"jadi ada perkembangan dari keponakan saya, dok?" tanya Doni yang benar-benar sudah penasaran sejak kemarin, karena dokter tak kunjung memberikan penjelasan mengenai keadaan Gisa.
"Gisa sudah melewati masa kritisnya, meski sekarang ia koma." Doni dan Utam bernafas lega, syukurlah, itu tandanya Gisa dapat diselamatkan. Setidaknya Gisa gak akan berakhir seperti adiknya.
"tapi, saya tidak yakin dia akan baik-baik saja ketika sadar nanti."
"maksud dokter apa?" kini Utam yang bertanya, ia sama sekali tidak mengerti dengan labilnya dokter dihadapannya ini. Katanya sudah melewati masakritisnya, itu artinya Gisa telah melawan masa terburuknya. Lalu apalagi yang diucapkan Nathan? Tidak yakin Gisa baik-baik saja? Maksudnya apa???
"ada masalah dibagian kepalanya, kemungkinan besar ia pulih tapi tidak sepenuhnya akan sehat."
"maksud dokter Gisa gak akan sehat total meski sudah siuman?"
"iya, Gisa mengalami..."
.
.
."Utam..." gumam Maudina yang tentunya masih jelas terdengar oleh Utam.
"hm..." responnya. Dia kembali lagi, Utam yang dulu kini telah kembali ke sifat asalnya, dingin. Itulah yang kini Maudina rasakan sedari tadi, setiap pertanyaan yang dilontarkannya jawabannya selalu hem, ya gitu, gue sibuk.
"Tam, jangan berubah lagi."
"gue bukan power ranger kali."
"lo dingin lagi tam."
"gue masih hidup, gak ada orang hidup dingin."
"sikap lo dingin lagi, tam. Maafin gue ya..."
"hem..." lagi-lagi Responnya begitu, jelas ini membuat Dina jadi makin bersalah. Memang seharusnya ia tak mempedulikan papanya Utam, harusnya ia batalkan saja pertunangan itu, harusnya ia tak datang pada hari itu, dan harusnya ia tak memaksa Karis memakaikan cincin itu pada jari manisnya. Sekarang apa? Bahkan Utam jadi berubah lagi padanya, dia kembali pada sifat asalnya, dingin.
Sebenarnya bukan karena pertunangan itu juga, tapi semua perubahan yang ada pada diri Utam adalah, Gisa. Ini yang sangat ia hindari sejak dulu, ia gak mau kejadian ini terjadi lagi pada Gisa, cukup adiknya, Erika saja yang mengalami ini, Gisa jangan sampai. Tapi apa? Bahkan setelah ia merestui hubungannya dengan Karis, Gisa malah mengalami ini semua. Jadi, siapa penyebab utamanya? Karis?
Takdir
Semua ini adalah takdir yang telah tuhan rencanakan. Mungkin inilah takdir Gisa, harus mengalami hal yang sama seperti Erika, tapi bukan berarti Karis biang dari semuanya.
Kebetulan?
Mungkin ini sekedar kebetulan, siapa sangka Karis akan berhubungan dengan orang tersayang Utam, dan siapa sangka juga orang itu mengalami hal yang sama disaat mereka berkomitmen dengan Karis. Anggap saja ini sebuah kebetulan. Kebetulan Gisa terikat dengan Karis, dan kebetulan juga Gisa mengalami musibah ini.
"maaf, harusnya gue gak cegah Karis buat batalkan pertunangannya, maaf, harusnya gue biarin Karis memperjuangkan cintanya, maaf, maaf, maaf...Cuma itu yang gue bisa, hanya kata maaf."
"semuanya udah terlanjur, Din. Mungkin sekarang gue harus relain lo bareng Karis. Mungkin lo bakalan bahagia dengan Karis, tanpa gue tentunya." Dina menggigit bibirnya berusaha menahan airmatanya agar tidak keluar didepan cowo yang ia sayangi, perkataan Utam benar-benar telah menohok hatinya. Sakit, bahkan ia tak mau mendengar Utam bicara lagi. Ia gak mau mendengar perkataan Utam selanjutnya, ia ingin pergi sekarang, ia takut, ia takut Utam bakalan pergi dari kehidupannya. Ia takut, ia takut Utam gak bakalan ada disisinya lagi, ia juga takut Utam menjauh darinya. Ia benar-benar takut.
"we are break, Din."
'plis tam, jangan tinggalin gue...' - Maudina
***
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Pengorbanan Cinta
Teen FictionSeq. Cinta Pandangan Pertama "Berjuang..." itulah yang sedang ku lakukan untuk mempertahankan hubungan kita. "Bertahan..." itulah yang aku lakukan demi hubungan ini tetap ada. "Terluka..." itulah yang selalu aku rasakan karena memilih tetap bers...