15. Apa terjadi sesuatu?

138 6 2
                                    

"Masalah cinta yang paling dominan adalah restu orangtua."

***

"Gisa!" panggilnya, ia berlari mengahampiri Gisa yang tengah berjalan dikoridor kampus. Setelah kelas selesai, Gisa berencana untuk menemui Karis dan ingin menanyakan kabarnya. Setelah Karis datang ke rumahnya dan menemuinya dirumah, sejak saat itu pula ia belum juga dapat kabar darinya. Dan bisa dipastikan bahwa, terjadi sesuatu pada Karis kemarin malam. Entah apa itu, tapi ia benar-benar penasaran.

"Gandy?" yap, itu Gandy. Setelah kejadian tempo hari itu, ia bener-bener lostcontact dengannya. Namun, selama itu pula, ia gak bisa ditemui. Di kampus ataupun dirumahnya. Ia memang gak bisa ditemui. Terlebih Utam yang bener-bener udah berubah jadi super overprotektif.

"ya ampun Gisa, akhirnya lo ke kampus juga. Lo kemana aja sih, gue khawatir tau?!" ucap Gandy.

"iya nih, gue juga baru masuk. Kemarin-kemarin gue harus banyak istirahat." jawab Gisa.

"lo sakit? Ya ampun, maafin gue ya?  Pasti gara-gara pertengkaran gue sama Karis kan, lo jadi sakit gini."

"gue udah gak papa kok. Eh, lo udah keluar kelas? Ini baru jam 11 lho?!" tanyanya pada Gandy Setelah melihat jam tangannya. Memang biasanya Gandy paling akhir keluar kelas, biasanya ia baru bisa keluar kelas setelah jam 12 lewat.

"tadi ada ujian. Ya, lo tau kan kalau gue itu pinternya emang udah kebangetan, jadi ujian gitu doang mah setengah jam juga beres." jawabnya membanggakan diri. Ini yang ia suka dari Gandy, terlalu pede. Namun melihatnya seperti ini justru membuatnya lega, setidaknya Gandy bisa kembali seperti dulu. Selalu menjadi penghibur bagi dirinya.

"kumat ya penyakit kepedean lo."

"hehe, lo gak kangen apa sama gue? Gue cinta pertama lo lho?!" ucapnya membanggakan diri lagi, membuat Gisa mengangkat sebelah alisnya seolah berkata : "ya terus,?". Ya, ia akui Gandy memang cinta pertamanya, namun masa lalu tetap masa lalu. Cintanya sekarang bukan Gandy, melainkan Karis, cinta pandangan pertamanya. Dan cintanya tetap bertahan meski sekarang, orangtua yang menjadi penghambat dalam hubungan mereka. Namun, mereka akan tetap berusaha mempertahankan hubungannya bagaimana pun caranya, dan berusaha agar tak ada yang harus berkorban hati demi kebahagiaan salah satu pihak. Gisa, Karis, maupun orangtua Karis, mereka tidak boleh ada yang terluka. 

"Gis, liatinnya jangan gitu dong. Tar jatuh cinta lagi lho." godanya yang sama sekali gak ada respon apapun dari Gisa. Dia gak tahu, kalau sekarang yang akan meluluhkan hatinya hanya Karis, bahkan meski Gandy cinta pertamanya, tapi itu takkan mengubah perasaan yang telah melekat pada hati seseorang.

"yaelah Gis, muka lo datar amat. Kebanyakan gaul sama most wanted kampus sih, gue gak suka lo kayak gini." keluhnya.

"daripada lo, gak pernah gaul sama siapapun. Kuper (kurang pergaulan) dasar!"

"anjir, lo bilang gue kuper? Gue bukan kuper, tapi fokus belajar."

"alah... Ngeles mulu lo, kayak bajaj. Pantesan masih jomblo." cibirnya.

"njirr... Lo?!" ucapnya sambil menunjuk Gisa yang tak terima dengan perkataannya, dia jomblo juga kan karena dirinya.

"apa? Emang bener kan lo JOMBLO!"

"lo ngeselin ya Gis, gue cium nih?!" kata Gandy yang akan mendekati Gisa, namun suara seseorang menghentikan langkahnya.

"cium siapa?" tanyanya yang membuat Gandy kaget karena perkataannya bisa membuat orang dihadapannya marah besar.

"Karis?"

"apa? Lo mau cium cewe gue?" tanyanya yang menatap Gandy dengan tatapan tajam.

"haha... Nggaklah, canda doang tadi." ia tertawa hambar mencoba menjelaskan apa yang Karis dengar itu tak sepenuhnya benar. ya, memang itu emang gak sepenuhnya benar.

"becanda, dalam hati lo mau kan?"

"tau aja lo. Eh."

"lo ngajak ribut?" ucap Karis yang sudah mengambil ancang-ancang siap menerima tantangan.

"udah, udah, kalian berantem mulu." Gisa menengahi perdebatan tersebut. Masa iya, karena hal sepele gini mereka jadi berantem lagi.

"ya udah, mari kita pamit pada jones didepan kita ini." cibir Karis yang membuat Gandy jengkel. Kadang Karis itu tak tahu berterima kasih padanya, kalau saja bukan karena dia, belum tentu juga ia akan bersatu sama Gisa.

Gandy menggeleng kepala setelah Karis merangkul Gisa dan mulai meninggalkannya.

Nasib jomblo

***

Taman belakang kampus, tempat yang menjadi favoritnya dengan Gisa. Danau yang luas dan udara yang segar, membuat Karis dan Gisa betah berada ditempat ini. Hanya disinilah mereka bisa tenang, melupakan masalah, dan berusaha menyelesaikan masalah.

"andai hidup kita senyaman ini, pasti gak akan ada masalah yang membuat kita tak bisa bertindak apa-apa selain diam." ucap Karis memecah keheningan yang sedari tadi tercipta.

"kalau hidup kita senyaman ini, maka kita akan bosan karena gak ada tantangannya." jawab Gisa.

"tapi kalau masalahnya serumit ini, lebih baik hidup bosan sekalian."

"ih dasar ya, ketika semua orang mencari tantangan dan ingin melewatinya, kamu malah diam. Kamu tau, hidup seperti itu gak ada gunanya." Gisa kini duduk menghadap Karis, menatap matanya lekatnya.

"tapi, kalau kita hidup hanya untuk menyakiti orang lain buat apa?" Karis menghela nafas dan berkata lagi, "mending mati sekalian kan?!"

"Karis! Kamu ngomong apa sih? Kamu udah bosen hidup, kamu udah gak sayang aku lagi, orangtua kamu? Apa kamu gak memikirkan perasaan mereka?" Kata Gisa dengan nada yang meninggi. Ia kaget ketika Karis bilang lebih baik mati daripada harus menyakiti orang lain. Siapa yang ia sakiti? Dirinya? Nggak! Ia gak pernah merasa disakiti olehnya.

"orangtua aku juga gak pernah mikirin perasaan aku." jawabnya yang membuat Gisa tersentak kaget. Maksudnya apa? Apa karena perjodohan itu?

"dia gak pernah ngerti perasaan aku Gis, dia gak pernah mau denger apa mauku. Mereka selalu memikirkan perasaan mereka sendiri, tanpa mau mendengar pendapatku dulu. Termasuk..." ia menghela nafas terlebih dahulu sebelum melanjutkan kata-katanya.

"kelanjutan perjodohan itu."

Perjodohan? Apa karena ini Karis seperti ini? Apa karena ini juga ia tak mengabarinya sejak kemarin? Ya, sekarang Gisa mengerti. Pasti terjadi sesuatu hari itu. Tapi kejadian apa, sehingga membuat Karis sampai mengatakan hal seperti itu?

"apa terjadi sesuatu?" tanya Gisa.

"ya, gak lama lagi, aku sama Maudina akan tunangan."

Deg!














***
Tbc

Tinggalkan jejak, agar aku bisa mengenalmu.


Pengorbanan Cinta Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang