkan Bagaimana cara membujuk mamanya, tapi ia malah berkata seolah tak ada yang bisa diharapkan lagi. Bukankah baru kemarin Gisa bilang akan menyelesaikan masalah ini? Tapi kenapa berubah secepat ini?

"Gisa, kamu ngomong apa sih?"

"kita ikuti permainannya." jawab Gisa.  Justru itu membuat Karis bingung. Maksudnya apa? Permainan apa? Ia masih belum mengerti rencana apa yang sedang Gisa fikirkan.

"Permainan? Maksudnya?" tanya Karis.

"kamu tunangan sama kak Maudina, dan buat orangtuamu bahagia."

"hah?!" permainan apa? Kenapa Gisa malah mendukungnya? Apa yang sebenarnya ia rencanakan?

Gisa tersenyum, namun senyuman kali ini berbeda. Senyuman yang menandakan kalau ia sudah yakin dan optimis akan berhasil dalam rencananya. Meski nanti harus ada yang tersakiti, tapi ini pilihan terbaiknya.







***

Tbc

Tinggalkan jejak agar aku bisa mengenalmu😊

Pengorbanan Cinta Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang